15.

5.7K 165 0
                                    


"Hallo Rain" ucapku setelah sudah tersambung.

"ya Ndra ada apa?"

"kamu sudah selesai kan?" tanyaku.

"sudah, jadi kesini?"

"iya dong sayang"

"aku tunggu" ucapnya singakat dan mengakhiri telephon.

"Raina, Raina cuek banget sih sayang" ucapku saat sambungan telephone terputus.

Aku langsung meraih kunci motor dan langsung menuju kekantor Raina untuk makan siang bersama.

-------**---------

Rendra POV.

Sesampainya dikantor Raina aku melihat ada anak curut yang selalu ngintilin Raina kesana kemari.

"Rain" panggilku yang melihat Raina berjalan kearah Reseptionis dengan Kenzo yang berjalan disampingnya berusaha mengajaknya berbicara.

"Ndra, baru sampai?" tanyanya yang telah sampai didepanku.

"he'em, langsung makan?" ucapku.

"ayo!"

"Rain, boleh gabung nggak?" tanya Ryan yang baru keluar dari lift.

"ayo kak" jawab Raina.

"Rain, ikut aku sebentar" ucap Kenzo menarik tangan Raina keluar.

Aku yang melihat Raina tangannya ditarik sama tuh anak curut merasa kesal dan dengan segera aku mengikutinya bersama Ryan.

"Ren, kita lihat saja apa yang bakal terjadi pada Kenzo" ucap Ryan mencekal tanganku saat aku ingin menghampiri Raina dan memukul tuh anak curut sampai babak belur.

Raina POV.

Setelah sampai ditaman samping kantor aku langsung menghempaskan tangan Kenzo yang sedari tadi menarik tanganku.

"to the point" ucapku dingin.

"Rain, aku suka sama kamu, kamu mau nggak jadi pacar aku?" ucap Kenzo setelah tanganku terlepas dari cekalannya.

"nggak, kamu sudah bicara seperti itu berapa kali dan jawabanku tidak akan berubah" ucapku dingin.

"Kenapa Rain?" tanya kenzo.

"nggak ada alasan" ucapku datar.

"kenapa Rain?!!" tanya-nya yang meninggikan nadanya bicaranya.

"Kenzo jaga bicaramu, apa kurang penolakan gue waktu disurabaya kemarin?" ucapku dengan nada dingin yang semakin menjadi

"nggak Rain, kamu harus jadi milikku" ucapnya meraih tengkukku dan mendekatkan wajahnya kearahku dengan niat ingin mencium bibirku.

Plak

Satu tamparan keras berhasil ku daratkan pada pipinya dan membuat jarak diantara kami mulai menjauh.

"jaga kelakuanmu Kenzo" ucapku setelah menamparnya masih dengan tenang menahan emosiku.

"Rain kamu bukan siapa-siapa yang susah untuk kuhancurkan, jadi menurutlah kepadaku!!" ucapnya menekankan setiap kata.

"lakukan apapun yang ingin kau lakukan, gue  beritau satu hal ke-lo Kenzo 'PILIH LAWAN YANG SETARA DENGAN KEMAMPUAN LO' setelah ini gue tunggu ruangan lo sudah tidak ada barang-barang lo lagi dan lebih baik jangan tampakan wajah lo dihadapan gue" ucapku dingin dengan menekankan beberapa kata karena mulai tidak bisa menahan emosi lagi.

"kamu nggak tau siapa aku Rain jadi bersiap-siaplah" ucapnya lagi

"dan lo nggak tau siapa gue, gue tunggu apa yang akan lo lakuin untuk mewujudkan kemauan busuk lo itu" ucapku dengan berjalan pergi meninggalkan dia sebelum emosiku semakin memuncak.

"Ayo" ucapku didepan kakak dan Rendra.

Kita bertiga berada didalm mobil kakak dan bergegas mencari Restaurant untuk makan siang.

"Dek, mau makan dimana?" tanya kak Ryan.

"Resto mama aja kak" ucapku.

Setalah itu mobil hening kembali, namun tak lama Rendra memecah keheningan itu.

"Sayang, kamu nggak papakan?" ucap Rendra melihat kebelakang melalui kaca depan karena posisinya menyetir dengan kak Ryan disebelahnya dan aku dibelakang.

"WHAT SAYANG? sejak kapan?" ucap kakak kaget dengan panggilan Rendra kepadaku.

"apa sih lo berisik banget?" tanya Rendra.

"sejak kapan kalian panggil sayang-sayang segala?" tanya kakak lagi

"masih gue doang yang manggil sayang, Raina belum" jawab Rendra.

"sejak tadi pagi gue manggil Raina sayang" lanjut Rendra.

"lo udah ngungkapin perasaan lo sama adik gue?" tanya kakak lagi aku hanya diam menetralkan emosiku.

"udah dong, gue ini gentleman jadi langsung aja nggak perlu pekek takut ditolak segala, nggak kayak lo lama banget waktu nyatain perasaan lo ke Tania" ucap Rendra.

"gimana ceritanya? dan nggak perlu nyindir juga keles" ucap kakak.

"ada deh! rahasia nati lo iri lagi" gada Rendra.

"lo ya, kebangetan pakek rahasia segala" ucap kakak merenggut kesal.

"kan sampai lupa pertanyaanku ke-Raina tadi, Rain kamu sudah nggak papakan?" ucap Rendra.

"nggak" ucapku singkat masih kesal.

"udah Ren, biarkan Raina nenangin emosinya dulu" ucap kakak tau keadaanku.

"tuh anak curut ya bener-bener pengen digeprek aja, kan sekarang Raina jadi cuek lagi padahal tadi pagi udah good mood sekarang bad mood lagi" gerutu Rendra yang masih bisa aku dengar dan membuat emosiku sedikit menghilang.
      
Setelah sampai diRestaurant keluargaku kita bertiga menunggu pesanan yang telah kami pesan.

"Rain kamu jawab apa waktu Rendra ngungkapin perasaannya kekamu?" tanya kakak

"nggak jawab apa-apa" jawabku.

"lo nggak marah adik gue nggak jawab pernyataan lo?" tanya kakak pada Rendra.

"nggak, kenapa harus marah" ucapnya.

"yakan mungkin saja marah" ucap kakak lagi.

"gue sudah seneng Raina nggak secuek seperti dulu lagi, apalagi gue udah sering nyi....AWW" Ucap Rendra terpotong saat aku sengaja menendang kakinya saat aku tau dia mau bilang soal ciuman.

"kenapa lo?" tanya kakak kepada Rendra yang meringis kesakitan.

"nggak tadi hanya ada semut nggigit kaki gue" jawab Rendra bohong karena melihat aku yang menatap ya tajam.

tak lama pesanan pun datang dan kita bertiga memakannya sampai habis dengan keadaan hening dan hanya terdengar deru sendok dan garpu yang di meja kita.

---------**---------

typo betebaran? Maaf ya.

Gimana part ini? baguskah? atau malah nggak nyambung?

hehehe maaf pendek part ini!

Black White CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang