Atrapado 28

1.3K 50 1
                                    

"Aku tak pernah mengerti kenapa aku harus melepaskanmu di saat aku sudah mulai bisa memelukmu lebih erat. Ini sulit, akan tetapi aku menyadari inilah takdirnya." -AggasheGA

*****

Sudah hampir setengah jam Reyna berdiri di belakang pohon cemara berukuran sedang yang tumbuh di sekitar taman, matanya memandang Agas penuh dengan pertanyaan. Entah mengapa perasannya mulai tidak enak semenjak Agas mengirimanya pesan.

Berulang kali ia mencoba melangkahkan kakinya untuk menemui Agas, namun perasaan ragu kembali muncul. Reyna menutup matanya sejenak, lalu membukanya secara perlahan. Tangannya bergerak memegang tali tas selempang dengan erat. Lagi, Reyna memandang kearah Agas. Sejujurnya, ia sangat merindukan lelaki itu, tapi dirinya tidak memiliki keberanian untuk mengatakannya pada Agas.

Layar ponsel Reyna menyala, ternyata ada tiga pesan masuk dari Agas, dengan segera ia membacanya.

AggasheGA: Ada di mana Rey?
AggasheGA: Kamu gak kenapa-napa kan?
AggasheGA: Rey???

Tanpa sengaja, bibirnya sedikit terangkat membentuk lengkungan kecil. Agas-nya tidak berubah, lelaki itu ternyata masih peduli pada Reyna. Itulah mengapa sampai detik ini ia sangat sayang dengan Agas, dia selalu memperhatikan keadaan Reyna entah secara langsung ataupun diam-diam.

ReynaGA: Bentar lagi udah sampe kok.

Setelah membalas pesan dari Agas, ia menghela napas panjang. Kemudian, mulai melangkahkan kakinya perlahan kearah Agas. Sesampainya ia di sana, Agas tersenyum tulus lalu meminta Reyna untuk duduk di sampingnya.

"Cuaca sekarang dingin, kenapa kamu gak pake jaket?" tanya Agas membuka suara.

"Gak papa," balas Reyna.

"Kalo kamu sakit gimana?"

Ciee perhatian lagi.

Reyna tertunduk malu, kedua pipinya mulai memanas sebab mendapat perhatian dari Agas.

"Kasian nanti dokternya capek ngobatin kamu," ucapnya lagi.

"Masih aja ya, nyebelin!"

Agas menatap kedua mata Reyna dalam. Lalu tertawa kecil. Lelaki itu sangat gemas melihat kepolosan Reyna.

"Masih aja ya, ngambekan," kata Agas membalas ucapan Reyna, ia mengacak lembut rambut Reyna hingga membuat rambutnya sedikit berantakan, "kamu kangen gak sama aku?" tanyanya menatap mata Reyna sangat lekat.

Reyna mengangguk pelan, "iya."

Agas langsung terdiam. Pengakuan itu mampu membuat Agas semakin tidak tega jika harus menyakiti Reyna. Padahal, sebelum ia berniat untuk mengajak Reyna bertemu, ia sangat yakin dengan keputusannya. Tapi, mengapa saat ini ia dibuat ragu lagi hanya karena mengetahui bahwa Reyna merindukannya?

Lo harus ngomong Gas! ucap Agas dalam hati, ia kembali mencoba meyakinkan dirinya sendiri.

"Maaf ya, udah bikin kamu nunggu lama," ujar Reyna merasa bersalah karena tadi telah membuat Agas menunggu.

"Seharusnya aku yang minta maaf, Rey."

Reyna mengernyitkan dahinya, entah kenapa perasaan tidak enak langsung menyelimutinya kembali, "maksudnya?" tanya Reyna tidak mengerti.

Tak ada jawaban dari Agas. Sejenak, mereka sama-sama diam. Hingga semenit kemudian, Agas mulai membuka suara lagi.

"Maaf karena aku gak bisa ngelanjutin hubungan ini. Tapi aku bakalan tetep inget dan sayang sama kamu, Rey," jelas Agas.

Jantung Reyna seketika langsung mencelos ketika mendengar ucapan Agas. Kedua matanya mulai memanas, ia terus menahan air matanya agar tidak keluar di depan Agas. Ingin sekali ia menanyakan, mengapa? Tapi mulutnya seakan tertutup rapat. Ia tidak bisa berkata apapun saat ini. Seharusnya Reyna sadar, Agas pasti bosan menjalin hubungan dengan dirinya. Lagian, siapa yang bakalan betah dengan sikap cuek Reyna? Siapa yang bakalan betah dengan sikap Reyna yang suka sekali marah hanya gara-gara hal sepele? Agas saja terkadang masih ragu apakah Reyna benar-benar mencintainya.

"Rey, kamu marah ya?" tanya Agas menatap Reyna karena sedari tadi gadis itu tak kunjung mengeluarkan suara.

"Hmm? Enggak," lirihnya sangat pelan, ia masih saja menampilkan senyumnya untuk menyembunyikan luka yang ia rasakan.

"Kamu berhak dapetin cowok yang lebih baik dari aku, Rey. Kayak yang pernah aku bilang ke kamu, kamu itu orang yang kuat, aku pengen kamu tetep tersenyum gimana pun keadaannya," Agas menghela napas sejenak, lalu melanjutkan lagi  ucapannya, "kamu tau gak kenapa? Karena senyummu adalah alasan orang lain bahagia, termasuk aku. Maaf karena aku gak bisa jaga kamu lagi, maaf kalau aku nanti gak bisa slalu ada di dekatmu. Maaf, Rey," jelas Agas panjang lebar.

Tanpa Agas sadari, setiap perkataan yang diucapkan olehnya mampu membuat air mata Reyna jatuh berkali-kali membasahi wajahnya. Gadis itu menghapus air matanya agar tak terlihat oleh Agas. Sedetik kemudian, tiba-tiba ponselnya bergetar.

BangBian: Cepet pulang dek!! Lo di cariin bunda noh, kayaknya lo mau dijodohin deh. Upss, udah pokonya buruan ke rumah. Di jamin lo bakalan kaget sampe kejang-kejang tiga hari tiga malam.

Reyna tersenyum kecil, tidak habis pikir dengan sikap kakaknya yang semakin hari semakin menjadi. Tapi ia bersyukur, akhirnya ia bisa memiliki alasan untuk pulang. Saat ini dirinya benar-benar tidak ingin diganggu oleh siapapun, yang ingin ia lakukan hanya ingin mengistirahatkan tubuhnya di atas kasur.

"Rey? Kamu kok diam aja?" tanya Agas.

"Emm, maaf ya aku harus pulang."

"Kenapa? Kamu marah sama aku?"

Reyna menggeleng, "Bang Bian nyuruh aku pulang."

"Oh ya udah, ayo aku anterin pulang."

"Gak usah," ucap Reyna cepat.

"Kalo kamu nolak, berarti kamu beneran marah sama aku."

Reyna pasrah, mau tak mau ia mengiyakan ajakan Agas.

Dahulu...
Tempat ini adalah saksi tentang kebahagiaanku dengannya
Dan sekarang, tempat ini pula yang menjadi saksi ketika aku kehilangannya.
Dahulu...
Kita pergi meninggalkan tempat ini dengan senyum tanpa resah
Dan sekarang kita pergi meninggalkan tempat ini dengan hati yang sama-sama patah

TBC 😊

-Atrapado-

Atrapado [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang