"Pergilah, aku paham dimana posisi ku saat disandingka dengannya. Aku sadar, aku tak pernah lebih tinggi darinya."
--Naya
//
Pagi ini Naya tersenyum senang, Gavin menepati janjinya. Pria itu menjemput Naya pukul setengahtujuh. Selama perjalanan,mereka begitu bahagia dengan percakapan mereka. Rasaya Naya sudah lama tidak merasakan moment ini, tiga hari kemarin Gavin selalu bersama Salsa. Mengantar jemput gadis itu setiap hari. Gavin memang selal melakukan itu jika pacar Salsa sibuk dengan lomba-lomba disekolah. Namun yang membuat Naya terlihat menyedihkan adalah Gavin yang lebih sering tak punya waktu dan membuat Gavin lebih banyak menemani Salsa.
Kesal? Tentu saja. Memangnya Salsa tidak memiliki supir? Bukankah gadis itu pewaris tahta keluarganya? Lucu sekali.
"Ayo turun."
Naya tersentak, lalu menoleh dan menyadari mereka telah berada di parkiran sekolah. Dengan segera Naya turun menyusul Gavin yang telah berdiri di depan mobil miliknya. Sudah banyak sekali siswa yang berangkat sekolah.
"Salsa." panggil Gavin, membuat Naya menole kedepan dan mendapati Salsa bersama Aldi. Aldi tersenyum saat Gavin merangkulnya dan mengajak berjalan terlebih dahulu. Meninggalkan Salsa dan Naya yang berjalan bersisihan dalam kecanggungan.
"Aldi pulang kapan?"
Naya akhirnya bertanya terlebih dahulu, menyingkirkan kecanggungan yang ada di sekitarnya.
"Sampai bandara kemarin siang."
Naya mengangguk, Aldi memang baru saja kembali dari lomba fisika di Singapura. Itu sebabnya tiga hari kemarin kekasihnya-Gavin dimonopoli oleh Salsa.
"Aku ke kelas dulu ya Nay ... dadah."
Naya hanya tersenyum dan melambai sebentar saat Salsa menaiki tangga. Setelah Salsa menghilang, barulah ia kembali melanjutkan perjalanan menuju kelas diujung lorong. Dalam perjalanan, tak henti-hentinya Naya tersenyum ramah pada setiap sapaan adik kelas yang dilayangkan padanya.
Beginilah kehidupannya disekolah sekarang. Sudah resmi menjadi alumni ketua osis membuat namanya cukup dikenal.
//
"Nanti aku jemput kamu jam tujuh ya/"
Naya menoleh bingung, kini ia dan Gavin sedang dalam perjalanan pulang setelah sembilan jam menghabiskan tenaga untuk menimba ilmu.
"Emang mau ngapain?" tanya Naya sembari memakan cemilan yang ada disampingnya.
"Udah lama nggak dinner kan?"
"Hah?"
Gavin terkekeh, ia mencubit gemas pipi Naya lalu mengulangi perkataannya.
"Serius?"
Gavin mengangguk, membuat Naya melipat bibir senang. Ia tak perlu menjelaskan alasan mengapa ia sesenang ini hanya karena Gavin mengajaknya dinner kan?
"Kenapa tiba-tiba kamu ngajak dinner?" Gavin tidak menjawab, hanya tersenyum menanggapi pertanyaan Naya.
"Aku gak perlu alasan buat ngajak pacar aku pergi kan?" kini senyum Naya semakin lebar, hingga membuat beberapa gigi putihnya terlihat. Naya selalu seperti itu. Tiba-tiba membuat Naya semakin dimabuk cinta.
"Udah sana, dandan yang cantik ya."
Naya mengangguk mantap, lalu turun dari mobil Naya dan menghadap Naya sebentar. Setelah melihat senyum manis Naya, Gavin segera melajukan mobilnya meninggalkan perumahan minimalis itu.
Sementara itu, Naya yang masih belum bisa menyembunyikan kesenangannya memasuki rumah dengan langkah riang. Tanpa perlu memberi salam, Naya segera melangkah menuju kamarnya. Mamah yang sedang ada arisan dan Papah nya yang baru akan datang jam 8 malam.
Naya lantas meraih ponselnya dan mulai mengetikan sesuatu disana. Ia hanya ingin meminta izin untuk tidak mengikuti les matematika hari ini. Meski Naya tau apa balasan mamahnya, Naya tetap menanti. Hingga tak lama kemudian balasan itu datang,membua Naya mengubah posisinya menjadi tengkurap.
Mamah
Kan ada les matematika hari ini
Naya mengetikan alasan lain, ia sangat ingin menghabiskan waktu yang langka ini bersama Gavin. Tentang les? Persetan! Toh Naya tidak bolos setiap waktu.
Mamah
Ya udah, tapi pulangnya jangan malem-malem ya ...
Balasan emoticon love dari Naya mengakhiri pesan itu. Naya melirik jam di meja nakasnya, sudah jam 17.40. Itu artinya Naya masih memiliki waktu untuk menyiapkan pakaian yang benar menurut Gavin.
"Ini atau ini yaa."
Naya mengangkat sebuah dress dan atasan yang menurutnya cukup tertutup. Dress peach itu memiliki lengan panjang dengan renda di bawah yang mencapai di bawah lutut. Cukup tertutup.
Setelah memastikan bahwa Naya memilih dress peach itu, Naya segera berlari kekamar mandi dan menuntaskan kewajibannya. Setengah jam kemudian ia keluar lalu mulai membenahi diri. Hari ini ia harus tampil cantik di depan Gavin, sebab mereka jarang dinner seperti ini semenjak kejadian itu.
//
KAMU SEDANG MEMBACA
Gavin & Naya (End)
Teen Fiction[ OPEN FEEDBACK setiap SABTU] Update Setiap Jumat atau Sabtu ❌dont copy my story ! PLAGIAT DILARANG MENDEKAT! Tapi, Kupikir kau masih mencintaiku, kita tak bisa melepas kenyataan bahwa aku tak cukup untukmu. Perpisahan akan mengajarimu tentang ba...