Naya memerhatikan tatanan rambutnya di depan cermin yang berada di toilet perempuan,kemudian menyisirnya dengan jemari tangannya,membenarkan ikatan rambutnya yang mulai melorot akibat olahraga. Setelah itu, dia membasuh wajahnya setidaknya wajahnya terlihat lebih cerah dan bekas keringat hilang walau tak memungkinkan untuk mengembalikan wajahnya segar kembali seperti pagi. Setelah semuanya selesai Naya kembali mengecek seragamnya dan kembali menatap cermin Quenby Nayara Machiato itulah kata yang terlihat jelas menempel di seragam Naya saat ini.
kemudian tangannya meraih tas jinjing yang berisi baju bekas olahraganya yang ada di pojok wastafel, dan berjalan keluar toilet kala sesuatu menghentikan langkahnya. Ia lupa sesuatu, tapi apa itu-ia lupa.
"Naya!"
Dan itulah yang terlupakan olehnya. sahabat sejatinya dari SMP sekaligus satu-satunya mahkluk didunia ini yang selalu ngebacot tanpa henti tapi Naya tetap sayang.
Naya berbalik dan mendapati karisa di sana, baru saja keluar dari salah satu bilik kamar mandi dengan wajah setengah emosi naik dan lipatan dagunya muncul karena kekesalannya kepada Naya yang hampir meninggalkannya. Sementara si tersangka hanya terkekeh pelan ditempatnya.
"Ayo ah jangan ngambek," ajak Naya, namun Karisa tak kurun bergerak. Gemas melihat tingkah sahabatnya ini, akhirnya ia masuk kembali dan menarik pergelangan tangan Karisa untuk segera keluar dari toilet dan menuju kelasnya di seberang lapangan atau yang lebih tepatnya di gedung kelas x ipa.
Saat sedang berjalan bertepatan di depan ruang guru ,salah satu guru menghampiri Naya dan Karisa.
"Maaf nak, ibu bisa minta tolong ?"tanya seorang guru.
"oh iya bisa bu." ucap Naya.
"tolong antarkan buku-buku ini ke gedung XI ips yah,terimakasih."
"oh iya bu." ucap Naya kembali.
"yu Kar anter gue ke gedung....." omongan Naya terpotong.
"Ooooogahhhhh gue!! cape!!." tolak Karisa.
"jadi lo engga mau bantu gue? kan lo juga tadi bilang mau bantuin guru itu tadi."
"sejak kapan gue bilang "iya?" orang lo aja tuh yang tadi main iya-iya in aja...byee!." ucap Karisa sambil berlari kecil menghindari Naya.
"awas lo dasar kecoa jepang!."
Dengan terpaksa Naya berjalan menuju gedung ips yang lumayan jauh karena lapangan di sekolah Naya yang terbilang sangat luas. Sesampainya di gedung XI ips riuh suara menyambut kedatangan Naya.
"Buset ni gedung sekolah apa pasar berisik banget..beda banget kaya di gedung sebrang sunyi kaya di kuburan." guman Naya. Namun,Naya terus berjalan dan cewek-cewek dari koridor mulai berbicara yang menurut Naya alay.
"Pacar gue lewat nih!"
"Awas-awas gue mau ngaca dulu, bebep gue bentar lagi lewat."
"cakep amat sih jadi orang."
"subhannallah ....ganteng banget."
"suami gue ya ampun."
"senyum ke gue dong."
"sumpah disini ngga ada udara kayanya gue mau mati nih liat kegantengan lo."
"gue bungkus lo aja yah buat jadi pajangan hati gue."
"maen bungkus aja, emang tuh orang gorengan main bungkus aja . otak tuh simpen di kepala bukan di dengkul." guman Naya.
koridor sekolah menjadi tambah riuh ketika cowok berwajah tampan itu melangkah dengan santainya melewati koridor gedung XI ips yang cukup ramai. Cowok dengan berpenampilan agak berantakan itu sama sekali tidak ambil pusing dengan reaksi heboh para siswi di sekolahnya ketika dirinya lewat.Menurutnya itu sangat berlebihan dan terlalu bising baginya.
