48. Sangat Bahagia

606 85 7
                                    

Waktunya double up!!!

Ada video Hug nih di atas, untuk apa ya?? 😆

Jadi.. aku ingin kalian play MV itu atau lagu "Hug" di playlist kalian saat udah nemu lambang "♡".

Karena bagian itu terinspirasi dari lirik lagu ini..

Udah penasaran, yukk.. langsung baca aja

Happy reading ^^

♡♡♡

Lee Jihoon

"Kembalikan asetku."

Tuan Song terus menarik Woorin dari pertahananku, namun ku beranikan diri untuk menahan tangannya dengan cengkraman kuat. Tidak peduli apa itu dikatakan kurang ajar pada mertua sendiri. Yang pasti, aku tidak mau istriku disebut asetnya.

Woorin sudah hak milikku.

"Dasar kurang ajar. Lepaskan tanganku!" Perintah tuan Song.

"Anda yang harusnya melepaskan Woorin. Woorin sudah tidak ada hubungan apa-apa dengan anda." Balasku. Mengeratkan cengkram ditangannya setelah menemukan tangan Woorin memutih karena tidak teraliri darah.

"Kau sudah menjualnya padaku." Ucapku penuh keemosian.

"Cihh.." Akhirnya tuan Song menyerah dan melepaskan cengkramannya di tangan Woorin.

Tatapannya menatapku dengan kebencian. Aku pun tidak mau kalah, ku balas tatapannya itu sama tidak sukanya. Aku masih ingat saat bagaimana dia tidak peduli dengan kehilangan Woorin, bahkan menganggap Woorin sudah bukan tanggung jawab dan memiliki hubungan denganya lagi.

Tapi saat appa sudah memutuskan kontrak perusahaan, dia meminta Woorin kembali?

Tidak ada harga dirinya sekali orang tua ini. Sindirku.

Tuan Song tersenyum menyindir padaku. "Kau ingat saat pertama kali aku mau menikahkanmu dengan Woorin karena apa?" Aku memilih diam.

"Apa kau lupa? Mungkin aku bisa meingatkannya." Suara tuan Song mulai mencurigakan.

"Sebaiknya kita bicarakan ini di tempat lain."

"Ah.. Aniyo. Aku tidak punya banyak waktu. Jadi sebaiknya kita bicarakan langsung saja di sini." Tuan Song melihat ke belakangku. Sayangnya, aku tidak bisa melihat Woorin. Dia bersembunyi terlalu dalam di balik punggungku.

"Urusan bisnis tidak perlu disangkut pautkan dengan Woorin." Firasatku mengatakan tuan Song ingin menyakiti psikis Woorin dengan mengaitkan dirinya bersama kerja dan bisnis. Ini tidak akan baik untuk Woorin.

"Lebih baik kita bicarakan lain waktu. Aku tidak punya waktu untuk mendengarkan omong kosong ini. Woorin butuh istirahat." Ku balikkan badan untuk memastikan keadaan Woorin.

Ohh God! Mataku sontak melebar.

"Justru Woorin lah yang jadi sumber bisnis kita bukan? Dan saya rasa Woorin yang seharusnya sudah tau sejak awal perjanjian ini."

Tangan Woorin bergetar menyentuhku. Tatapannya kosong melihat ke arahku dan terlihat sedikit air mata tertahan dikelopak matanya. Jiwanya kini sudah tidak lagi bersama raganya. Woorin sudah termakan omongan pria ini.

"STOP!! Saya tidak mau mendengar ini! Silahkan anda pergi dan jangan pernah menginjakkan kaki di depan wajah kami lagi. Anda sudah memberikan Woorin pada saya dan anda juga sudah tidak punya hak lagi karena bagi anda, Woorin sudah anda jual. Sekarang pergi atau tidak kita bawa ini ke jalur hukum." Ancamku penuh emosi.

WWWTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang