23. Sadar Diri

734 111 14
                                    

Sudah 10 vote >.<

Terima kasih yorobun untuk vote dan komentar menyenangkannya. Tidak perlu berlama-lama lagi ya..

Happy reading ^^

♡♡♡

Song Woorin

Jihoon sukses membuat pipiku merekah. Kegiatan potong-memotongku pun terhambat karena pikiranku sudah terfokus pada Jihoon.

Sedih memang dengar Jihoon tidak bisa pulang seperti biasa karena lembur. Tapi dengan usahanya ingin pulang sebelum tengah malam saja, sudah membuatku senang. Belum lagi Jihoon berkata ingin makan makananku.

Semua teriakan di tenggorokanku tertahan karena hanya tidak mau mengganggu para tetangga. Yang bisa ku lakukan hanya meremas-remas ponselku yang tidak bersalah ini. Merealisasikan pipi tembam Jihoon dengan ponsel ini. Walau kenyataannya aku sulit untuk mencubit pipinya.

Daripada aku terus berlaku seperti orang gila begini, ku putuskan untuk menaruh ponsel di ruang tengah saja. Meninggalkannya untuk menyelesaikan pekerjaan memasakku.

Makanan apa yang sekiranya cocok untuk orang yang lelah bekerja? Makanan ini pastinya bisa menyegarkan dan menghilangkan penat di kepala. Apa ku buatkan mie saja? Dia kan suka makan mie.

Tapi masa mie terus. Nanti tidak sehat untuk ususnya. Aku jadi makin bingung. Tidak pernah terasa aku jadi super kebingungan hanya untuk memasak. Sudah banyak makanan yang ku sajikan pada Jihoon, sampai aku bingung sendiri.

Ting.. Tong..

Saat pikiranku masih dilanda kebingungan ingin memasak apa, ada yang datang kembali bertamu. Cepat-cepat aku berjalan menuju ruang tengah. Melirik ponselku dan memastikan tidak ada pesan yang dikirim Jihoon.

Tidak ada. Jihoon sudah pasti lembur.

Aku pun melirik lubang yang ada di pintu itu. Mataku pun menemukan seseorang yang tidak ku inginkan. Jihoon juga tidak menginginkanku menemuinya. Jadi apa aku harus membukakan pintu untuknya.

Berselang beberapa detik, Ye Cha mengganti tekanan bunyi bel yang berkali-kali menjadi geduran yang menyeramkan. Ye Cha bertindak seperti aku sudah melakukan sesuatu yang buruk. Itu semakin menguatkanku untuk tidak membukanya.

"Woorin-ssi!! Cepat buka! Aku tau kau ada di dalam. Aku ingin bicara denganmu!!" Teriaknya. Aku semakin bungkam.

"Woorin-ssi!!!" Aku berjongkok takut di belakang pintu. Meremas celemek yang ku kenakan sebagai pelampiasan. Apa salahku? Apa yang ku lakukan sampai dia semarah itu? Apa karena ucapan Jihoon kemarin? Atau Ye Cha ingin kembali memintaku menjauhi Jihoon.

Mungkin itu yang benar. Terakhir kali kami bertemu, Ye Cha memintaku untuk tidak dekat-dekat dengan suamiku. Bahkan sadar diri jika diriku tidak pantas untuk Jihoon. Pasti karena aku tidak mengikuti keinginannya. Sekarang apa yang harus ku lakukan.

Ku gigit bibirku kuat-kuat hingga merah. Mungkin sesaat lagi akan sedikit ada luka jika aku terus menggigitnya.

"WOORINNN!!" Kedua tanganku bergerak menutup telinga kala teriakan Ye Cha semakin menggila. Apa yang harusku lakukan? Siapapun tolong aku.. Rilihku.

"Woo-"

"Nugusaeyo?!" Ucapan Ye Cha terpotong. Dan aku bisa mendengarnya samar-samar. Ku pasang telingaku lebih tajam lagi untuk memastikan.

"Who are you?" Balas Ye Cha.

"I should have asked that. Who are you? Why are you shouting at someone's house?" Tidak salah lagi. Orang yang jago bahasa inggris yang pastinya datang ke sini hanya lah Joshua. 

WWWTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang