Atrapado 29

1.3K 45 0
                                    

"Semua orang tahu bahwa cinta tidak bisa di paksakan. Begitupun perihal melupakan, tidak bisa dipaksakan dengan waktu instan." -ReynaGA

*****

"Nah ini anak tante baru pulang. Rey, sini sayang, bunda mau kenalin kamu ke anaknya temen bunda," kata Lisa langsung berdiri ketika melihat Reyna baru saja masuk ke dalam rumah, di sampingnya tampak ada seorang lelaki seumuran dengan Reyna yang juga ikut berdiri.

"Reyna capek, Bun. Pengen istirahat," lirihnya terus berjalan tanpa menoleh sedikitpun kearah Lisa.

"Sini dulu sebentar dong, Nak," cegah Lisa menghampiri Reyna, dengan wajah tak bersemangat mau tak mau Reyna menuruti kemauan Lisa. Ia di tarik ke hadapan seorang lelaki yang entah dari mana asalnya Reyna juga tidak tahu. Namun, saat Reyna mengangkat kepalanya, ia merasa tak asing dengan wajah lelaki itu.

Dia kan...

"Kenalin ini Bayu anaknya tante Ira. Kamu tau gak roti coklat yang sering bunda beliin buat kamu, itu belinya di toko rotinya tante Ira. Oh iya, Bayu ternyata satu sekolah loh, Rey sama kamu," jelas Lisa memperkenalkan Bayu pada Reyna.

"Reyna? Lo Reyna kan?" tanya Bayu sembari menunjuk Reyna dengan tatapan bingung.

"Loh kalian udah saling kenal?" kata Lisa terkejut.

Reyna mengangguk dengan malas, wajahnya masih saja menampilkan ekspresi datar "udah ya, Bun. Reyna mau ke kamar dulu."

"Syukurlah kalo kalian udah kenal. Dan mulai hari ini, Bayu bakalan nginep di sini, Rey."

Langkah Reyna langsung terhenti, "hah?"

"Iya, soalnya tante Ira mau pulang kampung karena ngerawat ibunya yang sakit, trus om Heru juga lagi ada kerjaan di luar kota. Jadi tante Ira minta tolong ke bunda buat jagain Bayu," jelas Lisa.

"Cuma hari ini doang kan?"

"Sampe kondisi neneknya Bayu membaik dong, Nak," jawab Lisa.

Mampus

Reyna hanya menghela napas panjang ketika mendengar jawaban dari Lisa. Kemudian ia melanjutkan lagi langkahnya yang sempat terhenti.

"Nahh Bayu, nanti kamu tidur sama Bian ya, Nak."

"Iya, tante."

"Dan Reyna, besok pagi kamu berangkat sama Bayu aja biar gak telat sampe sekolah."

Reyna tak menanggapi ucapan Lisa. Toh kalaupun ia menolak pasti ibunya tetap bersikeras untuk menyuruhnya berangkat bersama Bayu.

Saat ia hendak menaiki tangga, tiba-tiba Bian memukul pundaknya sembari memegang minuman di tangan kirinya.

"Apa sih!!" sentak Reyna sangat kesal.

"Yaelah sensi amat adek gue. Gak asik lo, Dek."

"Bodo."

Reyna semakin mempercepat langkahnya. Ia tak habis pikir mengapa hari ini semua orang membuat dirinya kesal. Dan bukan Bian namanya kalau tidak menjahili adiknya dengan tingkahnya yang serba heboh.

"Dek, tungguin gue napa," pinta Bian.

"Masyaallah punya adek kok gini amat," ucapnya lagi.

Reyna langsung memutarkan kepalanya menatap tajam kearah Bian, "kebalik!!"

"Eh, Dek. Gimana? Bener kan kata gue," bisik Bian setelah berhasil menyamai langkah Reyna, "itu loh yang gue bilang lo mau di jodohin," katanya setelah melihat raut wajah Reyna yang bingung.

"Gue gak denger, gue gak denger," ucapnya sembari menutup telinga.

"Lo gak liat? Buktinya kan udah di depan mata, masa lo gak curiga sih??"

"Terserah, gue mau tidur."

Hampir saja Reyna berhasil menutup pintu kamarnya, tapi Bian sudah lebih dulu melesat masuk ke kamar Reyna.

"Apa lagi sih, Bang? Gue tuh sekarang lagi gak mood. Abang ngerti gak omongan Reyna? Reyna capek mau tidur," ujar Reyna mulai menurunkan nada suaranya.

"Lo lagi ada masalah ya? Bukannya tadi abis ketemuan sama cowok lo?"

Reyna diam, kedua matanya mulai berkaca-kaca. Ingatannya kembali berputar pada kejadian beberapa jam yang lalu. Waktu yang amat menyakitkan bagi dirinya dan... Agas, mungkin. Padahal dulu ia sudah siap jika nantinya Agas akan menyakiti hatinya. Tapi mengapa saat ini? Bukankah ini terlalu cepat?? Mengapa harus disaat Reyna sudah sangat menyayanginya. Ia begitu nyaman ketika berada di dekat Agas. Namun, mengingat kejadian beberapa jam yang lalu, ia tidak menjamin kalau Agas akan tetap berada di sampingnya. Dalam hati Reyna bertanya-tanya, mengapa Agas begitu tega melukai hatinya?

"Dek! Yaelah malah diem aja."

Reyna menolehkan kepalanya kearah Bian, "gue putus," lirihnya pelan.

"Ohh..." balas Bian santai.

Namun sedetik kemudian, "HAH? KOK BISA?" ucap Bian mulai heboh, "coba cerita sini cerita, lo mutusin apa diputusin, Dek?"

"Diputusin," kata Reyna sembari menghapus air matanya yang ada di pipi.

"Jangan bilang lo selingkuh?"

"Ngaco!!"

"Trus kenapa lo diputusin? Lo gak nanya ke dia?"

Reyna geleng-geleng kepala.

"Yahh, dasar pea," cibir Bian, "ya udah sih tinggal move on aja, cowok banyak kok di luaran sana."

"Lo pikir move on itu gampang apa!"

"Gampang lah. Tenang aja, lo kan udah punya calon pengganti, liat noh sekarang lagi ngobrol sama bunda. Dia lumayan loh, Dek, 85 dari 100. Yah walaupun jauh cakepan gue."

"Tapi gue udah terlanjur sayang sama Agas, Bang," kata Reyna begitu tulus. Ia menundukkan kepalanya karena menyesal telah membiarkan Agas meninggalkannya.

"Iya gue tau, gue juga gak akan maksa lo buat lupain dia kok. Tapi inget, cinta bukan cuma pake hati, Dek, tapi juga pake otak. Jangan sampe lo ngemis-ngemis minta dia jadi milik lo lagi."

"Yakali, gak mungkin lah."

"Ya udah gue mau nemenin Bayu dulu, kasian dia gak ada temennya, gue kan tuan rumah yang berhati mulia."

Setelah itu, Bian langsung beranjak turun menemui Bayu. Ia mengerti bagaimana perasaan Reyna saat ini, adiknya itu pasti butuh waktu sendiri untuk menenangkan hatinya. Walaupun sebelumnya, ia juga merasa sedikit aneh dengan perubahan sikap Reyna semenjak bertemu Agas.

TBC 😊

-Atrapado-

Atrapado [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang