43. Ingin Bahagia

716 94 22
                                    

Lee Woorin

"Padahal eomma ke sini ingin memberitahukan semua hal mengenai Jihoon, tapi sepertinya kau sudah lebih tau segala hal tentang anak yang keras kepala itu." Kata eomma Jihoon.

Tentu saja aku sudah mengetahui semuanya. Kami menikah sudah cukup lama. Memang tidak terlalu baik di awal, tapi Jihoon sudah memperbaiki semuanya menjadi lebih baik. Dan sekarang aku merasa begitu bahagia mendapatkan dirinya sebagai suamiku.

Terutama mertuaku ini yang sangat ramah dan perhatian. Ku kira sikap Jihoon ini seperti eomma-nya karena wajah mereka yang mirip, tapi ternyata ada perbedaan. Eomma Jihoon tidak ada kesan yang dingin. Apa mungkin appa Jihoon? Aku agak jarang bertemu dengannya.

"Eomma menyerah.. Kalian sudah lama bersama, eomma yakin kalian sudah kenal luar dan dalam. Kalau begitu eomma ganti pertanyaannya saja. Ada yang ingin kau tau tentang Jihoon?"

Kali ini aku benar-benar berpikir keras. Sebelumnya aku akan menyiapkan berbagai banyak pertanyaan yang belum sempat aku tanyakan dan tidak teringat setiap bersama Jihoon, tapi rasanya sekarang pertanyaan-pertanyaan itu tidaklah penting.

"Aku tidak ingin mengetahui apa-apa, eomma." Jawabku dengan senyuman ramah.

"Benarkah? Apa kau juga tidak mau mengetahui tentang perjuangan Jihoon untuk mendapatkan pekerjaannya sebagai musisi? Atau kau sudah tau juga?"

Dengar pertanyaan seperti itu, membuat jantungku berdetak seakan mengatakan 'Iya'. Benar juga. Selama ini Jihoon tidak pernah memberitahukanku perjuangannya untuk mendapat pekerjaan bermusik itu.

Aku hanya tau ketika dia sudah sukses mendapat kursi pembantu produser. Bekerja pada perusahaan yang membuatnya sedikit tertekan. Tanpa tau alasan lain kenapa dia mau bertahan, selain karena dia menyukai musik.

"Jihoon tidak pernah menceritakan soal itu." Kataku. Jadi penasaran seketika.

"Anak itu tidak pernah berubah." Gumam eomma Jihoon. Itu sungguh membuat bagian terdalamku ingin mengetahui semua hal paling dalam mengenai Jihoon. Walau bisa saja itu rahasia yang tidak ingin Jihoon beritahukan pada siapa saja.

Seperti denganku yang tidak bisa memberikan penjelasan mengenai masa laluku. Sampai sekarang pun Jihoon tidak tau cerita jelasnya. Dia juga tidak mau aku mengatakannya. Jihoon tau aku akan menangis hanya untuk mengatakannya.

Katanya, dia tidak mau membuatku bersedih. Tentu dia berkata dengan caranya sendiri.

"Ya.. Jihoon dari dulunya memang tidak berubah bukan? Tetap anak yang dingin dan cuek. Bahkan pada istrinya sendiri dia masih begitu pada awalnya." Jantungku seketika berhenti berdetak. Ucapan eomma Jihoon seakan menghentikan kerja jantungku.

Aku tau cepat atau lambat kebohongan kami sebelumnya akan terungkap. Tapi aku tidak tau jika ternyata orang tua Jihoon lebih memilih menyembunyikannya dariku.

"Walau eomma tau Jihoon sudah berubah menjadi anak yang lebih hangat padamu. Jihoon tetaplah Jihoon yang suka menyembunyikan masalahnya sendiri. Sekarang eomma mau tanya kamu, apa Jihoon pernah mengatakan sendiri masalahnya di kantor atau masalah pertemanannya padamu?"

Aku otomatis menggeleng. "Bahkan ketika aku menanyakannya, Jihoon tidak akan selalu menjawabnya dengan jawaban yang pasti. Jihoon pasti hanya mengulas senyum dan mengatakan jika itu untuk kebaikan semuanya."

Eomma tersenyum miris. "Itu lah Jihoon kecilku. Dia tidak pernah mau membagi semua masalahnya pada orang lain. Bahkan pada kedua orang tuanya saja dia tidak pernah bisa benar-benar jujur. Yang mungkin mengetahui semua rahasia dan beban Jihoon hanya orang-orang di kantornya dan teman terdekatnya. Kamu tau siapa itu?"

WWWTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang