8.

6.9K 181 1
                                    


'apa mungkin dia marah soal Kenzo tadi?' batin Raina.

"nanti aja aku tanya langsung sama dia" berdiri menuju ke kamar mandi untuk membersikan diri tak lupa membawa baju ganti.

20 menit berlalu aku keluar kamar mandi dengan menggunakan setelan casual langsung berjalan kearah meja rias menyisir dan mengeringkan rambut lurusnya itu setelah dirasa sudah kering aku mengikatnya jadi satu dan sedikit memoleskan bedak dan juga lipbalm agar tidak terlihat pucat.

Aku berdiri melihat penampilannya di cermin, aku sangat memperhatikan penampilan meskipun dia terkesan tomboy dia tetap menggunakan bedak dengan sangat tipis.

--------**------

aku berjalan keluar menghampiri Rendra dengan membawa koperku. kulihat Rendra yang tengah asik memainkan ponselnya dengan posisi duduknya disofa.

"ndra" panggilku dia langsung menoleh mengisyaratkan 'apa' dari tatapannya itu.

"ndra, lo kenapa perasaan dari tadi diem mulu?" ucapku yang tidak mendapat jawaban sama sekali.

"ndra kena..." ucapku menggantung karena Rendra mulai beranjak dari duduknya.

"sudah selesaikan?" tanyanya mengambil alih koperku dan membawanya keluar.

Aku mengikutinya dari belakang dengan dahi berkerut bingung atas arti dari sifatnya ini.

kami sudah berada didalam mobil setelah tadi aku berjalan disampingnya bingung atas prilaku Rendra yang aku nggak tau apa artinya. Hening adalah gambaran pas untuk kondisi saat ini sampai akhirnya aku memutuskan membuka obrolan.

"ndra lo kenapa?" tanyaku dengan ragu karena aku jarang sekali memuali obrolan selain keluargaku sendiri.

"nggak papa" jawabnya datar.

Tanpa ngebuang tenaga aku sudahi pertanyaanku itu. karena aku yakin jika aku lanjut maka dia tidak akan mau cerita dengan kondisi amarahnya yang seperti ini.

20 menit kemudian aku dan Rendra telah memasuki Rumah keluarga Mahardhika. kulihat mama Naumy menghampiriku dengan papa berada di belakangnya.

"calon mantu mama akhirnya datang juga" girang mama dengan memeluku erat aku hanya tersenyum tipis dan membalas pelukannya.

kulihat Rendra menaiki tangga meninggalkan aku, mama dan papa begitu saja.
"kenapa dia Rain?" tanya mama yang bingung atas sikap putra semata wayangnya itu. lalu mama mengajakku duduk disofa bersama papa juga.

"nggak tau ma, sepertinya dia marah sama aku" jawabku yang dimengerti oleh mama.

"kamu sudah ngomong kedia? anak mama itu kalau ngambek memang susah dirayunya, kamu samperin nggih ajak sekalian untuk makan malam" jelas mama yang aku mengerti segera aku menaiki tangga berjalan kekamar Rendra.

Setelah berada didepan kamarnya aku mengetuk pintu berkali-kali namun tak ada jawaban. kuputuskan untuk membuka pintu yang ternyata tidak dikunci dengan hati-hati aku melangkah masuk.

"ndra" panggilku yang benar-bernar sudah didalam kamarnya, aku melihat Rendra menenggelamkan wajahnya diatas bantal dengan posiai tidur tengkurapnya.

"ndra" panggilku lagi menepuk pelan lengannya.

"hmm" gumamnya masih dalam posisi yang sama.

"lo kenapa?" tanyaku lagi kulihat dia mulai membalikkan badan dan menatap aku.

"nggak kenapa-napa" jawabnya yang sama sekali tidak kupercaya.

"lo bohong ndra, tatap mata gue dan bilang seperti tadi" ujarku.

Black White CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang