25. Cemburu/Khawatir?

796 113 21
                                    

Song Woorin

Kringgg...

Aku dasar betul jika tanganku belum bergerak untuk mematikan jam weker. Yang lebih ku sadari lagi, aku tidak pernah memasang jam weker. Siapa pelaku dari semua ini?

"Sudah bangun?"

Wajahku sontak memanas mendapati wajahnya yang cerah dengan senyuman favorite-ku itu pagi ini. Nafasku terhenti sesaat kala dia menatapku begitu dalam. Jarak kami yang tidak jauh ini membuat diriku bisa merasakan hembusan nafas yang menambah hangatnya pagi ini.

Musim panas sudah datang, bukan kah wajar jika cuaca sedikit hangat. Namun ada sensasi panas yang menjalar diseluruh wajahku. Tepat mengikuti tangannya yang bergerak lembut di pipiku.

"Selamat pagi."

Ku ambil nafas panjang-panjang dan refleks mendudukan diri ketika lagi-lagi aku berhalusinasi Jihoon yang ingin menciumku. Dengan kedua tangan lemas ini, aku menggunakannya untuk mengusap wajahku yang masih saja panas. Berharap hawa panas ini akan terhapus bersama bayang-bayang Jihoon yang akan menciumku tadi.

"Kau kenapa? Terkejut?" Ku intip Jihoon dari cela-cela jariku. Beruntung aku tidak langsung membuka seluruh wajahku. Jika tidak, Jihoon pasti akan tau wajahku yang lebih merah daritadi karena jarak kami.

Kenapa sekarang Jihoon jadi suka berada di jarak yang begitu dekat ini?? Apa dia tidak tau jika aku tidak bisa bernafas setiap kali dia berbuat begitu??

Aku hanya mengangguki pertanyaannya.

"Aku pergi mandi dulu ya." Pamitnya. Jadi selama dia bangun, dia belum mandi juga? Aku kira dia sudah mandi. Apa itu artinya sejak tadi dia..

Aku tidak sanggup membayangkannya. Aku memilih kabur dari kamar itu begitu saja. Tanpa aku tau sebenarnya Jihoon sedang sejak tadi masih memperhatikan gelagatku yang gugup ini. Entah apa yang ada dipikirannya, tapi aku sendiri malu.

Setelah semua bener. Jihoon sudah selesai mandi. Begitu juga denganku. Sarapan pagi ini juga sudah siap ku letakkan di meja makan. Ya walau masih ada sedikit hambatan dengan jantungku, tapi aku bisa mengatasinya.

Aku bingung pada diriku sendiri. Ketika Jihoon tidak ada, aku merasa rindu dan ingin melihatnya. Tapi setelah Jihoon ada dan kita bicara empat mata, aku justru berniat kabur darinya. Aku ini kenapa jadi seplin-plan ini??

"Hari ini kau ikut pergi ke kantorku ya."

Aku tersedak mendengar permintaan Jihoon. Cepat-cepat aku menerima uluran air minum yang diberikan Jihoon. "Wae?"

"Aku tidak mau Ye Cha sampai menghampirimu lagi." Kata Jihoon.

"Bukankah jika di sana kemungkinan bertemunya lebih besar?" Tanyaku. Karena itu lah yang terpikirkan olehku.

"Aku akan membawamu ke apartemen Soonyoung. Kau tunggu di sana saja selama aku kerja. Aku akan lebih tenang jika kau di sana. Ye Cha tidak akan tau jika kau ke sana." Jelas Jihoon lagi. Dia lebih percaya aku ada di tempat pria lain daripada rumahnya sendiri. Bukankah itu lebih berbahaya.

"Aku tau apa yang kau pikirkan. Soonyoung akan terus ku awasi. Aku tidak akan membiarkannya pulang sebelum aku membawamu pulang." Kata Jihoon lagi. Membuatku mau tidak mau tertawa.

"Itu rumah orang lain, oppa tidak berhak melarangnya."

"Daripada dia menggodamu. Lebih baik seperti itu. Jika dia tidak mau, nanti aku ambil kunci apartemennya diam-diam dan memberikannya padamu."

"Oppa jahat." Kataku sambil terkekeh.

"Sudah berani ya." Balasnya dengan kekehan sembari mencubit pipiku ini. Baru juga aku terbebas dari panas ini, Jihoon dengan mudahnya mengembalikan itu. Ahh menyebalkan.

WWWTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang