38. Kenapa??

684 93 14
                                    

Sudah 10 vote saja 😄 Tidak terasa secepat ini, maaf untuk keterlambatannya ya😯

Sekarang lanjut ke ceritanya saja yuk..

Happy reading ^^

♡♡♡

Lee Jihoon

"Woorin-ah!"

Woorin terus memberontak untuk melepaskan tangannya dari peganganku. Dia menjadikan pintu sebagai penghalang kami.

Apa? Apa salahku? Kenapa Woorin jadi menghindariku begini?

"Woorin-ah, kenapa kau pergi dariku??" Tanyaku menggebu-gebu.

"Lepaskan aku." Suaranya tercekat. Aku makin tidak mengerti. Aku yakin pegangan di tanganku tidaklah terlalu kuat dibanding tanganku yang menahan pintu. Tapi apa ini menyakitinya?

Ku lihat seluruh tubuhnya dari atas hingga bawah. Terlihat baik-baik saja seperti terakhir kali aku melihatnya. Namun hanya matanya yang sungguh bengkak. Lalu tangannya.

"Woorin-ah.. Kenapa kau mengusirku? Aku ini suamimu." Kataku rilih. Woorin terus menggerakan tangannya untuk melindungi bagian perutnya, itu membuat pikiranku berpikir ke arah yang buruk. Dadaku juga semakin sesak setiap membayangkannya.

"Kau bukan suamiku lagi."

...

Aku terdiam sesaat. Woorin tidak berani menatapku. Hanya diriku sendiri yang memperlihatkan mata lebar yang biasanya sipit ini.

Ucapannya. Tidak pernah sekali pun aku mendengar Woorin mengatakan hal yang begitu menyakitkan ini. Aku tidak tau harus apa lagi. Pikiranku kacau. Hatiku hancur. Cengkraman di tangan Woorin tanpa sadar semakin kuat ku remas. Tidak peduli dengan ringisannya. Aku tidak bisa mendengar hal lain selain jantungku yang perlahan retak.

"Berani sekali kau mengatakan itu." Datarku.

Woorin sama sekali tidak membalas ucapanku. Dia menangis. Tapi aku sama sekali tidak luluh karena air mata gadis itu. Entah karena apa dia menangis, aku sama sekali tidak merasa iba karenanya.

"Aku sudah berusaha untuk mencintaimu dan setelah aku berhasil.." Aku menghentikan ucapanku sesaat untuk mengumpulkan sedikit pikiran jernihku yang tersisa. "Kau membuangku begitu saja?"

"Bukan.." Suara tangis memenuhi ucapannya.

Aku tidak kuat lagi. Aku mendorong pintu itu paksa. Woorin hampir saja terjepit jika aku tidak menahan tangannya. Ada ringisan yang keluar setiap kali aku menarik pergelangan tangan kecil itu. Tapi lagi-lagi aku tidak bisa merasakan apa-apa. Seakan-akan hatiku ini sudah beku karena ucapannya itu.

Sebabnya tidak lain dan tidak bukan karena Woorin. Song Woorin.

Woorin hanya bisa menangis tanpa bisa melanjutkan ucapannya. Tangan kiri yang masih melindungi perutnya itu membuatku panas. Ku tarik tangan kirinya, tidak ada yang aneh dari perutnya itu. Lalu ku lihat mata berair yang tidak kunjung mampu menatapku.

"TERUS APA! KENAPA KAU TIBA-TIBA SAJA MENGATAKAN ITU." Teriakku. Amarahku sama sekali tidak bisa dikontrol. Di lubuk hatiku terdalam ini sungguh tidak ada maksud untukku memarahinya, tapi emosiku yang mengendalikanku kali ini. Sejujurnya, aku pun menangis mendengar perkataannya itu.

Ku tendang pintu cukup kuat hingga langsung tertutup. Aku tidak mau ada yang mendengar pertengkaran kami. Terutama karena ini kawasan orang lain.

Agar lebih jauh dari pintu, aku menarik Woorin sampai ke ruang tengah Soonyoung. Mendorong Woorin sampai tertidur di sofa. Lagi-lagi yang ku dengar darinya hanya ringisan.

WWWTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang