18. Pelangi

839 120 26
                                    

Lee Jihoon

Materi presentasi, sudah. Kaset demo, sudah. Flasdisk, sudah. Apa lagi yang kurang? Pikirku.

"Hyung, aku tidak siap untuk menggantikan hyung." Kata Seungkwan. Salah satu anak baru yang menjadi team pembantuku selama rekaman. Isi kaset demo ini pun ada setengah dari suaranya. Jadi aku memberikan kesempatan baginya mengikuti rapat. Siapa tau dia bisa menggantikan posisiku suatu saat nanti.

"Pasti kau bisa. Kau juga sering melihat presentasi kami, kau hanya perlu membantu Bumzu hyung jika ada beberapa karyawan yang bertanya. Lagipula yang akan banyak tanya nanti itu Wonwoo dan Seungcheol hyung. Mereka juga tidak mungkin memberikan pertanyaan yang sulit. Percayalah padaku." Kataku. Sedikit memberikan semangat.

"Kenapa hyung hari ini harus cuti? Aku sungguh stress karena hyung tiba-tiba memintaku menggantikanmu. Posisimu ini membebankan." Protes Seungkwan.

"Ada urusan penting mengenai seseorang." Jawabku sambil sedikit menunjukkan senyum.

"Apa yang lebih penting dari karirmu?! Appa bisa berpikir ulang untuk menaikkanmu menjadi produser tetap jika pada rapat saja kau tidak bertanggung jawab." Timpa seseorang yang selalu saja ikut campur urusanku.

Ku putar bola mata terlebih dahulu. Membiarkan dia berdiam diri selama aku membereskan barang-barang. Memberikan pada Seungkwan dan berkata, "Kau segera ke ruang rapat saja. Biar orang itu aku yang menangani."

"Aku bisa bantu hyung menyingkirkannya." Bisik Seungkwan. Selain Soonyoung dan Bumzu hyung, Seungkwan juga salah satu orang yang mengetahui rasa ketidaksukaan pada Ye Cha.

Tentu saja. Orang-orang yang selalu bersamaku, akan tau bagaimana ekspresiku ketika berhadapan dengan gadis rubah ini. "Tidak perlu. Itu akan membahayakanmu. Segeralah kau keluar. Dia tidak akan berani melakukan apa-apa selain mengancamku."

Seungkwan pun mengangguk dan berjalan keluar sambil menunduk ketika melewati Ye Cha. Dia memang anak yang terbilang baru. Seungkwan masih takut menghadapi orang-orang tertinggi dan orang-orang yang berhubungan dengan mereka terlebih lagi karena pekerjaan ini juga merupakan impiannya. Aku memahami itu karena aku pun sama.

Di saat Seungkwan sudah keluar, Ye Cha baru berani mendekatiku dengan gaya centilnya itu. Aku segera mengambil tas dan menjauh darinya.

"Oppa.. Aku ke sini jauh-jauh untuk ikut rapat agar bisa melihatmu. Kenapa kau justru cuti? Aku tidak mau melihat anak gempal tadi." Rengeknya.

"Siapa yang suruh?" Jawabku tidak peduli.

Sialnya. Pintu ruangan ini terkunci. Aku berdecak kesal. "Ye Cha-ssi, jangan main-main. Aku ada urusan penting."

"Apa sih yang lebih penting dari aku?" Tanyanya sambil menghentakkan kaki. Kunci yang dipegangnya terdengar dari dalam tas tangan wanita itu.

Jika begini aku bisa membuat Woorin menunggu terlalu lama. Resahku. Tidak enak karena awalnya aku hanya pamit sebentar untuk menyiapkan beberapa materi Seungkwan.

"Banyak. Dan kau tidak ada sedikit pun dari bagian penting itu." Ucapku sarkas.

"Kau semakin kasar sejak mengenal wanita itu." Bentaknya. mendekatiku.

Aku menahan diri untuk tidak mendorongnya. Bau parfum yang menyengat ini sungguh mengganggu hidungku. Selama Ye Cha masih fokus melihat wajahku, tanganku tidak tinggal diam mengambil kunci yang ada di tasnya.

"Mungkin karena aku baru sadar jika ada yang lebih baik darimu." Kataku Menyunjingkan senyum cemoohku.

"Oppa.. aku tidak suka kau bicara kasar begini padaku." Ye Cha memelukku. Aku semakin jijik. Tapi berkatnya juga, aku berhasil menemukan kunci dari ribuan make up yang ada ditas kecil itu.

WWWTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang