31. Sticky Note

697 100 18
                                    

Lee Jihoon

Lee Woorin
• Aku sudah di rumah

Tidak ada yang terjadi selama ✓ perjalanankan?

• Tidak ada

Aku cukup tenang jika Woorin sudah sampai di rumahnya. Tapi aku masih sedikit resah. Aku masih merasakan perasaan tidak enak itu.

Sebenarnya sangat mudah jika aku ingin menanyakan masalah perusahaan pada appa. Tapi aku sedikit canggung untuk menanyakan ini. Belum lagi aksi appa yang menanggap basahku, aku jadi mati kutu. Dan lagi appa tidak menyukai keluarga Woorin. Hancur sudah posisiku sekarang.

Appa tidak suka lagi dengan keluarga Woorin. Sedangkan Woorin sedang di rumah keluarganya. Sekarang pun aku belum bisa membedakan perasaan yang dinamakan cinta. Dan Ye Cha masih dalam kondisi diam yang mencurigakan. Aku semakin tidak tenang jika seperti ini. Apa yang harus ku lakukan?

Lee Woorin

Bersenang-senanglah selama disana ✓
Jangan lupa mengabariku ✓
Aku akan menunggu pesanmu ✓
Aku butuh kabarmu setiap hari ✓
[Read]

Aish.. Tidak biasanya dia hanya membaca pesanku walau hanya semenit. Apa di sana sesibuk itu? Aku tidak bisa jika begini. Aku tidak bisa untuk menunggu balasan darinya.

Sambil mendongakkan ke atas, aku terus melihat ke layar ponsel yang menunjukkan pesan Woorin itu. Masih tidak ada balasan juga. Ini sudah lewat 5 menit. Dia mau aku menunggu berapa lama???

"Aigoo.." Ku tepuk-tepuk pipiku sendiri cukup keras hingga merasakan panas di sana. Lalu ku usap-usap karena baru sadar tepukan itu sudah melewati batas kesakitan.

Setidaknya ini bisa menyadarkanku dari hal yang.. Tidak pernah ku lakukan sebelumnya.

Khawatir berlebihan.

Setelah rasa protektif dan cemburuan. Sekarang khawatir. Woorin.. Apa saja yang sudah kau lakukan padaku?? Kenapa hanya untuk mencintaimu, aku jadi memiliki banyak sifat baru.

Sebentar lagi apakah aku akan merasakan rasa egois yang hanya ingin kau memandangku?

Apa rasa ini bisa dikatakan wajar? Aku tidak mau Woorin tertekan karenaku. Aku ingin dia tetap bebas. Tapi jangan terlalu bebas. Dia harus ingat jika aku ini suaminya.

Ku sentuh leher putihku. Tapi tidak ku temukan apa-apa yang menggantung di sana. Aku baru ingat jika kalung itu pun sudah ku berikan pada Woorin.

Cincin belum ketemu. Kalung tidak ada. Sekarang bagaimana aku bisa membuktikan diri sebagai suami sah Woorin, jika bukti fisik janji suci itu hilang. Jihoon paboya. Ku acak-acak rambutku sendiri.

"Jihoon-ah, kau tidak mau pulang? Biasa kau selalu on time sekarang." Tegur Bumzu hyung.

"Tidak ada seseorang yang menungguku di sana." Jawabku malas. Lagi-lagi aku mengingat ukiran wajah Woorin.

"Maksudmu?" Ahh iya aku belum mengatakannya pada Bumzu hyung. Kenapa aku jadi makin pelupa?

"Woorin sedang tidak ada di rumah. Dia pulang ke rumah orang tuanya dulu untuk beberapa waktu." Jelasku. Sebelum terjadi kesalahpahaman.

"Kenapa kau tidak ikut?"

"Bisa dibilang, hubunganku dengan keluarganya juga tidak akur." Jujurku. Aku tidak suka dengan appa dan eomma-nya. Mereka bermuka dua dan penjilat. Maaf jika aku mengatai mertuaku sendiri. Tapi itulah yang ku nilai dari mereka.

WWWTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang