T I G A P U L U H E N A M

4K 122 3
                                    


"Bersikap baik-baik saja saat melihatmu bersamanya. Tak masalah, aku terbiasa untuk itu."

---------Naya.

* * *

Sebulan semenjak kejadian itu. Naya dan Gavin telah kembali bersama. Gavin pun telah menjelaskan bahwa wanita yang bersama dirinya kala itu adalah sahabat kecilnya sekaligus mantan orang yang ia sayangi. Bagaimana dengan Naya? Gadis itu hanya tersenyum mendengar penjelasan Gavin, bagi dirinya Gavin telah kembali pun sudah bersyukur. Namun tak bisa di pungkiri bila dari waktu ke waktu, Gavin lebih banyak menghabiskan waktu bersama Salsa ketimbang dengan Naya.

* * *

Langit tampak berwarna hitam saat Naya keluar dari kelasnya. Ia mendongak dan melipat bibir lesu. Hujan lagi, kini tatapannya beralih pada teman-teman kelasnya yang mulai pergi meninggalkan ia dalam dinginnya hujan kali ini. Sebenarnya tak ada yang salah dengan hujan, ia juga tidak membenci tetesan hujan dari langit itu. Hanya saja ia tidak begitu menyukai hujan yang basah dan dingin, membuat dirinya merasa seorang diri meski keadaan sebaliknya.

Naya kemudian mengalihkan tatapannya kepada ujung lorong, berharap pria itu datang dan mengajaknya pulang bersama tanpa harus membuat seragamnya basah. Sungguh, ia sangat tidak menyukai itu. Namun sepertinya dewi fortuna sedang tidak berpihak kepadanya. Karena tepat satu detik setelah netranya melihat pria itu, senyum manis dibibirnya mendadak sirna.

Ia membalik tubuhnya, membiarkan pria itu berjalan menghampirinya. Di belakang pria itu terdapat seorang gadis cantik dengan jaket merah yang nampak kebesaran. Naya tersenyum, ia tau jaket milik siapa yang dipakai gadis itu.

"Kamu belum pulang, Nay?"

Naya menggeleng dengan senyuman, menatap Gavin-kekasihnya yang kini mengusap surai hitam miliknya.

"Kamu bawa mobil?" tanya Naya, ia sangat berharap Gavin akan mengangguk dan menarik tangannya. Namun melihat senyum lesu diwajah pria itu sudah membuktikkan bahwa memang kali ini akan terjadi lagi.

"Aku bawa, tapi aku pulangnya sama Salsa." Gavin menoleh pada gadis dibelakangnya yang kini tersenyum. Ia lalu menatap Naya kembali.

"Kamu tunggu supir ya, aku harus cepet anterin Salsa. Nanti dia sakit."

Lalu tanpa menunggu anggukan dari Naya, Gavin segera pergi setelah sebelumnya mengecup lembut kening Naya. Pria itu melangkah dengan Salsa disampingnya. Melihat itu, membuat Naya tersenyum miris. Lagi lagi dia menjadi nomer dua.

Selalu saja Salsa, entah dari segi apapun gadis itu tetap memegang posisi nomer satu di daftar prioritas Gavin. Padahal Naya adalah kekasihnya sedangkan Salsa? Ya memang gadis itu adalah sahabat Gavin sejak kecil sekaligus orang yang dulu pernah Gavin sayangi/ tapi apakah harus Salsa yang dinomer duakan? Selama hampir 1 bulan sejak Gavin membawa Salsa masuk kesekolah ini dan semenjak satu bulan itu pun Naya tidak pernah menang jika sudah disandingkan dengan Salsa. Karena pasti Gavin kini akan lebih mendahulukan sahabatnya itu ketimbang Naya.

Sakit? Jangan tanya. Namun, apa yang bisa Naya lakukan? Sedangkan disini Naya hanyalah orang saing yang baru mengenal Gavin. Tidak seperti Salsa yang sudah tau luar dalamnya lelaki itu. Naya hanya bisa menerima dan mencoba mengerti bahwa Salsa adalah sahabat kekasihnya. Dan Naya tidak boleh iri melihat itu, tidak boleh.

"Non?"

Naya menoleh, mendapati jemputan pribadinya telah berdiri di sampingnya. Lalu tanpa basa basi lagi, ia segera berjalan membelah hujan yang semakin deras mengalir tanpa memperdulikan seragamnya yang basah. Mood nya telah hancur sore ini.

Gavin & Naya  (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang