Jungkook mulai merasa frustasi. Bagaimana caranya agar ia bisa meloloskan diri, sedangkan beberapa orang itu tengah berada didepan ruangan ini.
Dengan pasrah, ia menyenderkan tubuhnya pada dinding ruangan sambil terus berfikir. Ia pasti memiliki cara, jika tidak? Namanya sekarang mungkin bukan jeon jungkook.
Ia berupaya mengirimkan pesan kepada Dabin untuk memberitahukan segalanya. Ia butuh bantuan untuk mengalihkan perhatian orang-orang tersebut untuk kabur.
Namun sialnya ponsel wanita itu sedang tidak on. Tak bisa dichat, Jungkook segera mencoba menelpon nya terus menerus. Namun tak satupun telpon nya diangkat.
🥀🥀🥀
"Saat rapat nanti, aku akan memberi aba-aba"
"Yes, kuharap semua akan berjalan sesuai rencana"
"Kau tahu, apa yang membuatku yakin?"
"Tekat konyol mu! Yang entah datang dari mana" sindir Dabin pada wanita yang kini malah tertawa hambar karena ucapannya.
"Haha aku rasa kita tak jauh ber—"
Drttt..
Drttt...
Drttt.."Ganggu saja!" Tegas wanita itu pada Dabin dengan menyelidik. Ia tak suka, saat ia berbicara.. sesuatu memotong ucapannya. Dabin tak langsung menyahut, ia menghentikan obrolannya bersama wanita itu.
"Siapa?" Tanya nya lagi saat melihat Dabin sedikit menggerutu sambil memainkan ponselnya, mengetik sesuatu.
"Mainan tak becus itu!" Sahut Dabin yang malah mematikan ponselnya karena jungkook terus saja mengusiknya dengan telpon dan chat.
"Yak bodoh! Kenapa malah kau matikan?! Bagaimana jika ia dalam keadaan bahaya, kita akan gawat!"
"Kalian berdua sama-sama berisik!" Dabin dengan senang hatinya menumpahkan secangkir coffee susu miliknya ke lantai. Membuat lantai yang berwarna putih itu kini menjadi kotor.
"Dimana otak mu? Apa yang kau lakukan? pada ruangan ku!" Wanita itu marah, ia tak terima jika seseorang berani mengotori sesuatu miliknya sembarangan seperti ini. Sekalipun pelakunya adalah orang terdekatnya. Ia tak menerima toleransi, ia benci itu.
Dabin segera beranjak pergi dari ruangan itu. Meninggalkan wanita itu dengan perasaan kesal.
"Hei yak Lee Dabin! Kau mau kemana?" Tanya wanita itu—Yeonwoo, pada saudari kembarnya.
"Menyelamatkan mainan ku! Pergilah ke ruang rapat. Kita bertemu disana, dan aku akan menyelesaikan segalanya" sahut Dabin yang mulai menghilang dari pandangan Yeonwoo.
Yeonwoo segera menatap kaca cermin yang terdapat dalam ruangan tersebut untuk merapikan riasan wajahnya. Huh.. ia menghela nafas nya beberapa kali untuk membuat dirinya menjadi lebih tenang.
Ayolah Yeon.. tenangkan dirimu -batin Yeonwoo.
Jujur saja, ia memang kesal karena saudarinya itu sudah mengotori ruangannya yang notabennya selalu bersih, rapi dan wangi. Namun ia tahu, kakak kembarnya itu sangatlah jauh sekali lebih pandai dibandingkan simpanse.
Ya, dengan IQ lumayan tinggi yang di milikinya membuat Yeonwoo sangat berharap lebih jika kakak kembarnya bisa melakukan semuanya dengan baik.
Always perfect -batin Yeonwoo melihat pantulan wajahnya dikaca dengan senyum yang mengembang.
KAMU SEDANG MEMBACA
the greatest wife✓
Fiksi Penggemar✓kenapa harus aku? ✓berusaha dan berjuang sendirian? ✓kepada siapa sakit ini ku ceritakan? Publish : 20-01-2019 Highest rank : [200619] #1 in Eunmi [250619] #1 in Yeonwoo [310619] #54 in Nancy [231019] #70 in ioi [081219] #4 in Second [140120] #13 i...