32

4.6K 143 9
                                    

Cup Cup Cup...

"Tuhkan aku hampir khilaf nyium yang ini" ujarnya mengusap bibir Raina.

"Awas aja kalau tadi beneran kecium" ancam Raina.

"Iya iya. Khilaf sekali gak papa dong" goda Rendra yang langsung mendapatkan pelototan dari Raina.

"Ayo makan" ucap Raina.

Rendra tersenyum simpul melihat Raina tak jadi marah. Rendra mengikuti Raina duduk disebrang tempat duduk Raina dan memandangi Raina yang telah menyiapkan makanan kepiringnya.

'Jadikan dia pendampingku, ibu dari anak-anakku, teman ibadahku Ya Allah. Amin'. do'a Rendra dihati.

-------**-------

Raina POV.

1 minggu Aku dan Rendra tidak bertemu. Sejak kepulangan kita dari Bogor aku dan Rendra sama-sama disibukkan dengan pekerjaan kantor.

Dimana pekerjaan itu harus selesai sebelum aku tingal cuti untuk ke-Bandung membantu persiapan acara Pernikahan kakak yang kurang 1 minggu lagi.

Terakhir bertemu Rendra saat kepulangan dari Bogor itu. Bukan berarti Kita berdua tak pernah berkomunikasi. hanya saja komunikasi kita lakukan saat ada waktu luang via telphon, chat, bahkan vidio call.

Saat kepulangan dari Bogor. Rendra benar-benar menepati janjinya untuk pulang pagi hari. Bahkan Rendra sudah bersiap sesudah sholat subuh.

Sesampai di-Jakarta Rendra memutuskan singgah dirumahku sebentar untuk istirahat dan dijam 12 siang Rendra langsung pergi kekantor tanpa pulang kerumah maupun Apartemantnya.

Dan dari situlah kita tak pernah bertemu lagi. Rendra sering memintaku untuk datang kekantornya saat jam istirahat atau dia yang datang kekantorku dengan alasan kangen. Tapi jelas aku tolak karena  baik aku maupun dia benar-benar sangat sibuk.

2 hari lagi aku dan Rendra sepakat pergi ke Bandung menepati janji kita pada Kakak untuk membantunya.

Dan sekarang aku masih setia duduk manis dikursi kebesaranku dikantor dengan berkas dan laptop sebagai teman setiaku.

Dreeeet Dreeeet.

Ponselku bergetar menandakan panggilan masuk. Segera kulihat siapa yang menelphonku. Rendra!
"Hallo" ucapku.

"Yang, dimana?" Ucapnya dengan nada merengek.

"Masih dikantor, kenapa?" Ucapku.

"Ha? Sekarang sudah jam 10 malam, yang. Kenapa nggak istirahat dirumah saja sih? Aku Kangen pengen ketemu, lelah juga nggak pernah tidur nyenyak lagi. Lusa aku jemput kamu di Apart apa dirumah?" ucap Rendra yang aku yakini sekarang mukanya seperti anak kecil yang tidak dibelikan ibunya permen.

"iya ini sudah hampir selesai. Minum vitaminnya jangan sampai lupa. Langsung jemput di Apart saja" jawabku.

"Kok nadanya cuek gitu, yang. Kan aku bilang jangan cuek lagi" ucap Rendra semakin menggunakan nada manjanya.

"Mana ada cuek sih? Ini aku sambil ngecek berkas-berkas keuangn bulan ini. Kamu lagi ngapain sekarang?" Ucapku.

"Tiduran di kamar sejak 1 jam lalu tapi nggak tidur-tidur" ucapnya kesal.

"Kenapa?" Tanyaku pura-pura nggak tau.

"Pakek nanya lagi. Kamu tau jawaban dari pertanyaanmu sendiri, yang"  jawabnya.

"Apa emang jawabannya? Aku nggak tau. Dan kamu nggak ngasih tau juga" ucapku semakin menggodanya.

"Bodo, males aku" ucapnya.

Black White CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang