13. Arogan

846 123 36
                                    

Song Woorin

Ting.. Tong..

Aku segera menuju depan untuk membukakan pintu bagi seseorang yang menekan bel pintu rumah Jihoon.

Sudah beberapa hari ini Jihoon kedatangan tamu di rumahnya. Rata-rata semua adalah teman kantor. Seperti Soonyoung, Seungcheol, Seungkwan, dan beberapa trainer lagi yang tidak bisa ku ingat satu per satu karena terlalu banyaknya.

Lalu apa wanita cantik ini juga termasuk trainernya?

Tapi dia terlalu glamour dan seksi untuk dikatakan seorang trainer.

Dia berdehem ketika aku hanya menatapnya dengan teliti selama beberapa detik. "Mianhamnida. Pasti kau mencari Jihoon ya? Dia masih ada di kantor. Jika-"

"Ani! Aku mencarimu." Suara perintah itu membuatku yakin jika dia bukan trainer. Ketegasan, keseriusan dan sedikit sikap arogan itu tidak mungkin jika dia bukan orang penting yang ada di sekitar Jihoon.

Sebelum aku mempersilahkannya masuk, dia sudah terlebih dulu lengkahkan kaki ke rumah Jihoon seakan ini rumahnya sendiri. Berjalan dengan angkuh sambil melihat-lihat perabotan di sini.

Aku memang belum mengenalnya. Aku juga tidak tau siapa namanya, tapi aku tidak suka dengan sikapnya ini. Untuk seorang wanita dewasa, dia sama sekali tidak sopan. Pundakku juga masih terasa sakit ketika dia menyenggolnya dengan lengan ramping itu.

Mungkin ini termasuk buruk sangka, tapi memang dia sepertinya tidak menyukaiku. Akankah ini ada hubungannya dengan Jihoon?

"Kau ingin minum sesuatu?"

"Ucapanmu itu memang sudah cocok untuk seorang pembantu."

Krekk..

Siapapun yang mendengar itu pasti merasakan sakit hati yang sama. Pembantu yang sudah bekerja lama di rumahku saja, tidak pernah ku ucapkan seperti itu. Kenapa dia begitu merendahkanku?

"Mianhae?" Sengaja ku gunakan bahasa informal untuk menggambarkan ketidaksukaanku dengan perkataannya.

Aku memang tidak mudah terpancing emosi. Aku juga biasanya mengalah pada siapapun. Tapi aku tidak ingin orang-orang dengan profesi pekerja rumah tangga yang sudah menyayangiku lebih dari orang tuaku sendiri, direndahkan olehnya.

"Ku kira kau tidak akan berani menggunakan bahasa yang tidak sopan seperti itu padaku."

Aku menghela nafas diam-diam untuk menghilangkan emosiku tadi. Ucapannya menyadarkanku jika aku memang tidak bisa bersikap tidak sopan pada seorangpun yang berhubungan dengan Jihoon. Pria itu akan memarahiku.

Namun yang inginku ketahui.. Seberapa banyak dia mengetahui tentangku?

"Duduklah! Aku ingin memberitahumu sesuatu." Gadis itu duduk terlebih dahulu di ruang tengah. Tepat seperti pemilik rumah. Dengan kesabaran penuh, aku mendudukan diri di sofa hadapannya.

"Aku kira kau akan duduk di bawah." Cibirnya.

Di dalam mulutku, kedua rahang ini menggerakan gigiku yang bergemetak bersamaan. Ini caraku menutupi kekesalan dan bentuk ketidaksukaanku pada tindakan seseorang. Terutama pada orang-orang yang seperti dihadapanku kali ini.

Selama ini aku kira Jihoon memiliki teman-teman yang baik dan orang-orang yang dapat memberikan energi positif bagi siapa saja. Ternyata masih ada satu yang seperti ini. Di mana Jihoon menemukan orang ini? Aku pun hanya bisa bertanya-tanya dalam hati.

"Pasti aku ingin tau kan siapa aku? Apa jabatanku? Dan apa hubunganku dengan suamimu?" Aku terkejut karena dia bisa mengetahui apa yang baru saja ku pikirkan.

WWWTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang