8

387 37 4
                                    

Pukul 7 malam, Hana terbangun dari tidur nya kemudian menatap taeha yg duduk disampingnya dengan bingung.

"Eungh.. taeha, sudah jam berapa ini? Aish aku tertidur terlalu lama" ujar Hana yang kemudian memaksakan dirinya yang sedari tadi terbaring, kini menjadi posisi duduk.

"Ini sudah pukul 7 malam nyonya, apakah nyonya sudah merasa baikan sekarang?" Tanya taeha dengan raut wajah khawatir.

Tangan taeha kini menggenggam tangan Hana yang terasa dingin bercampur suhu ruang kamar yang juga terasa sejuk karena pendingin ruangan.

"Hemm.." Hana mengangguk kecil.
"Aku sudah merasa lebih baik, kenapa? Kenapa kau merasa se khawatir ini padaku huh?" Tanya Hana lembut pada yeoja dihadapan nya.

"Nyonya.. aku minta maaf sebelumnya, tadi aku menelpon dokter yang kemarin menangani mu untuk kemari memeriksa keadaan mu" kini mata taeha mulai memerah dan berkaca kaca memikirkan kembali perkataan dokter td setelah memeriksa hana.

Tatapan yang awalnya biasa saja, kini menjadi sedikit lebih sendu. Seakan akan ada hal besar terjadi yang disembunyikan.

"Lalu kenapa? Semua baik baik saja kan?" Tanya Hana harap-harap cemas.

"Aniya nyonya, lalu kemudian dokter itu juga memberikan hasil pemeriksaan mu saat dirumah sakit lalu. Beliau bilang kalau nyonya.." taeha menjeda sedikit omongannya untuk menahan tangis nya.

Dirinya sangat merasa takut, bukan takut dimarahi, namun taeha takut jika yang akan ia katakan saat ini hanya akan membuat Hana merasa terbebani.

"Taeha jangan menangis.. ada apa dengan ku huh? Aku kenapa?" Hana mulai merasa risau dengan jawaban yang akan dilontarkan taeha.

"D.. dokter bilang.. kalau nyonya mengidap kanker otak dibagian belakang kepala. Dan kini sudah masuk tahap stadium dua.." kini tangis taeha pecah, dia merasa sangat sedih akan keadaan majikan nya.

Pasalnya baru kali ini ia bekerja, dan mendapatkan majikan yang sangat baik seperti Hana. Bahkan Hana sendiri menganggap taeha sebagai kakak kandung nya sendiri.

Hening..

"Apa?! K..kanker otak stadium dua?" ujar Hana tak percaya dengan penyakit yang kini di idap nya.

Aku mengidap kanker otak stadium dua? kenapa aku tak pernah tahu? -batin Hana.

Hana pun meneteskan buliran air mata nya bertubi tubi tanpa disertai suara isak tangis. Kini Hana diam berjuta kata mendengar perkataan dari taeha. Shock? Sudah pasti.. namun harus bagaimana lagi? Hana hanya bisa menangis meratapi nasibnya.

"Nyonya.. aku akan selalu membantu nyonya" taeha kini memeluk erat Hana yang hanya bisa diam mematung dengan tangisan nya.

"Tak apa, jangan khawatir kan aku. Aku baik baik saja. Tak perlu khawatirkan penyakit ku, nanti juga akan sembuh" sahut Hana menyeka air mata taeha kemudian membalas pelukannya dengan tersenyum.

Selang beberapa saat, taeha melepaskan pelukan Hana. Dia menatap Hana, kemudian juga balik menyeka air mata Hana. Entah kenapa, hari ini dia sangat terbawa suasana.

"Nyonya.. ahh bagaimana bisa tuan menyia nyiakan yeoja sebaik nyonya. Dan lihatlah sekarang, justru saya yg menangis sedu. K.. kenapa nyonya sekuat ini huh?"

"Nyonya.. entahlah, tapi aku sudah menganggap mu sebagai panutan ku" ucap taeha gemetar kemudian sekilas memeluk kembali Hana. Hana menghela nafas nya panjang untuk menghentikan tangisnya.

