Prolog

2.2K 169 8
                                    

Kala mata membuka, sebuah nada sudah mengalun di gendang telingaku. Tidak sehari pun suara detingan itu tidak terdengar. Dari nama do, re, mi sampai kembali pada do dengan kunci yang berbeda-beda terlantun indah ditelingaku. Aku selalu menyukai suara dentingan itu. Setiap tuts yang tertekan selalu menimbulkan bunyi yang begitu merdu.

Aku selalu menyukainya, namun akankah dia mengertahui itu?

Sudah 2 tahun aku hidup dengannya. Tinggal seatap, tidur dalam satu tempat yang sama dan menggunakan marganya diekori namaku.

Aku juga menyukai. Tidak pernah terbayang jika aku bisa menggunakan marganya untuk disebutkan bersamaan dengan namaku.

Tapi.. Apa dia pernah menganggapku ada?

2 tahun kami lalui kehidupan ini sebagai suami istri. Tapi tidak pernah ada perkembangan yang terjadi diantara kami.

Suamiku hanya fokus pada pekerjaannya. Dia selalu pergi pagi dan pulang malam. Bertemu dipagi hari hanya untuk sarapan dan malam hari jika dia lupa membawa kunci. Percakapan kami juga tidak pernah berlangsung lebih dari 30 menit.

Kami bicara jika perlu dan semuanya selesai dan hanya membicarakan hal penting. Jika itu tidak penting atau sekedar basa basi? Aku tidak pernah mencobanya. Aku terlalu takut untuk memulai percakapan dengannya.

Walau dia adalah suamiku, namun aku selalu merasa dia adalah orang lain yang terpaksa tinggal bersamaku.

Aku tidak pernah memaksa dirinya untuk menerima keberadaanku. Karena nyatanya kami bersama juga karena paksaan.

Orang tuaku punya hubungan kerja yang baik dengan ayahnya. Namun ketika orang tuaku mulai mengalami penurunan dalam bisnisnya, ayahnya bersedia membantu keluargaku. Tapi ada syarat yang perlu dipenuhi.

Pasti sudah bisa tertebak apa yang terjadi?

Dan ya.. Ayahnya memintaku untuk menikahi anak laki-laki tunggal mereka sebagai syaratnya.

Kalau dari alasan ayahnya mungkin bisa dikatakan wajar. Mereka hanya menginginkan pernikahan ini karena anaknya terlalu fokus kerja sampai tidak memfokuskan diri mencari seorang gadis. Dia lebih mencintai pekerjaan dan musiknya.

Awalnya aku sangat senang karena bisa dicintai oleh pria yang tampan, pintar, keren dan juga seorang produser terkenal. Tapi setelah tau jika dia menikahiku dengan terpaksa. Aku menyesali semua ini.

Sekarang hidupku semakin menderita. Sebelum menikah, aku tidak pernah dianggap. Sekarang setelah menikah, suamiku sendiri tidak menganggapku. Apa aku ini hidup hanya sebagai pajangan?

Setelah dijual oleh orang tuaku sendiri. Orang yang menyandang status sebagai suamiku ini ternyata hanya menganggapku sebagai pengganti orang tuanya yang hanya menyediakan makan setiap hari.

Aku tidak lebih hanya dianggap seperti pembantu.

Aku berusaha mencintainya, bahkan aku pernah mencintainya. Namun apakah tidak sedikit pun dia pernah mencintaiku?

Aku ingin dianggap ada olehnya. Aku tidak perlu lebih. Namun mengingatku saja tidak, yang dia ingat hanya pekerjaannya dan juga dunianya.

Kalau begitu untuk apa aku hidup lagi?

Lee Jihoon.. Atau perlu ku panggil tuan Lee?

Bisakah kau menganggapmu seperti kau melihat fansmu. Aku tidak butuh dianggap istri. Aku tidak masalah jika tidak dianggap teman. Tapi bisakah kau memperlakukanku layaknya fans yang ingin bisa berinteraksi sedikit denganmu?

Aku ingin kau tau jika aku ini juga punya perasaan.

♡♡♡

Work baru 💕

Ini pertama kalinya aku buat genre wedding.. semoga kalian bisa menyukainya ya. Aku tidak tau ini akan dapat feelnya atau tidak. Karena kebetulan aku belum menikah 😂

Jadi jika ada kekurangan mohon bantuannya ya 😉 Aku terbuka dengan saran dan kritik. Selamat menikmati bacaan kalian 😙

Ren
5 Mei 2019

WWWTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang