Bonus [2]

598 62 9
                                    

Hong Jisoo

Aku mendengarkan seseorang yang ada dihadapanku dengan tenang sambil memberikan tatapan datarku. Sesekali mengangguk, namun tidak membalas apa-apa.

Jika memberi respon pun, aku hanya mengatakan, "Aah~" Dengan sedikit nada yang memberikan kesan tertarik.

Orang dihadapanku terlihat sangat gugup ketika aku memintanya untuk terus bicara. Dia mungkin gugup karena tatapanku yang mungkin terlihat mengintimidasi atau hal lain. Tapi aku tidak asing dengan wajahnya.

Aku sangat mengenalnya.

Dan sebuah kebetulan yang menarik bisa bertemu dengannya kembali. Dengan dia melamar kerja di kantor yang ku pegang saat ini. Kantor milik keluarga Lee, yang seharusnya jatuh ditangan Jihoon, suami dari adik kandung kesayanganku.

Sebenarnya pekerjaan seperti ini tidak terlalu cocok untukku. Aku suka kerja yang bisa melakukan banyak hal dan bukan mengulang-ulang sesuatu pekerja yang sama setiap hari seperti ini. Tapi memang alasan membalas budi Jihoon adalah yang paling tepat untukku.

Aku sangat berterima kasih karena Jihoon bisa dengan baik menjaga Woorin. Sekarang wajahnya sangat cerah dan bahagia. Aku tidak pernah melihatnya dalam raut yang murung atau sedih lagi. Jihoon berhasil menjaganya dengan baik, disaat aku yang seorang kakaknya tidak bisa melakukan hal tersebut. Mungkin dengan menggantikan posisi Jihoon saja tidak cukup untuk membalas budinya.

Tapi aku harus apa dengan orang yang dihadapanku sekarang?

"Aku sudah cukup mendengarnya. Tapi aku tidak bisa memutuskan secara sepihak. Perusahaan ini bukan milikku. Kau mungkin sudah tau dari namanya. Lee Grup. Ini perusahaan milik orang yang ya.. aku tidak perlu menjelaskannya lagi." Kataku.

"Kau yang berurusan dengannya, Nyonya Jung Ya Cha."

"Aku menyesal." Dia menangis. 

Aku hanya menghela nafas. "Aku akan menelpon orang yang bersangkutan terlebih dahulu."

Ku gunakan telepon kantor untuk menelepon Jihoon. Tidak tersambung. Sepertinya ponsel dia sedang mati. Aku sekarang mencoba untuk menelepon Woorin. Cukup lama sampai panggilan itu ternyata terputus dengan sendirinya.

Dengan wajah yang dibuat putus asa, aku kembali menaruh gagang telepon ke tempatnya semula. Lalu berkata, "Mereka sedang tidak bisa dihubungi. Jadi aku tidak akan bisa memasukanmu ke kantor ini. Bahkan jadi pembersih ruangan sekali pun." Kataku dingin.

Sebenarnya aku tidak pernah bisa berkata sejahat itu pada seorang wanita. Bahkan dengan keadaan yang menangis seperti ini. Tapi apa dayaku? Hal yang dilakukan orang Ye Cha pada Woorin dulu lebih menyakitkan daripada kata-kataku saat ini.

"Aku menghargai semua ucapanmu. Terlepas apa itu jujur atau sandiwaramu. Cerita mengenai kehidupanmu yang merosot dengan dratis setelah insiden itu sampai sekarang kau mengemis padaku. Aku sarankan, lebih baik kau pergi menemui Jihoon dan Woorin lalu meminta maaf pada mereka." Kataku lagi. Dengan tegas dan sedikit menusuk. Menurutku.

"Aku sudah pergi ke mana pun untuk melamar kerja. Tapi tidak ada yang mau menerimaku karena Lee Grup sudah memblokir semua perusahaan untukku. Aku menyesal sudah berniat merusak hubungan Jihoon dan Woorin. Joesonghamnida." Tangisannya semakin kencang.

Aku kembali menghela nafas bingung. "Kan sudah ku katakan, minta maaflah pada Jihoon dan Woorin. Kau punya masalah dengannya, bukan denganku."

Anak yang keras kepala. Gerutuku.

"Bukankah kau memiliki hubungan dengan Woorin? Aku memohon pertolonganmu. Aku malu menunjukkan wajahku di depan mereka, rasanya aku sungguh tidak bisa."

WWWTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang