27.

5.3K 163 1
                                    

Setelah selesai aku menuju kamarku yang berada bersebelahan dengan ruang kerjaku itu.

Kurebahkan badanku kekasur king size ku itu, Namun itu tak membuatku mengantuk malah aku kembali berfikir bagaimana kondisi Rainaku saat ini.

'Semoga kamu baik-baik saja dear, aku kangen kamu! Love you'
--------**-------

Raina POV.

Pagi ini aku bangun dengan kondisi yang segar setelah 2 minggu aku tak pulang.

Aku langsung beranjak kekamar mandi dan bersiap diri mendengar kemarahan mama dan papa, karena semalam sewaktu aku pulang mama sama papa sudah tidur jadi mereka tak mengetahui kepulanganku.

25 menit aku telah selesai dengan pakaina casualku bergegas turun kebawah menemui mama dan papa dan melaksanakan sarapan.

"Pagi ma, pa" sapaku saat aku sampai dimeja makan.

"Pagi" ucap mereka pelan yang kuyakini telah menahan amarahnya.

"Ma.."

"Cepat habiskan sarapanmu" potong papa membuat aku menghembuskan nafas pelan.

Setelah sarapan aku beranjak menghampiri papa yang berada disofa ruang keluarga sedang menonton TV.

Aku mengambil tempat disebelah papa, dan dengan keraguan kumulai membuka pembicaraan.

"Pa"

"Kemana saja kamu selama 2 minggu ini?" Tanya papa tak perduli sapaanku.

"Aku ada urusan mendadak diluar kota" jawabku pelan.

"Urusan apa sampai kamu tidak bisa dihubungi"

"Maaf pa, ponsel ku tertinggal dikamar"

"Kamu membuat semua orang kawatir, apa kamu tau itu? Bahkan kakakmu sangat kawatir, kamu tau besok adalah acara pertunangannya sementara mama kamu tak henti-hentinya menangis setiap malam dan berpura ceria saat bertemu kakakmu supaya kakak tak semakin kawatir dan fokus ke acaranya" cecar papa.

"Maaf pa" ucapku menyesal.

"Bahkan kakakmu hampir saja menunda pertunangannya dan mencarimu jika hari ini kamu nggak pulang,  sebenarnya kemana kamu selama ini dan pulang-pulang tengah malam? Kamu tau tunangan kamu sekarang sekit dirumahnya karena tak mau makan dan dipaksakan bekerja terus menerus agar tak selalu kepikiran kamu terus"

Kalian tau papa saat ini, berbicara panjang lebar dengan nada dan ekspresi dinginnya dan itu yang membuatku takut karena papa tak pernah marah kepadaku sampai seperti sekarang ini, biasanya jika aku maupun kakak melakukan sesuatu yang salah itu hanya mendapat sedikit teguran tegas saja tak sampai berbicara panjang lebar seperti ini.

"Maaf pa, Raina benar-benar menyesal dengan perbuatan Raina sendiri" ucapku merunduk.

Kudengar papa menghembuskan nafas kasar dan memegan kedua pundakku.

"Papa kawatir sama kamu Rain. mama, kakak, dan yang lainnya juga kawatir, bahkan orang suruhan papa sama kakak tak bisa menemukanmu, papa tau kamu hebat untuk menghapus dan menyembunyikan jejak bahkan papa tau sistem keamanan yang kamu punya itu kuat, tapi setidaknya tidak sampai seperti ini" ucap papa senduh aku yang sedari tadi mulai menatap wajah papa mulai ikut sedih dan hatiku seperti teriris melihat wajah senduh papa dan apa tadi papa bilang mama setiap malam menangis, aku benar-benar menyesal.

"Sekali lagi maaf pa" ucapku langsung mendapat pelukan sayang dari papa.

"Sudahlah minta maaf pada mamamu sekarang"

Black White CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang