"Makasih udah buat gue senyum-senyum sendiri. Makasih juga udah ngenalin gue dengan yang namanya cinta. Gue gak tau sampai kapan perasaan ini terus tumbuh dan berakhir. Tapi satu hal yang gue tau, kita dipertemukan karena takdir" -ReynaGA
"Jangan lupa senyum ya, tapi senyumnya buat aku aja" -AggasheGA
*****
"Kamu suka banget ya baca novel?" tanya Agas saat mereka tiba di halte.
"Iya," balas Reyna sembari memandang ke arah jalan raya, ia celingak-celinguk mencari mobil kakaknya yang tak kunjung datang.
"Emang apa sih keuntungannya?" tanyanya lagi.
"Banyak, novel itu udah aku anggap kayak temen sendiri yang selalu setia nemenin aku. Apalagi saat aku lagi kesepian," jelas Reyna.
Agas tersenyum tipis. Ia melihat Reyna lekat-lekat. "Kamu hebat ya, padahal jaman sekarang tuh udah jarang banget yang suka baca buku."
Gadis itu membalasnya dengan senyuman manis. Senyuman yang menunjukkan bahwa ia beruntung bisa bertemu Agas. Walaupun ia juga tahu, bahwa tak selamanya ia dan Agas bisa bersama seperti ini.
Tinn tinnnnn....
Suara klakson mobil milik Bian berbunyi. Reyna dan Agas sama-sama terkejut mendengar suara itu.
"Woi, mau pulang gak sih?" ucap Bian.
Reyna mengerucutkan bibirnya kesal, "iya-iya bentar."
"Lo juga mau pulang bareng sama kita?" tanya Bian pada Agas.
"Enggak, tadi cuma mau nganter Reyna ke sini aja," balas Agas.
Perasaan di mana-mana ada cowok ini di deket Reyna. Apa jangan-jangan mereka pacaran ya? batin Bian curiga.
"Kita pulang duluan ya, Gas," ucap Reyna sebelum masuk ke mobil Bian.
"Iya, hati-hati."
Reyna segera membuka pintu mobil dan duduk di kursi penumpang bagian depan. Sedangkan Bian mulai melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Tak ada percakapan diantara mereka, Reyna membuka novel yang tadi sempat di bawa oleh Agas. Ia membuka halaman 127, dimana itu adalah halaman terakhir yang ia baca. Lalu tiba-tiba ia menemukan selembar kertas kecil. Reyna mengerutkan keningnya, perlahan ia membuka kertas kecil itu dan membacanya.
Jangan lupa senyum ya, tapi senyumnya buat aku aja.
"Lo kenapa senyum-senyum sendiri dek? Udah kehabisan obat lo?" celetuk Bian yang melihat Reyna sedang senyum menatap ke arah novel.
"Enak aja, ya enggaklah."
"Jangan-jangan lo udah jadian ya sama cowok tadi," ucap Bian memicingkan matanya.
"Ngaco !!" balas Reyna cemberut.
"Alahh, pipi lo aja merah. Gue tau lo pasti suka kan sama dia? Ngaku gak lo."
"Siapa?"
"Cowok tadi."
"Yang nanyakkkkk," ucap Reyna sambil menjulurkan lidahnya.
Bian bergerak ingin mencubit adiknya itu. Namun mobilnya tiba-tiba hampir menabrak motor yang ada di depannya. "Tuh kan, fokus dong bang kalo nyetir," ujar Reyna pada kakaknya.
"Lo sih dek bawel banget dari tadi."
"Lo sih bang kepo banget dari tadi," balas Reyna tidak mau kalah.
"Ngejawab mulu, gue turunin di pinggir jalan baru tau rasa lo," ancam Bian sambil membelokkan mobilnya ke kanan.
"Yaudah, toh bentar lagi udah sampe rumah."
Bian tak menjawab ucapannya. Lebih baik ia mengalah dari pada harus berdebat dengan Reyna. Tak lama kemudian, mereka sampai di depan rumahnya. Reyna langsung membuka pintu mobil dan melesat masuk ke rumahnya.
"Makasih ya bang udah ngejemput gue. Entar gue traktir makan deh sepuasnya," ucap Bian yang meniru cara berbicara Reyna. "Cuih, boro-boro," lanjutnya.
Kemudian, Bian memasukkan mobilnya ke dalam garasi rumah.
Setelah Reyna berganti baju, ia langsung merebahkan badannya di tempat tidur. Lalu, memejamkan matanya sejenak sambil bersenandung kecil. Hari ini ia sangat bahagia.
Ternyata kayak gini ya rasanya jatuh cinta?
Gadis yang tengah bahagia itu membuka kembali kertas kecil yang terselip di novelnya dan memandangnya tanpa henti. Ia tersenyum, entah untuk ke berapa kalinya ia menampakkan senyum itu dalam sehari.
Reyna bergegas menuju meja belajarnya, ia mengambil buku dairy dan pulpen yang berada di loker meja. Setelah itu ia menuliskan beberapa kalimat di bukunya tersebut.
Dear Dia...
Makasih udah buat gue senyum-senyum sendiri. Makasih juga udah ngenalin gue dengan yang namanya cinta. Gue gak tau sampai kapan perasaan ini terus tumbuh dan berakhir. Tapi satu hal yang gue tau, kita dipertemukan karena takdir.Tulisan itu ia baca lagi dalam hati, ia juga membayangkan wajah Agas saat tertawa bersamanya.
"DEKK CEPET KELUAR, DI SURUH MAKAN TUH SAMA BUNDA," teriak Bian sambil menggedor-gedor pintu kamar Reyna.
Punya abang kok gini amat ya? batin Reyna.
"Iya sabar."
Reyna menutup buku dairy nya dan berjalan menuju ruang makan dengan raut wajah kesal.
"Lo kenapa lagi dek? Tadi aja senyum-senyum sendiri, sekarang mukanya dimanyun-manyunin gitu. Aneh lo," ucap Bian.
"Bodo," balas Reyna sewot.
TBC 😊
-Atrapado-
Chapter 12? Done
Tunggu kisah Atrapado di chapter selanjutnya ya
Jangan lupa Vote and Comment juga:)
Thank you 💕
KAMU SEDANG MEMBACA
Atrapado [Completed]
Teen FictionReyna Grisselle Arsenio adalah gadis remaja yang kaku, cuek, memiliki gengsi yang tinggi dan sulit bergaul. Karna kekakuannya, Reyna tidak memiliki banyak teman. Namun disisi lain, ada cowok yang diam-diam mendekati Reyna. Tidak bisa dipungkiri, Rey...