Gavin Matteo Mahardika. pria yang selalu bisa membuat hati kaum hawa meleleh setiap kali dirinya berjalan melewati koridor dengan earphone putih yang terpasang ditelinganya. Ditambah lagi, sorot mata dari bola mata hazel nya, terlihat tajam namun begitu indah.
BRUKK
Mata Gavin melebar saat tubuh tegapnya tanpa sengaja menabrak seorang perempuan berambut hitam yang terikat cukup rapih,hingga setumpuk buku pun jatuh berserakan dilantai. Si korban malah berjongkok untuk merapihkan kembali buku-buku tersebut. Tetapi Gavin, cowok itu malah langsung memasang earphone di telinganya supaya indera pendengarannya tidak menangkap suara apapun. Karena takutnya jika wanita yang ditabraknya ini malah mengoceh tidak jelas.
Gavin tetap diam pada posisinya,menatap perempuan yang hampir selesai merapihkan buku-buku yang tadi jatuh. ketika Gavin masih menatapnya Gavin melihat luka gores di lutut perempuan itu, namun Gavin tak cuh dan malah mendengus kesal karena kecerobohan perempuan itu yang tidak melihat dirinya lewat.
perempuan itu pun berdiri sambil memegang kembali tumpukan buku itu.
"Kalo jalan tuh liat-liat." decak Naya seraya menatap Gavin tajam.
"hm."balas Gavin mengacuhkan Naya.
Naya langsung menarik earphone yang terpasang ditelinga Gavin.
"kalo orang lagi ngomong tuh dengerin bukan malah hum ham hem hem.. terus kalo orang jatuh tolongin bukan di liatin gunain tuh mata." decak Naya kembali.
"Hm." balas Gavin lagi.
"Ck!cowok aneh gue harap gue ngga bakalan ketemu lo lagi!!." ucap Naya sambil berjalan meninggalkan gavin.
***
Bel istirahat berbunyi...
"gue masih kesel sama tuh anak senior XI ips .. gue berharap gue engga bakalan pernah ketemu dia lagi."decak Naya sambil mengobati luka di lututnya.
"awas lo nanti jadi suka." ucap Karisa.
"gue? suka sama dia? najisun!"
"Aku tahu sejak saat ini kita bertemu bahwa ada sesuatu darimu yang kubutuhkan. Nyatanya itu bukanlah sesuatu dalam dirimu. Aku hanya butuh kamu.... ntar lo bakalan kaya sama kaya kata-kata gue nih..ya kan?" ucap Karisa sambil terkekeh pelan.
"ENGGA AKAN PERNAH KECOA JEPANG...dan gue yakin kata-kata lo itu dari google. sejak kapan lo jadi puitis orang kerjaan lo aja suka ngga nyambung."
"BISA AJA CICAK BELGIA...biarin suka-suka gue."
Tapi Karisa yakin sahabatnya ini akan termakan oleh omongannya sendiri.
*********
halo selamat berjumpa lagi?❤️😀
aku bawa cerita baru nih, maaf kalo ada typo-typo yang bersebaran dimana-mana..🙏🏻✨
gimana nih prolognya? udah greget sama sikap Gavin nya belum?kalo si Gavin ada di dunia nyata kalian mau gimana nih?❤️
vote nya jangan lupa, comment juga boleh oke.😀❤️
thanks for reading❤️✨
KAMU SEDANG MEMBACA
Gavin & Naya (End)
Teen Fiction[ OPEN FEEDBACK setiap SABTU] Update Setiap Jumat atau Sabtu ❌dont copy my story ! PLAGIAT DILARANG MENDEKAT! Tapi, Kupikir kau masih mencintaiku, kita tak bisa melepas kenyataan bahwa aku tak cukup untukmu. Perpisahan akan mengajarimu tentang ba...