Jungkook berlari keluar ruangan tak tentu arah. Dirinya bingung kemana ia harus pergi. Ya, dia harus kembali ke ruangan dimana ia memasang semua bom digital itu.
Kini ia menuju ke ruang terakhir ia memasangkan bom itu. Dengan langkah tergesa-gesa, ia berlari secepat yang ia bisa.
Sesampainya disana, dia mendapati seorang pria berseragam office boy yang sempat menabraknya.
Tanpa permisi lagi, Jungkook segera menghampiri dinding yang tertutup oleh kursi kerja ruangan tersebut.
Jungkook membuka semua laci meja kerja tersebut dengan gusar. Berharap ada sebuah obeng untuk melepas rakitan bom itu dari dinding. Namun justru ia mendapati sebuah foto berbingkai yang menampakkan dua orang saudari yang terlihat sangat manis dan dekat. Hana-somi.
Jadi ini ruangan Somi? -batin jk.
Ditatapnya foto tersebut dengan serius. Cukup lama. Hingga..
Drtt.. drtt.. drtt..
Suara getaran panggilan telpon keluar terdengar ditelinga nya. Membuat sepasang mata kini menatap tajam ke arah dimana ponsel tersebut berada.
"Siapa yang kau telpon?" Jungkook berbalik menghadap pria tersebut dengan ponsel digenggamnya yang masih asik berbunyi.
"T-tidak, hanya.. aku.. bukan, maksud ku-"
Jungkook semakin memantapkan langkahnya kedepan. Di ambilnya pisau lipat yang berada di saku jas nya, yang biasa ia bawa pergi kemana-mana untuk berjaga-jaga.
"S-sir?? Apa yang k-kau?-"
"Aku penasaran sekali, bayangkan bagaimana jika belati kecil ini mengukir di wajah mu?" Jungkook segera mendekati pria itu yang kini sudah mulai terpojokkan olehnya.
"Kau membisu huh?!"
"Jawab aku!" Bentaknya lagi.
Brug.
Ponsel bermerek Samsung itu kini terjun dengan sangat cepatnya terhempas ke lantai, saat sang pemilik merasa sangat terkejut dengan kalimat keras yang diucapkan oleh Jungkook. Hingga membuat layar ponsel tersebut menjadi retak.
Ditambah gebrakan lengan kekar tersebut pada meja, sukses menciptakan suara dan suasana yang mengagetkan, juga mengerikan.
"Apa kau menelpon polisi?" Tanya Jungkook dengan jarak yang semakin dekat.
Pria itu tetap diam, sesekali mencuri curi langkah kecil untuk sedikit menjauh dari Jungkook.
"Ya atau tidak? Hm?" Jungkook terus saja perlahan mendekati pria itu dengan tatapan seakan saat ini ia sudah siap untuk membunuh.
Pria itu mengangguk lemah, dengan bulir-bulir keringat dingin membanjiri wajahnya yang terlihat sedikit pucat. Membuat sudut bibir jungkook sedikit terangkat, karena dapat terus memojokkan pria berseragam office boy tersebut.
"T-tapi belum terjawab" sanggah office boy itu dengan segera, sambil menatap sepasang mata jungkook dengan rasa takut yang memuncak.
Pria dihadapannya benar-benar sudah mulai hilang akal. Pikir office boy itu.
"Minhyuk, hm.. nama yang tak memalukan" ucap pria bermarga jeon itu dengan entengnya saat membaca name tag pria yang sedari tadi sudah mati kaku dihadapan nya.
"Bisakah kau berpihak padaku?" Jemari jungkook dengan piawainya memainkan belati yang digenggamnya sehingga berputar pada jari telunjuknya.
Disisi lain wajah nya terlihat bermain-main, namun juga menakutkan. Ugh! Bahkan kini ia terlihat lebih menyeramkan dibanding Badut pennywise.
KAMU SEDANG MEMBACA
the greatest wife✓
Fanfic✓kenapa harus aku? ✓berusaha dan berjuang sendirian? ✓kepada siapa sakit ini ku ceritakan? Publish : 20-01-2019 Highest rank : [200619] #1 in Eunmi [250619] #1 in Yeonwoo [310619] #54 in Nancy [231019] #70 in ioi [081219] #4 in Second [140120] #13 i...