20. Yang Sedang Dia Lakukan

776 109 16
                                    

Lee Jihoon

"Sepertinya ada yang senang hari ini." Aku mendongak menemukan dagu Bumzu hyung yang menatap lurus ke layar komputerku.

"Begitulah." Jawabku.

Aku tidak heran jika Bumzu hyung berkata demikian. Sejak tadi hingga sekarang, bibirku masih saja melekuk dengan sesekali bersenandung riang saat mendengarkan beberapa referensi lagu.

Ketika disapa karyawan-karyawan lain pun, aku membalasnya dengan wajah cerah yang tidak ada beban. Jika Soonyoung ada disini, mungkin dia akan menganggap aku gila kembali.

"Apa liburanmu kemarin lancar?"

"Sangat lancar menurutku." Jawabku. Ku lepaskan headphone-ku untuk memperlancar pembicaraan kami. "Hyung, kamsahamnida untuk ide liburan ini. Selain bisa terlepas dengan Ye Cha, hubunganku dengan Woorin menunjukkan perkembangan lebih baik."

"Aku hanya menyarankan yang terbaik untuk dongsaeng-ku ini." Bumzu hyung menepuk pundakku. Menunjukkan rasa bangganya seakan dia memang kakak kandungku.

Memang ide liburan ini tercetus dari Bumzu. Aku memilih meminta bantuan pada Bumzu, daripada dengan Soonyoung kembali. Jika dengannya, bisa-bisa aku diledeki habis-habisan.

Sayangnya tidak semua idenya, aku pakai. Aku tidak bisa mengikuti sarannya untuk mencium Woorin. Aku tidak bisa mencium seseorang yang belum pasti aku cintai. Alhasil kemarin malam aku justru mencium tanganku sendiri yang menutup bibirnya.

Tapi setidaknya aku merasa lega sudah melakukannya. Mungkin nanti aku akan mengatakan saluran ciuman itu sebagai tanda penyegel bibirnya untukku cium nanti.

Tidak boleh ada yang menciumnya duluan sebelum aku.

"Apa kau bilang?" Pinta ulang Bumzu hyung.

Aku tidak sadar. Apa aku mengutarakan ucapanku tadi? "Mwoya?" Pura-pura aku tidak mengerti maksudnya.

"Tadi sepertinya kau bicara? Ah.. sudahlah." Bumzu hyung memilih mengabaikannya dan kembali memfokuskan diri pada koleksi lirik lagu buatanku. Setengahnya ada yang sudah terjual, tapi masih ada yang dalam proses penyempurnaan.

Selagi Bumzu hyung memfokuskan diri, aku lebih terfokus mentertawakan diriku sendiri yang begitu memalukan. Bisa-bisanya aku mengucapkan kata-kataku yang terlalu pribadi itu.

Sejak memutuskan untuk memperbaiki hubungan dengan Woorin, aku jadi lebih ceroboh. Apa itu yang akan terjadi jika harus membagi pikiran untuk memikirkan orang lain? Tidak semudah yang ku pikirkan.

"Kau sedang membuat lagu baru?" Tanya Bumzu hyung lagi tiba-tiba.

"Ah? Mwoya? Hyung, mianhae.. Aku sepertinya butuh kopi." Ucapku lagi. Mengalihkan perhatiannya agar percaya aku tidak fokus dan bukannya memikirkan Woorin.

"Pikiranmu pasti masih di rumah dengan Woorin. Pulang saja ke rumah. Lagipula sedang tidak ada pekerjaan sekarang."

"Aku tidak tau apa yang harus ku bicarakan dengannya. Topikku hampir habis karena selalu aku yang memulai pembicaraan. Sampai sekarang Woorin hanya bicara sepenggal-sepenggal saja." Curhatku tidak langsung.

"Itu artinya kau belum memiliki perasaan apa-apa padanya?"

"Ne. Sepertinya begitu." Jawabku setengah ragu. "Aku hanya suka pada beberapa sikap malu-malunya itu."

Bumzu hyung terlihat menarik nafas pendek. "Setidaknya kau sudah bisa menyukai salah satu tindakannya."

Maksudnya? Aku tidak mengerti. Ku putuskan untuk mengalihkan perhatian mengenai lirik lagu yang memang sedang dalam proses penulisanku. Itu juga belum memiliki judul. Hanya bentuk abstrak dari bayanganku saja.

WWWTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang