2. Kebencian

1.1K 71 2
                                        

Huruf miring bisa jadi Flashback atau ngomong dalam hati. TYPO BERTEBARAN HARAP ABAIKAN SAJA.

Happy Reading!!


**


"Hikss... hikss.." suara isak tangis seorang gadis kecil yang kini bersembunyi di bawah meja pantry rumahnya. Keadaan rumahnya sudah berantakkan tak bersisa, ditambah lagi keadaan lantai yang dipenuhi benda pecah dan darah.

"Kalian sudah selesai?" Gadis kecil itu sontak menutup mulutnya untuk menahan suara isakannya keluar dari sela bibir mungilnya yang sudah bergetar sama halnya dengan tubuh ringkihnya yang begitu ketakutan.
"Sudah, bos. Tapi, kami kehilangan anak mereka. Sepertinya dia tidak ada di sini" suara percakapan dua pria dewasa didekat meja pantry itu terdengar menyeramkan bagi gadis kecil berumur 5 tahun sepertinya. Terlebih tanpa ada perlindungan untuknya.
"Sudah, yang kuinginkan adalah kedua orang tuanya. Biarkan anak keluarga Shin itu hidup. Yang penting kalian telah menghabisi pria brengsek dan wanita tidak tahu diri itu, kan?"
"Ya, bos"
"Bagus. Aku akan mengirimkan uangnya hari ini juga"


Tap
Tap
Tap
Tap


Suara langkah kaki yang menjauh membuat gadis kecil itu dengan keberanian yang masih dimilikinya keluar dari tempat bersembunyinya. Langkah kaki pendeknya membawanya ke lantai rumahnya. Sampai di kamar orang tuanya, saat itulah dirinya berteriak histeris menemukan kedua orang tuanya sudah tak bernyawa dengan darah mengelilingi tubuh mereka yang tergeletak di lantai.


"OMMA!!! APPA!!!"

"TIDAK!!!!"


Gadis dengan seragam melekat ditubuhnya itu tersentak bangun dari tempatnya tertidur saat itu saat kilasan memory tentang masa lalu kelamnya kembali muncul setelah beberapa tahun sudah tak menghantuinya.


"Nak, kamu tidak apa?" Ia menoleh pada seorang wanita tua yang mendekat ke arahnya. Dirinya kini yang berada di sebuah gazebo umum yang terletak di taman mengedarkan pandangannya kesekitarnya.
"Ah, aku baik-baik saja, halmoni"
"Kenapa sudah malam begini kau belum pulang, nak?" Seketika ia teringat dengan pembicaraan paman dan bibinya sore tadi. Ya, dia adalah Jaera. Setelah menangis sepuasnya di taman, tanpa sadar di tertidur di sana.
"A-aku ada masalah, jadi aku mencoba untuk menenangkan diri, halmoni" wanita tua itu mengangguk mengerti dengan keadaan Jaera.
"Baiklah, tapi jangan terlalu larut. Tidak baik seorang gadis berada di luar rumah saat malam hari"
"Ya, terima kasih, halmoni"


Setelah wanita tua itu pergi, Jaera kembali merenungi nasibnya. Apakah dia harus keluar dari rumah pamannya? Tapi, uang dari bekerjanya masih belum cukup untuk membeli sebuah flat sederhana sekalipun.


"Omma, appa, apa yang harus kulakukan?" Desahnya seraya menatap lekat langit yang kini dipenuhi bintang.
"Kalau saja omma dan appa masih ada, aku tidak akan kesepian"


Akhirnya Jaera putuskan untuk pulang lebih dulu dan memikirkan kelanjutan hidupnya di rumah saja. Sepertinya dia harus bekerja lebih keras lagi untuk bisa membeli tempat baru. Dia tidak ingin merepotkan paman dan bibinya lebih lama.

Between You & ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang