43. Flashback!

166 11 2
                                    

Part ini menceritakan awal mula segalanya. Jadi buat kalian yang bertanya-tanya selama ini rahasia keluarga Hana dan Somi.. mungkin ini akan membantu menjelaskan semuanya.

3000+ words!
Jadi ceritanya 3 kali lebih panjang dari biasanya.

*****

"Oppa.. jebal! Jangan tinggalkan aku"

"Lepaskan!"

Wanita itu terus saja memegangi kedua kaki suaminya walaupun ia harus menerima beberapa tepisan kasar dan bentakan.

Meskipun dirinya harus terus ikut terseret mengikuti langkah suaminya yang ingin pergi dengan kopernya, ia tak perduli.

"Appa"

Kedua pasutri yang tengah bertengkar itu kini menoleh ke arah pintu kamar buah hati mereka.

"Sayang, kau bangun?"

Pria yang baru saja dipanggil appa itu mendekat pada putrinya, disusul istrinya yang beranjak berdiri dari posisi terduduk dilantai.

Di gendongnya anak batita nan cantik itu, serta dielusnya rambut pirang anak tunggalnya itu. Sementara anak tersebut masih asik mengusap-usap matanya yang masih terasa mengantuk.

"Appa mau pelgi?.. tinggalin Hana thama eomma?" Lirih anak kecil yang baru saja fasih berbicara itu dari depan kamarnya. Kira-kira berusia kurang dari 3 tahun.

*S = th, R = l

Mata indah itu berair, Hana kecil mulai sesegukan dalam gendongan ayahnya.

"Ne.. appa akan pergi" Hanry.

"Lama?.." Hana.

"Entahlah. Tapi jika ada waktu luang.. appa pasti akan menemuimu" Hanry tersenyum tipis pada putrinya, sambil dicium kedua pipi anaknya berkali-kali seakan menyalurkan permohonan maafnya pada anaknya yang tak tahu apa-apa.

"Kenapa appa pelgi? Ada yang thuluh?" Pertanyaan polos itu tiba-tiba saja keluar dari mulut Hana dengan tatapan bertanya-tanya. Membuat kedua orangtuanya tidak bisa menyembunyikan senyuman kecil mereka meskipun ditengah emosi keduanya yang memuncak.

"Ani.., sudahlah appa harus pergi. Kau jaga eomma ne?" Hana menganggukinya.

"Putri appa yang pintar, jadilah anak yang penurut dan baik. Jangan merepotkan eomma mu" dikecupnya lebih lama pipi Hana bersamaan dengan tetesan air mata.

"Masuklah ke kamar, beristirahat lah. Appa minta maaf" Hanry mensejajarkan tingginya dengan Hana. Diacaknya rambut Hana kecil dengan senyuman tulus yang terukir di bibirnya.

Hana mengerucutkan bibir mungilnya untuk menahan tangis. Sungguh ekspresi nya mungkin membuat siapapun tak tega meninggalkan nya, terlebih dalam lubuk hati Hanry sebagai seorang ayah.

Hana kembali diturunkan dari gendongannya, dan dengan penurutnya, ia masuk kembali ke kamarnya seorang diri sambil memegangi guling kesayangan yang dibelikan ayahnya saat natal tahun lalu.

Sementara saat Hanry beranjak pergi kembali. Namun tangannya kembali dicegah oleh So Ra, membuatnya terpaksa menghentikan langkahnya dengan malas.

the greatest wife✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang