37. Apartemen

631 105 5
                                    

Lee Jihoon

"Yang ku tau sekarang Woorin tinggal dengan seseorang yang pasti aku, kau dan dia kenal. Dia tidak punya banyak teman. Kau pasti bisa menemukannya."

Yang ingin ku ketahui itu siapa?? Dengan siapa dan di mana Woorin tinggal? Siapa yang aku, Woorin dan Joshua kenal itu? Ada banyak orang yang ku kenal, tapi apa Woorin tau? Yang paling dia kenal juga mungkin Soonyoung dan Bumzu hyung. Tapi yang Joshua kenal?

Tidak mungkin dia kenal Soonyoung. Pernah lihat saja mungkin hanya sekilas saat kami ke cafenya terakhir kali.

Aku mengangkat kepala. Diam beberapa saat untuk berpikir sejenak. Lalu beberapa menit kemudian mengerang kesal kembali.

Kepalaku buntu. Tapi kenapa juga aku jadi memikirkan Soonyoung? Apa kehilangan Woorin membuatku butuh hiburan aneh dari lelucon Soonyoung?

Daripada memikir yang tidak-tidak, aku mengambil ponsel dan menelepon orang yang sedang dipikiranku itu.

"Yeobbosaeyo! Ne.. Sebentar lagi ya. Aku sedang cari ini. Sabar. Kau tau kan sulit mencari barang yang kau maksud."

Keningku berkerut. Ku jauhkan telepon genggamku itu dari telinga untuk melihat ke layarnya. Memastikan jika aku tidak salah menelepon seseorang.

"Hey! Kau bicara dengan siapa? Ini aku!" Balasku setelah kontak yang ku telepon memang benar milik Soonyoung.

Tutt..

Lagi keningku berkerut. Ponsel yang baru saja menempel, sekarang dijauhkan kembali dengan layar yang sudah menunjukkan sambungan dimatikan.

"What!" Celetukku setengah kesal. Setelah dia mengatakan yang aneh, sekarang dia mematikan teleponku. Apa ada yang memukulnya setelah aku menurunkannya? Batinku mengomel.

Kembali aku berusaha menghubunginya. Sekaligus ingin memarahinya. "Kwon Soonyoung!"

"Mianhae!!" Balasnya dengan suara yang seakan dibuat ingin menangis. Aku hanya berdecak kecil di seberang telepon.

"Kenapa kau mematikan teleponku? Siapa yang juga kau maksud tadi? Jangan matikan telponnya lagi, jika tidak aku akan mendatangi apartemenmu dan menghancurkan kamarmu." Ancamku.

"Kau seperti kekasihku yang marah karena mengetahui aku selingkuh saja." Seketika tenggorokanku terasa ada yang ingin keluar. Aku tidak sanggup membalasnya.

"Ingin muntah ya?" Betapa kesalnya aku mendengar suara tengilnya itu.

"Diam kau!" Ketusku. Terdengar tawa puas dari seberang sana. 

"Jawab!" Bentakku untuk menyuruhnya menjawab secepat mungkin.

"Ya.. aku tidak sengaja menekan tombol merah tadi. Bagaimana dengan Woorin? Ada kabar?"

"Alasan." Balasku untuk jawaban pertama. "Tidak ada. Joshua tidak tau Woorin ada dimana. Aku hanya mengetahui fakta mengenai kedekatan mereka saja."

Dari seberang sana, Soonyoung ber-o ria sambil beberapa kali mengatakan iya. Ada dimana sebenarnya anak ini? "Kau dengar aku kan?"

"Ne. Dengar kok. Jadi dia tidak tau? Memang Woorin tidak ke sana?" Soonyoung terdengar sangat santai menjawab tertanyaan itu. Padahal biasanya dia yang akan heboh jika tidak ada jawaban pasti.

Kenapa? Aku merasa ada yang aneh.

"Woorin pernah ke sana. Tapi Joshua tidak mengizinkannya tinggal di sana."

"Wae?" Suara terkejutnya itu jelas-jelas tidak natural. Aku bisa merasakan itu.

Keningku makin menunjukkan kerut-kerut yang tajam. "Joshua dan Woorin ternyata saudara kandung."

WWWTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang