"Saat kamu memutuskan untuk memilihku, saat itulah aku akan mengajakmu untuk membuat kebahagiaan bersama." -AggasheGA
*****
Happy Reading 😊
"PAGI REY!!" seru Zulfa dengan nada tinggi.
Reyna mengangkat kepalanya sejenak untuk menatap Zulfa, kemudian menelungkupkan lagi wajahnya di atas meja.
Kening Zulfa berkerut. "Htts htts, Reyna kenapa?" bisiknya pada Mika.
Mika mengangkat kedua bahunya, "nggak tau, gue aja heran. Padahal biasanya tuh kalo orang baru jadian wajahnya berseri-seri. Lah ini malah kayak gak ada semangatnya sama sekali," ujar Mika.
"HAH? SERIUS?? REYNA UDAH JA--" Reyna langsung bangkit dari tempat duduknya dan menutup mulut Zulfa, "sorry Rey kelepasan hehee," ucap Zulfa menyengir.
"Kebiasaan," balasnya sambil duduk kembali.
Reyna menguap sambil menutup mulutnya dengan tangan. Tadi malam ia tidak bisa tidur karena terus memikirkan kejadian semalam. Kejadian saat ia bersama seseorang yang saat ini menjadi miliknya. Ia berusaha untuk tidak terlalu memikirkannya, namun sepertinya susah sekali.
"Lo habis begadang, Rey?" tanya Mika.
Reyna mengangguk.
"Kayaknya sekarang gak ada pr deh. Tumben-tumbenan lo begadang?"
"Dih main pergi-pergi aja tuh anak, Lo mau ke mana, Rey?" kata Zulfa.
"Cuci muka," jawab Reyna yang melenggang pergi meninggalkan mereka.
"Katanya kemaren dia nolak Agas, tapi kok tiba-tiba udah jadian aja? Gimana ceritanya sih, jadi bingung gue," cerca Zulfa menggaruk kepalanya yang tak gatal.
"Ceritanya panjang, lo gak bakalan mudeng kalo gue ceritain," balas Mika.
Reyna mengatur napasnya sembari terus melangkahkan kakinya. Berada dalam kelas yang sama pasti membuatnya sering melihat wajah Agas, apalagi sekarang status mereka adalah pacaran. Hal itu juga akan membuat jantung Reyna semakin susah untuk berfungsi dengan normal. Belum lagi kedua sahabatnya yang suka sekali menggodanya.
Setelah Reyna selesai membasuh wajahnya, ia kembali menuju kelas. Kakinya terus melangkah dengan cepat. Berada diantara banyaknya siswa yang ada di sekolah membuat ia sedikit tidak nyaman. Hingga saat Reyna menaiki tangga untuk ke kelas, tangannya ditahan oleh Agas.
"Pagi pacar," bisiknya di telinga Reyna.
Deg...
Seketika seluruh tubuh Reyna membeku. Ia merasakan jantungnya berdetak sangat kencang, kedua pipi Reyna pun menjadi merah merona sebab sapaan manis dari Agas. Baru bertemu saja sudah dibuat sesak napas begini, bagaimana dengan hari-hari berikutnya?
"Tuh kan kamu kebiasaan kalo bareng aku suka bengong," ucap Agas lagi.
Reyna menoleh kearah Agas lalu tersenyum malu. Ia sangat gugup saat ini.
"Emang kamu mikirin apa sih?"
Mikirin jantung aku yang mau meletus, ujar Reyna dalam hati.
"Eng--enggak, gak ada," jawabnya terbata-bata.
"Oh ya udah yuk ke kelas," ajak Agas.
Mereka berjalan berdampingan, tak ada yang bisa dilakukan Reyna selain diam dan terus memalingkan wajahnya saat Agas menatapnya. Ia mempercepat langkahnya agar terhindar dari tatapan Agas. Namun, Agas masih saja membuatnya tersipu malu. Ketika jarak mereka dengan kelas sangat dekat, Reyna menyuruh Agas untuk tidak masuk kelas secara bersamaan.
"Kamu masuk dulu gih," pinta Reyna.
"Kamu aja dulu," jawab Agas.
Reyna menggeleng, "kamu dulu."
"Enggak, mending kamu dulu, trus aku."
"Kam--" ucapan Reyna terpotong
"Kamu dulu pacar," kata Agas lembut.
Mendengar ucapan dari Agas, tanpa pikir panjang Reyna langsung pergi meninggalkannya. Lelaki itu hanya tersenyum memandang kepergian Reyna. Ia terlebih dahulu memastikan Reyna masuk ke kelas, lalu barulah dirinya yang beranjak. Ketika ia sampai di depan kelas, matanya sejenak menoleh kearah Reyna. Setelah itu, ia memalingkan wajahnya kembali karena mendengar teriakan dari Ravel.
"Lo sehat, Gas?" ucap Ravel heran.
Agas menautkan kedua alisnya.
"Liat nih wajah lo," kata Dicko sembari mengambil kaca milik Dina.
"Kenapa wajah gue?"
"Tumben aja masih pagi udah senyum-senyum, kesambet apaan lo?" balas Dicko.
Agas hanya mengedikkan bahu tanpa berniat untuk menjawabnya. Lalu, ia membuka tasnya dan mengambil dua barang kecil yang ia bawa dari rumah.
"Dic, ikut gue ngasihkan formulir ke Beni yuk," ajak Ravel kepada Dicko. Beni adalah murid kelas 12 yang juga mengikuti eskul futsal sama seperti Ravel. Seminggu lagi, akan ada kompetisi futsal antar sekolah. Ravel merupakan salah satu perwakilan dari sekolah yang akan tanding melawan sekolah lain.
"Ogah, males gue yang mau naik ke lantai tiga."
"Gas?" panggil Ravel.
"Gak," tolak Agas cepat.
"Kaga solid lo berdua, awas aja kalo kalian butuh gue, gak akan gue bantuin lo," ancam Ravel sebelum ia keluar dari kelas.
"IDIHH NGAMBEKAN LO KAYAK CEWEK!!" teriak Dicko sambil tertawa.
Melihat Reyna sedang membersihkan beberapa kertas dari kolong mejanya, Agas yakin pasti nanti Reyna akan membuangnya ke tong sampah. Ia mencari selembar kertas yang tak terpakai di bawah mejanya dan menaruh satu barang kecil itu di atas kertas, satu barang yang lain ia simpan lagi ke dalam sakunya. Agas meremas-remas kertasnya dengan kuat. Ia menghampiri Reyna yang terlihat berjalan kearah pintu kelas.
"Buang kan juga ya," katanya lalu kembali ke tempat duduknya.
"Hah?" jawab Reyna menatap kearah Agas.
"Buka," ucapnya tanpa bersuara.
Setelah mengerti kode dari Agas, Reyna mengangguk pelan dan berlalu keluar kelas. Lalu, ia membuka kertas yang diberi Agas dan melihat ada sebuah gantungan kunci kayu berbentuk seorang perempuan.
TBC 😊
-Atrapado-
Chapter 22? Done
Tunggu kisah Atrapado di chapter selanjutnya
Jangan lupa Vote and Comment juga ya :)
Thank you 💕
KAMU SEDANG MEMBACA
Atrapado [Completed]
Teen FictionReyna Grisselle Arsenio adalah gadis remaja yang kaku, cuek, memiliki gengsi yang tinggi dan sulit bergaul. Karna kekakuannya, Reyna tidak memiliki banyak teman. Namun disisi lain, ada cowok yang diam-diam mendekati Reyna. Tidak bisa dipungkiri, Rey...