"Patah hati bukan persoalan dia membencimu lalu kamu mengatakan kalau dia jahat. Tapi tentang bagaimana kamu bisa belajar menghargai perasaan orang lain. Karena pada nyatanya, seseorang memiliki hak tersendiri kepada siapa hatinya akan berlabuh." -Author
*****
Happy Reading 😊
"Masa sih?" tanya Reyna seraya mengikat rambutnya menjadi satu.
Zulfa mengangguk mengiyakan, "yang parahnya lagi, Bu Yanti sampe kayak yang mau ngegaruk muka gue gara-gara ngeliat hasil lukisannya," ucapnya sambil mengunyah batagor yang masih penuh di dalam mulutnya.
Gadis itu tertawa kecil saat mendengar ucapan Zulfa, ia tahu betul bagaimana lukisan Zulfa saat itu. Bahkan jika dibandingkan dengan lukisan anak SD, masih lebih bagus lukisan anak itu daripada lukisan milik Zulfa. Ketika mereka sedang asik bercanda, Mika tampak lebih banyak diam. Sedari tadi sahabatnya itu hanya sibuk memainkan ponselnya. Karena penasaran, mereka berdua diam-diam mengintip ke arah ponsel Mika.
"Chatting-an sama siapa lo?" kata Zulfa pelan.
Namun, belum sempat mereka membaca siapa yang berbalas pesan dengan sahabatnya. Mika lebih dulu mematikan ponselnya.
"Mau tau aja apa mau tau bangetttt?" balas Mika.
"Jangan bilang lo udah punya doi? Waduh, pokoknya gue gak boleh kalah dari lo. Bisa hilang martabat gue sebagai cewek paling cantik diantara kita bertiga," ucap Zulfa sembari mengibaskan rambut panjangnya.
"Belagu lo, udah ah gue mau beli minuman dulu."
Mika hendak melangkahkan kakinya, tapi tiba-tiba ia di cegah oleh Reyna. "Gue ikut," kata Reyna.
"Lo diem di sini aja bareng sama Zulfa, biar nanti gue yang pesenin. Emang lo mau beli apa?" Mika mendudukkan Reyna di tempatnya semula.
"Tapi--"
"Pasti air mineral kan?" tebak Mika, kemudian Reyna membalasnya dengan anggukan.
Mika mulai berjalan menuju tempat penjual makanan ringan. Reyna dan Zulfa yang melihatnya tampak sedikit bingung dengan perubahan sikap sahabatnya itu.
"Loh duitnya..."
"Kalo tau di traktir, mending gue minta beliin batagor lagi kan?" kata Zulfa.
"Rakus!!" balas Reyna.
Sesampainya Mika di sana, ia langsung mengambil dua botol air mineral di freezer lalu membayarnya. Saat ia berbalik badan, tiba-tiba Agas sudah berada di hadapannya. "Ya ampun, bikin kaget aja lo!!" kata Mika pada Agas.
"Reyna mana?" tanya Agas pelan.
"Tuh di kursi nomer empat deketnya tembok. Lo tau gak? Tadi tuh gue hampir ketauan Reyna sama Zulfa gara-gara lo ngebales chat dari gue," balas Mika dengan nada yang sama pelannya.
Raut wajah Agas berubah menjadi tegang, "jadi Reyna udah tau?"
"Untung aja gue cepet-cepet matiin hp nya. Jadi mereka berdua gak sempet liat."
Agas langsung bernapas lega, tapi sedetik kemudian ekor matanya melihat Ravel dan Dicko sedang berjalan kearahnya.
Mampus!!
Dengan cepat ia menarik Mika sedikit menjauh dari tempat semula.
"Ada apaan sih?" tanya Mika.
"Liat tuh," Agas menunjuk kearah Ravel dan Dicko.
Mika hanya membulatkan mulutnya. Setelah Agas mengubah raut wajahnya sebiasa mungkin, ia langsung menghampiri kedua sahabatnya.
"Beli cemilannya di Arab lo yak? Lama amat. Dari mana aja lo??" tanya Ravel.
"Percuma lo nanya, palingan alesannya ke toilet lagi," jawab Dicko.
Agas hanya tersenyum sembari menggelengkan kepalanya. Dengan membawa tiga air mineral dan dua makanan ringan, mereka kembali ke kursi mereka yang berada di pojok kantin. Karena mereka memiliki hobi yang sama, topik yang di bahas pun pasti hanya tentang berbagai macam hal yang berhubungan dengan game.
"Eh ada Agas, lama ya gak ketemu," sapa seorang perempuan.
"Lo lagi lo lagi, gue pikir lo udah pindah planet," kata Ravel sembari melirik Elsy dengan raut wajah tidak suka.
"Apa lo!!" sentak Elsy.
"Jangan lo pikir gue diem aja selama ini, trus lo bisa seenaknya ngelakuin hal semau lo. Maaf karena gue gak bisa bales perasaan lo, jadi berhenti ngejar-ngejar gue lagi," ucap Agas. Kalimat panjang yang Agas ucapkan itu berhasil menohok hati Elsy.
"Lo denger sendiri kan? Agas-gak-suka-sama-lo," kata Ravel semakin mengompori.
"Jahat lo Gas," balas Elsy. Ia langsung pergi meninggalkan mereka.
Sepuluh menit kemudian, bel masuk berbunyi. Tanda bahwa jam istirahat telah selesai. Lalu, mereka beranjak dari tempat duduknya.
"Balik yuk," pinta Dicko.
Semula mereka berjalan bersamaan. Tak berselang lama, Agas semakin memperlambat langkahnya. Lalu, ia mengeluarkan ponsel dari saku celana dan membuka history chatnya dengan Mika.
AgasGA: Gimana?
1 detik
2 detik...
MikailaFj: Apa lagi elahh??
AgasGA: Itu
MikailaFj: Jawab singkat lagi gue cincang lo!!
Baru saja Agas ingin membalasnya, tiba-tiba ada satu pesan lagi yang masuk di ponselnya.
MikailaFj: Lo tenang aja, masalah Zulfa nanti biar gue yang urus. Tapi kalo lo sampe kabur, gue pastiin lo gak bakalan gue bantuin lagi. PAHAM!!
Agas hanya geleng-geleng kepala saat dirinya membaca pesan itu, tangannya mulai bergerak di atas keyboard layar ponsel miliknya.
AgasGA: Y
MikailaFj: Serah lo Gas, ngalah gue ngalah...
Setelah membacanya, Agas tak berniat untuk membalas pesan itu. Ia memasukkan kembali ponselnya dan berlalu menuju kelas bersama kedua sahabatnya.
TBC 😊
-Atrapado-
Chapter 18? Done
Tunggu kisah Atrapado di chapter selanjutnya
Jangan lupa Vote and Comment juga ya :)
Thank you 💕
KAMU SEDANG MEMBACA
Atrapado [Completed]
Teen FictionReyna Grisselle Arsenio adalah gadis remaja yang kaku, cuek, memiliki gengsi yang tinggi dan sulit bergaul. Karna kekakuannya, Reyna tidak memiliki banyak teman. Namun disisi lain, ada cowok yang diam-diam mendekati Reyna. Tidak bisa dipungkiri, Rey...