"Sudahlah.. tak ada guna nya juga kita menangis malam malam seperti ini eoh?" taeha mengangguk mendengar perkataan Hana. Memang tak ada guna nya juga menangis, semua nya sudah terjadi.

"Eumm.. taeha" ujar Hana dengan suara serak karena menangis.

"Ne nyonya?" Taeha.

"Bisakah aku meminta tolong padamu huh?" Tanya Hana dengan suara yg dibuat se tegar tegar nya.

"Tentu, pasti aku akan membantu nyonya" seru Taeha mantap.

"Bisakah kau menyembunyikan semua ini dari siapapun, termasuk keluarga ku dan juga.. Tuan jeon.." ujar Hana dengan sedikit rasa ragu dan khawatir dibagian kata 'Tuan jeon'.

"Kenapa nyonya berkata seperti itu?" Tanya taeha bingung.

"Aku tak mau.. jika harus membuat mereka khawatir, aku tidak mau merepotkan mereka.. dan juga tak mau membuat mereka sedih. Aku hanya akan menjadi beban mereka saja, taeha... aku tidak berguna! Aku bodoh!" jelas Hana sambil menangis sesegukan.

Entah kenapa, rasanya sangat berat jika dia harus menyembunyikan segalanya. Hana hanya tak mau jika orang orang yang ia sayangi akan merasa kerepotan dan khawatir padanya.

"Nyonya.. jangan seperti ini eoh" taeha segera menyeka airmata Hana yang sudah banjir. Ia menepuk pundak Hana agar Hana merasa sedikit lebih lega.

Hana menghela nafasnya panjang. Dirinya diam sesaat, untuk menghentikan tangisnya.

"Dan file hasil pemeriksaan nya, dimana kau meletakkan nya?" Hana.

"Oeh.. file nya saya taruh di dalam laci nyonya" taeha.

"Eumm sekarang bisakah kau ambilkan file dan bukunya untuk ku?" Tanya Hana.

"Sebentar nyonya, saya akan ambilkan" sahut taeha yg kemudian mengambil buku diary Hana yg terletak didalam laci lemari pakaian.

Tak butuh waktu lama, kini taeha sudah kembali duduk di sisi Hana sambil memberikan buku diary nya. Hana kemudian mengecek isi buku tersebut, lebih tepatnya menyembunyikan lembaran hasil pemeriksaan nya diantara lembaran kertas. Setelah itu dia mengunci bukunya, dan memberikan nya pada taeha.

"Ahh baiklah sudah, ini kau bisa taruh kembali ke laci. Sekarang kau bisa pergi" seru Hana sesaat setelah buku diary tersebut ia kunci dan kuncinya ia sangkutkan digelang tangannya.

"Ne nyonya.." ujar Taeha kembali menaruh buku tersebut dilaci, kemudian pergi keluar kamar.

Cklekk..

"Ehh t..tuan.. saya permisi" taeha membungkukan badannya selepas melihat seseorang yg berada didepan kamar, tak lain adalah Jungkook.

Taeha segera pergi, dan Jungkook segera memasuki kamarnya dan menutup pintunya kembali.

"Eungh Jungkook?" Hana menengok ke arah Jungkook.

"Kenapa?" Tanya jungkook sembari membaringkan tubuhnya disisi kasur yg kosong.

"S.. sejak kapan kau berada didepan kamar?" Tanya Hana cemas. Ia takut jika jungkook mendengar semua percakapan nya dengan taeha tadi.

Jungkook diam tak menyahut.

Ahh apakah dia mendengar percakapan ku dengan taeha tadi? -batin Hana.

"Umh.. baiklah aku akan menyiapkan pakaian salin mu untuk setelah mandi" Hana segera bangkit dari kasur.

"Tunggu!.."

*****
Tunggu apa hayo?
Penasaran?
Jangan lupa baca kelanjutannya ya
Vote komen nya harus nih
See you ;)

the greatest wife✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang