"nyonya ada urusan keluar kota sama tuan den" jawabnya."yasudah bi"
"aden sama non Raina mau bibi buatin makan?" tanya bi Ijah.
"nggak perlu bi"
"yasudah, bibi permisi den, mari non"
Seperginya bi Ijah aku dan Raina hanya diam saja. Raina duduk disampingku dengan memainkan ponselnya sedangkan aku memutuskan untuk kekamar menyiapkan baju untuk besok.
---------**---------
"Rain, aku kekamar dulu ya" ucapku dan langsung menaiki tangga setelah melihat anggukan kepala dari Raina.
Ketika dikamar aku menuju kamar mandi untuk menyegarkan badanku serta fikiranku. 15 menit sudah berlalu dan aku keluar kamar mandi dengan menggunakan celana selutut dan kaos hitam yang sudahku ambil sebelum masuk kekamar mandi tadi.
Aku pusing dengan fikiranku yang sedari tadi hanya terniang pada ucapan Raina mengenai perasaannya ke-aku. Aku menjatuhkan badanku kekasur King size ku berusaha menenangkan fikiranku agar tidak semakin pusing dengan wajah yang kutenggelamkan dibantal agar benar-benar santai.
Clek
Pintu terbuka namun aku malas meski hanya sekedar melihat siapa yang masuk kekamarku.
Tak lama Kurasakan kasurku yang sedikit bergerak, kurasa ada yang duduk disampinku dan itu benar adanya setelah ada suara yang terdengar memanggilku dan tangan yang menyentuh pundakku."Ndra" panggilnya dan aku sangat mengenal suara ini, suara orang yang membuatku melupakan masa lalu burukku.
"hmm" gumamku masih enggan merubah posisiku.
"Ndra" ulangnya lagi aku memutar tubuhku agar dapat melihatnya.
"ada apa?" tanyaku
"tahan ya, mungkin sedikit terasa perih" ucapnya langsung mengoleskan obat lebam kewajahku.
"kamu marah sama aku?" tanyanya dengan tangan yang telaten mengoleskan obat dengan posisiku yang masih rebahan diatas kasur menghadapnya yang duduk ditepi kasur sebelahku.
"nggak, aku hanya pingin tau apa yang kamu katakan tadi itu benar atau hanya sekedar..." ucapku ragu.Cup.
Raina menciumku dan itu berhasil membuatku sangat terkejut bukan main.
"Rain" ucapku bermaksut bertanya apa maksud dari ciuman itu dengan tangan memegang pipiku yang dicium Raina.
"itu benar Ndra"
Mendengar itu aku langsung menarik tantangan Raina dan membuat dia terjatuh diatasku, aku memeluknya erat bahkan sangat erat. Kita berdua ada dalam posisi itu sampai beberapa menit tanpa ada sepata katapun baik dariku maupun dari Raina hingga aku berfikir apa mungkin Raina hanya merasa tidak enak? apa dia merasa bersalah saja?.
Aku melonggarkan pelukanku dan menatap matanya "kamu bicara seperti itu bukan hanya merasa bersalah saja kan? bukan karena merasa tidak enak saja kan?" tanyaku was was.
"kamu mau nya aku jawab apa?" ucapnya lembut membuat hatiku menghangat.
"jawab jujur" ucapku.
"hmmmmm"
"Rain" panggilku kesal.
"aku serius Ndra mengenai ucapanku tadi" jawabnya membuat aku senang bahkan sangat senang dan mengeratkan pelukanku tadi.
"kenapa? sejak kapan? karena apa? dan..." ucapku terpotong karena tangan Raina menutup mulutku dengan lembut.
"apa perlu aku jawab itu?" tanya Raina dengan tangan masih berada menutup mulutku dan membuatku tidak bisa berbicara dan hanya ku angguki saja sebagai jawaban 'iya'.
KAMU SEDANG MEMBACA
Black White CEO
Romance"cewek ternyata lawan gue. cih!, pling langsung kalah loh hanya dalam 1 putaran saja"ucapnya. (Rizky Rendra Mahardhika.) "cih,lihat saja nanti"ucapku dingin padanya. (Raina Agelista Wijayah). "ok! kalau gue menang lo akan menuruti kemauan gue, dan k...