50. Membahagiakan

568 72 9
                                    

Lee Jihoon

"Masih dendam rupanya. Memangnya tidak cemburu Woorin sama pria lain?"

"Tentu saja aku cemburu. Tapi aku ke sini memang ingin membiarkan Woorin menenangkan diri dan menceritakan semua beban pikirannya pada Shua hyung. Akhir-akhir ini Woorin banyak terbebani karena appa-nya. Aku khawatir itu akan menyakiti kandungannya." Kata Jihoon.

Soonyoung menunjukkan wajah polos yang tidak mengerti apa-apa dan meminta penjelasan. "Sepertinya aku ketinggalan banyak berita."

"Memang. Kau juga harus menceritakan padaku kenapa bisa sampai bekerja di sini. Alasan kenapa tidak menerima tawaranku untuk bekerja di kantor dan darimana asal nama Hoshi aneh itu."

"Kalau begitu bagaimana jika kita cari tempat yang tidak terlalu ramai dan lebih privasi." Ajak Soonyoung.

"Ucapanmu seperti ingin berbuat yang aneh-aneh padaku." Cercah Jihoon.

"Jadi mau diapain?"

Mau berapa lama pun kami tidak bertemu, Soonyoung tetap lah Soonyoung. Dia tidak akan berubah hanya dalam hitungan bulan untuk berhenti membuatku geli.

"Jika kau bicara itu lagi, akan ku bunuhmu." Ancam Jihoon.

Dia meresponku dengan cengiran. "Sudah lama tidak diancam begitu, biasanya aku digodain. Memang hanya kamu yang jahat sama aku." Ucapan Soonyoung sukses membuatku merinding.

Daripada aku mengikuti Soonyoung, aku lebih memilih duduk disalah satu kursi kosong pada cafe ini. "Di sini saja. Aku hanya memastikan Woorin tidak mendengarnya, bukan menutupi semuanya dari orang-orang."

"Hyung.. aku istirahat duluan." Ucapnya lantang pada Jeonghan yang ada di meja bartender seperti biasa. Dia melepaskan celemeknya terlebih dahulu sebelum ikut duduk menghadapku. "Jadi kenapa bos ingin bertemu denganku?" Godanya.

"Lebih baik kau yang ceritakan dirimu dulu. Masalahku terlalu banyak." Jawabku santai.

"Masalah berat, tapi masih bisa sesantai itu. Kau memang tidak berubah." Ujarnya. Aku hanya menyunjingkan senyum sambil mengumpat dalam hati, 'Kau sendiri juga sama saja'.

"Jadi aku harus mulai darimana?" Pikir Soonyoung.

"Dari bagaimana kau bisa terdampar ke sini saja."

Soonyoung menggangguk. "Jadi.. Karena aku dipecat jadi guru tari."

Ku picingkan mata karena tidak percaya dengan alasan tidak masuk akal itu. Dan ternyata dia tertawa, "Kau tau aku berbohong ya?"

Sudah ku duga

"Beberapa dancer dari agensi kita seringkali mencari-cariku di tempat aku melatih dance. Katanya atasan minta aku, membujukmu dan Bumzu hyung untuk kembali. Tentu saja aku tidak mau. Mereka memintaku yang membujukmu tapi aku sendiri tidak diminta kembali. Enak sekali mereka."

Jihoon tertawa, "Lalu?"

"Selain itu, aku juga tidak mau kau dijadikan piont hanya untuk mengembalikan omsetnya. Aku tidak mungkin sejahat itu membiarkan sahabatku dimanfaatkan. Kau sudah pasti dengar beritanya akhir-akhir ini kan?"

Aku mengangguk. "Kamsahamnida." Aku cukup beruntung ada Soonyoung yang bisa menjagaku walau dia sendiri hidup berkecukupan begini.

"Karena aku tidak mau membuat klienku risih dengan tamu-tamu tidak diundang itu, aku memundurkan diri dan memilih bekerja disini daripada tidak mendapatkan uang sama sekali. Nanti aku kurus, miskin, tidak ada yang suka lagi." Lanjutnya setengah bercanda.

"Kau bisa datang padaku."

"Bos kita ini kan sulit ditemui." Sindirnya. Aku hanya mendesis kesal. Jika ku lanjutkan, nanti kami membuat keributan kembali.

WWWTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang