3. Keluarga yang Ku Inginkan

963 139 4
                                    

Song Woorin

Ting.. Tong..

Beberapa jam sebelum jam menunjukkan pukul 12 siang, rumah Jihoon kedatangan tamu. Dia tidak pernah kedatangan tamu sekali pun. Karena kebanyakan tamunya akan tau jika dirinya sedang ada di kantor. Selain itu sekarang tepat jam makan siang.

Mungkinkah?

Aku berjalan membuka pintu dan mengintip sedikit dari lubang kaca yang ada dipintu itu. Setelah aku tau siapa orang itu, aku langsung membukanya tanpa ragu.

"Aku kira tidak akan mendapat sambutan hangat dipagi ini. Suamimu tidak ada kan?"

"Aniyo."

Namja yang lebih tua 6 tahun dariku menghembuskan nafas dan tersenyum lebar padaku. Sedangkan aku dengan terpaksa membalas senyuman tulusnya dengan senyuman tipis.

"Ada apa?"

"Biasa." Dia memberikan segelas kopi yang masih hangat padaku. Padahal dia tau aku tidak suka kopi, tapi dia memberikanku segelas kopi. Terpaksa aku menerimanya untuk menghargai niat baiknya.

"Itu coklat hangat. Aku hanya menggunakan gelas kopi agar suamimu tidak curiga." Kata Joshua.

Sekarang aku benar-benar bisa merasakan pipiku sedikit tertarik. "Kamsahamnida oppa. Mau mampir?"

"Jangan seformal itu. Aku ini kan oppamu." Dia mengacak-acak anak rambutku sedikit dengan leluasa. Setidaknya pagi ini aku bisa merasakan kehangatan dari seorang pria yang sudah ku anggap kakak sendiri. Walau kami bukan saudara kandung.

"Aku tidak bisa menemanimu lama-lama. Pekerjaanku hanya memberiku waktu sebentar walau dijam istirahat. Aku hanya ingin kau menerima nutrisi. Lihatlah! Kau ini sudah kurus. Kau tidak makan? Atau kau tidak nafsu makan karena makan sendiri? Aku bisa menemanimu kalau kau mau. Setiap jam makan siang aku akan datang membawakan makan untukmu. Suamimu tidak akan pulang kan?"

"Oppa sudah tau semuanya."

Senyuman hangat itu tertuju padaku. "Kalau begitu aku harus berangkat lagi. Minum susunya sampai habis. Sarapan dulu. Nanti jika aku sudah selesai dengan urusanku, aku akan delivery kan makanan untukmu."

"Tidak perlu repot."

"Tidak akan repot jika itu menyangkut gizi adik kesayanganku." Kembali Joshua mengacak rambutku.

"Bye."

Ku pegang segelas coklat hangat itu erat-erat sambil memandangi Joshua pergi.

Sebagai informasi, Joshua adalah kakakku. Kakak angkatku. Awalnya hanya berstatus teman. Tapi dia bersedia menjadi kakakku secara tidak resmi. Dia yang menginginkan itu.

Kenapa? Katanya aku ini mirip dengan adiknya yang sudah pergi. Aku tidak tau itu benar atau tidak. Tapi aku senang setidaknya ada yang menyayangiku walau tidak ada keluarga sedarah yang menganggapku penting.

Bahkan hanya dia yang tau penderitaanku selama ini. Apakah aku menceritakannya? Sedikit. Sisanya Joshua mencari taunya sendiri. Mungkin simpati atau lebih ke empati. Joshua memang punya rasa peduli yang terlalu besar padaku sebagai adik.

Aku sempat berpikir. Beruntung sekali adiknya itu mempunyai kakak sepertinya. Walau wujudnya ada atau tidak. Aku iri dengannya yang bisa sedarah dengan pria berdarah campuran LA itu.

Setidaknya dianggap adik saja sudah cukup. Aku tidak ingin lebih. Joshua sudah lebih dari cukup. Suamiku juga tidak perlu. Aku sudah putus asa dengannya.

2 tahun bukan waktu yang sebentar untuk membiarkanku diam di dalam rumahnya yang sepi, luas dan sendirian setiap hari. Jangan tanya bagaimana bosannya aku. Karena aku sangat-sangat kebosanan karena suasana ini.

Dia tidak melarangku untuk pergi ke mana saja. Dia membebaskanku. Dia juga tidak akan bermasalah aku pergi dengan siapa saja. Dia juga tidak akan menanyakannya. Mungkin dengan Joshua juga tidak bermasalah selama aku masih mengingat status tanpa pengakuan ini.

Tapi..

Aku tidak punya teman. Bukan tidak punya. Tapi aku tidak benar-benar memiliki teman. Semua temanku.. Mereka hanya datang saat ada butuhnya.

Setiap aku punya uang. Setiap aku mendapatkan nilai bagus. Setiap aku mendapat sebuah apresiasi seseorang. Dan setiap mereka membutuhkan aku. Mereka adalah temanku ketika mereka benar-benar menginginkanku. Tidak masalah kan jika aku menganggap tidak punya teman bukan?

Sekali lagi ku katakan, aku hanya punya 1 teman, 1 keluarga dan 1 kakak. Hong Joshua. Jika aku ingin memiliki marga, aku ingin punya marga Hong. Bukan marga sekarang yang ku gunakan atau marga keluarga asliku. Karena yang menganggapku ada hanya marga Hong.

Kalau aku menceritakan sebuah keluarga, pasti yang ku ceritakan adalah keluarga Hong. Baik dari pertemuan, kebaikan dan bagaimana diriku dianggap keluarga utuh olehnya. Joshua adalah keluarga yang ku inginkan.

Ku minum susu pemberian Joshua. Hangat dan manis seperti sifatnya yang kekeluargaan. Harum dan menyegarkan seperti jiwanya yang baik.

Kalau ditanya siapa keluargaku, bolehkah aku mengatakan jika keluargaku adalah Joshua?

Karena aku yakin, hanya Joshua yang akan menerimaku kapan saja.

♡♡♡

Muncul karakter selanjutnya. Kira-kira Joshua ini akan jadi siapa ya?? 😁

Belum ada yang bosan kan? Masih awal kok. Maklum kalau bosan. Tapi jangan ditinggalin ya.. Aku takut kehilangan kalian 😢

Aku lagi sibuk-sibuknya mau ujian, jadi lagi sulit buat double up atau buat work lainnya. Mungkin aku akan lebih renggang kalau sudah libur. Jadi tunggu kehadiran aktifku ini ^^

Bye~

WWWTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang