Pada jam pukul 12 malam, tamu undangan sudah berpamitan pulang semua, tersisah hanya keluarga inti dari pihak kak Ryan dan kak Tania saja.-------**--------
Keluarga kak Tania sudah menyiapkan kamar Hottel VIP untuk kedua belah pihak keluarga untuk menginap.
Waktu hampir menunjukkan pukul 1 dini hari barulah semua orang bergegas kekamar masing-masing. Begitupun aku, aku bergegas membersihkan tubuhku dan mengganti pakaianku dengan baju Casual.
Semua orang sudah yertidur pulas, karena aku tau betul ini bukan acara kecil jadi semua orang mempunyai tugas masing-masing yang membuat mereka lelah.
Namun tidak denganku. aku memutuskan pergi kekamar kakak untuk menjelaskan semua, agar kakak tidak marah kepadaku,
Aku paham dan mengerti kemarahan itu lebih mengarah kepada kekawatirannya terhadapku.Tapi tetap saja aku tidak nyaman mendapatkan sikap dinginnya, maka dari itu lebih baik aku luruskan masalah ini, aku bener nggak tahan dengan sikap dingin dan cueknya terhadapku.
Sampainnya aku dikamar kakak segera ku ketuk pintunnya, tak beberapa lama muncullah kakak menggunakan kaos putih dengan celana boxer diatas lutut, dengan rambut sedikit basah dan wajah yang segar, kuarasa kakakku ini baru saja selesai mandi.
Kakak terlihat kaget akan kedatanganku, tapi tetap dia membiarkan aku masuk meski tanpa suara.
Aku duduk di sofa disusul kakak yang memilih tempat agak jauh dariku, sungguh aku tak tahan melihat posisi kita dan sikap kakak.
Aku bangkit dan memeluknya dari samping, awalnya kakak berusaha melepaskan pelukkanku tapi aku tetap kekeh memelukknya.
"Maaf kak, aku akan jelasin semuanya kekakak tapi tolong jangan bersikap seperti ini terhadapku, jujur aku nggak suka, aku tak tahan melihat kakak yang selalu menghindar dariku, aku akui aku salah sangat salah bahkan, tapi tolong maafkan aku" ucapku senduh.
Kakak menghembuhkan nafas berat dan kemudian membalas pelukanku, tubukku melayang dan sekarang posisiku diatas pangkuannya. Kutenggelamkan kepalaku dicuruk lehernya dan tanganku melukknya. Begitupun kakak yang memeluk pinggangku erat
"Jelasin sekarang" ucapnya singkat.
"Kakak nggak berat? Hm dengan mangku aku apa kakak nggak capek?" Tanyaku takut kakak capek karena pertunangannya pasti akan menguras banyak tenaganya.
Tanpa menjawabku kakak bangun dan menggendongku seperti anak kecil menuju kasur, diturunkannya tubuhku secara perlahan dan dia mengambil posisi disamping kiriku dan memelukku sambil menatap mataku intens.
"Kakak masih ingat anak yang aku tolong saat kecelakaan?" Tanyaku memulai penjelasan.
"Yang jadi alasan kamu ikutin balap dan berakhir pada taruhan yang membuat Rendra menyerahkan mobilnya kekamu?" Ucap kakak memastikan.
"Iya"
"Kenapa dengannya?" Tanya kakak.
"Aku masih menyuruh orang mengawasi mereka, awalnya aku kira mereka adalah orang biasa"
"Tapi setelah aku melihat rumahnya terlihat sangat menarik mulai dari depan sampai belakan itu terlihat bahwa pemiliknya bukan orang biasa, rumah itu didesign sangat rapi, tak seperti rumah orang biasanya" aku melihat respon kakak yang nampak bingung.
"Kenapa kamu mengawasi merek?"
"Kecelakaan itu seperti telah direncanakan, bahkan pelakunya dengan mudahnya bebas dari penjara, awalnya aku hanya ingin menjaga mereka, tapi setelah aku melihat semua itu aku mulai penasaran hingga aku menemukan fakta baru yang sangat mengejutkan"
KAMU SEDANG MEMBACA
Black White CEO
Romance"cewek ternyata lawan gue. cih!, pling langsung kalah loh hanya dalam 1 putaran saja"ucapnya. (Rizky Rendra Mahardhika.) "cih,lihat saja nanti"ucapku dingin padanya. (Raina Agelista Wijayah). "ok! kalau gue menang lo akan menuruti kemauan gue, dan k...