E N A M

4.4K 229 54
                                    




"Naya?!."

Suara itu membuat Naya yang tadinya sedang asik duduk segera menengok ke arah sumber suara. Tak jauh dari tempatnya duduk, Afnan berdiri dengan pakaian yang tadi Naya liat waktu siang.

"Hai,Ka." Sapa Naya.

"Lo belum pulang?" tanya Afnan, membuat Naya menggelengkan kepalanya.

"Belum,Kak."

Afnan menghela napas pelan lalu kembali tersenyum tipis kepada Naya.

"Terus sekarang si Gavin dimana?" tanya Afnan. Tapi jujur, Afnan sendiri sudah memiliki perasaan tidak enak kepada sepupunya ini.

"Dari tadi sore dia masuk kamar Kak katanya sih ada urusan." Jawab Naya polos.

Afnan menaikkan satu alisnya lalu mendekat ke arah nakas kecil di pojok ruang santai. Afnan mengambil salah satu kunci dari dalam nakas itu.

Dengan sekali putar, Afina berhasil membuka pintu kamar Gavin.

"Lo masuk deh,Nay." Suruh Afnan.

Naya mengangguk ragu sekaligus takut Gavin tiba-tiba ada, lalu Naya mendekat ke arah pintu kamar Gavin dan betapa terkejutnya dia ketika melihat Gavin sedang tertidur pulas di atas magnet kamarnya yang empuk.

Naya yang tampak emosi segera mendekar dan membangunkan Gavin secara kasar.

"Apa sih?!." Decak Gavin kesal.

"Apa?! Gue berjam-jam ngerjain tugas lo, dan lo malah asik-asikan molor!." Teriak Naya emosi karena kelakuan Gavin.

Gavin menguap cukup lebar sambil membentang kedua tangannya lalu duduk di tepi ranjang.

"Tugas gue udah selesai?" tanya Gavin dengan muka bantal tapi begitu santai tanpa menunjukkan wajah berdosa.

"Udah!." Jawab Naya dengan perasaan yang kesal.

"Mana?"

"Tuh di meja!."

Dengan masih mengucek matanya Gavin berjalan melwati Naya dengan sebegitu dinginnya.

Gavin menatap buku catatannya yang berisi tulisan Naya. Tanpa sadar Gavin tersenyum kecil  membaca puisi buatan Naya.

"Gila bagus puisinya emang jago." Guman Gavin.

Dan sekali lagi tanpa di sadarinya Gavin mengangguk-angguk pelan ketika melihat tugas fisika dan bahasa indonesianya yang telah diselesaikan oleh Naya.

"Oke tugas lo selesai! Lo bisa pulang." Kata Gavin dengan raut wajah datar dan tak berdosa, setelah memintanya mengerjakan tugas dan menunggu ia tidur dan sekarang malah Naya yang di biarkan saja pulang.

"Yaudah tanpa lo suruh juga gue mau pulang!!."

Naya segera membereskan alat tulisnya dan memasukkannya ke dalam tasnya. Gadis itu sudah benar-benar dibuat kesal oleh Gavin si manusia kulkas berjalan tak berhati!.

"Lo anter Naya pulang, Vin!." Ucap Afnan yang tiba-tiba keluar dari kamarnya dan menggunakan piyamanya.

Naya menatap Gavin sejenak, berharap cowok itu akan mengatakan 'IYA'

Namun harapan tinggal harapan, Naya tak mendapat respon apa pun dari Gavin, di lihatnya Gavin hanya melebarkan matanya bak orang kaget.

Naya mengingat Gavin ini memiliki pribadi yang sangat dingin, terlebih kepada teman perempuannya. Ah ralat, mungkin Gavin tidak pernah menganggap adanya keberadaan teman PEREMPUAN.

Ia pun hanya pasrah saja akan pulang sendiri malam sekarang toh ada atau tidaknya Gavin tidak berpengaruh. Seorang Gavin tetaplah Gavin. Si  cowok dingin yang membuat kaum hawa jatuh iri sekaligus jatuh hati.

Gavin & Naya  (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang