Epilog [1]

649 72 20
                                    

Selamat untuk kalian 🎉🎉
Komentarnya sudah sampai 5 😁
Terima kasih ya yang sudah mau comment mau hari ini 😘💕

Happy reading ^^

Btw, kok ada angka satu ya? 😆

♡♡♡

Lee Jihoon

Kursi nyaman yang empuk, ditemani dengan laptop terbuka di atas meja dan juga secangkir kopi hangat favorite buatan Woorin. Namun sekarang, tidak lagi dengan ruangan bertumpukan kertas penuh tulisan dan materai. Melainkan ruangan yang diiringi alunan musik dan lagu-lagu yang menyegarkan telinga.

"Woozi-ya.." Kepalaku terangkat dari layar laptop saat ada yang memanggilku. "Ini demo untuk grup baru yang akan debut."

"Ah~ Kemarikan. Kamsahamnida." Ku terima flashdisk tadi Bumzu hyung. Tangan kananku.

Sekarang namaku bukan lagi Jihoon. Ini perusahaanku. Musik industriku. Beberapa orang menyarankan untukku mengganti namaku dengan nama panggung seperti artis-artis atau produser lainnya. Katanya demi memberikan identitas untuk diriku sendiri.

Dan sekarang, panggil aku Woozi.

Sama seperti nama anakku. Nama ini ku buat karena aku ingin terus mendengar panggilan Woo yang bisa mengingatkanku terus pada eomma dari anakku, Woorin. Seorang gadis yang bisa mengubahku, seorang istri yang begitu ku cintai dan eomma yang terbaik untuk anakku.

Jadi setiap kali namaku dipanggil, aku bisa tersenyum untuk orang tersebut. Sebab diriku bisa dipanggil sama dengan kata awal nama istriku.

"Woozi-ya.." Kecuali untuknya.

"Kau belum membuatkanku lagu juga? Aku sebentar lagi comeback, masa belum bisa kasih spoiler." Katanya. Tanpa sopan santun masuk ke ruanganku. Tidak mengetuk pintu. Tidak memberi salam. Langsung mengambil kursi dan membanting tubuhnya sendiri ke kursi tersebut.

Padahal aku berharap dia terpeleset atau jatuh dari kursi dengan cara duduk seperti itu.

"Karena kau mau comeback. Jika dikasih rekaman secepatnya, yang ada kau keceplosan pada fansmu dan jadinya lagumu akan ketahuan seperti yang sudah-sudah." Jawabku. Berusaha santai.

"Tapi masa sudah 3 minggu mendekati comeback, aku belum rekaman? Nanti kalau aku kelelahan karena harus mempersiapkannya secara buru-buru bagaimana? Aku bahkan belum buat koreografi untuk lagunya. Kau jangan membunuhku secara perlahan." Rengeknya.

Kalau begini aku tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Daripada dia menggangguku bekerja seharian. Lebih parahnya jika dia membawa pergi anakku bermain ke apartemennya tanpa memberitahuku lagi.

"Lagumu sudah ada. Ada di komputer itu. Buka saja, salah satu judulnya 'Hurricane'. Itu yang akan jadi title lagumu." Jawabku.

"Iya kah? Asik." Semangatnya. Langsung kabur menuju komputer khusus yang biasanya ku gunakan untuk rekaman pribadi.

Ku biarkan Soonyoung mengutak-atik komputer itu. Biarkan dia mencari tau sendiri cara membuka komputer. Biar tidak gaptek kelewatan.

Untuk mengantisipasi teriakannya, ku gunakan earphone dengan volume yang sangat besar. Mendengar lagu demo tadi setelah menyambungkan flashdisk OTG tersebut ke ponselku. Tidak lupa aku mengirimkan beberapa pesan pada Woorin untuk memastikan keadaan mereka yang sedang ada di kantin.

Padahal mereka baru saja turun. Tapi aku sudah khawatir. Woojin juga sudah bisa berjalan sendiri. Beberapa kata juga sudah bisa dia ucapkan. Namun aku tidak terima dengan kata pertama yang bisa dia ucapkan. 

WWWTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang