T I G A P U L U H T I G A

3.3K 128 2
                                    

Hari keempat setelah curhat di rumah Clara. Dan hari keempat Naya tak bertemu Gavin.

Ya, sudah empat hari berlalu Naya tidak pernah melihat Gavin di sekolah. Jangankan melihat, mengirim pesan atau menelpon saja tidak ada. Jangankan mengirim pesan dan menelpon, ditelpon pun tidak diangkat. Naya sudah bertanya kepada teman-teman terdekat sampai terjauhnya Gavin, dan anehnya tidak ada yang tau kemana cowok itu pergi. Benar-benar menyebalkan memang si Gavin ini, piker Naya barusan.

Naya awalnya ingin menanyakan kepada Afnan, namun gadis itu juga tidak masuk sekolah selama lima hari. Naya sudah mencoba menghubungi Gavin, namun nomor itu tidak dapat dihubungi.

Naya menghela napasnya, ini sudah hampir ketujuh puluh kalinya ia menghubungi Gavin. Namun hasilnya selalu nihil. Tak pernah ada jawaban dari cowok itu.

"Gimana? Kali ini diangkat?" tanya Clara seraya menyodorkan beberapa cemilan untuk Naya.

Naya menggelengka kepalanya lemah," Gak."

"Ck! Kemana sih tuh cowok, lupa jalan balik apa?!" decak Risa kesal.

Naya hanya menghela napasnya pelan, tidak tahu harus melakukan apa.

"Lo udah coba nanya ke Kak Afnan?" tanya Risa.

"Kak Afnan udah lima hari nggak masuk sekolah."

"Lo kerumahnya Kak Afnan lah, Nay." ujar Clara.

"Nanti deh pulang sekolah." jawab Naya.

"Kita temenin, ya?"

Naya menganggukkan kepalanya. "Makasih."

* * *

Naya berjalan sendirian kea rah rooftop untuk menemui teman-teman Gavin yang biasanya selalu ada di rooftop sekolah.

Naya hanya berharap semoga ketiga pria itu sudah mendapatkan info tentang Gavin. Walaupun hanya sedikit informasi, tapi Naya tetap akan berterima kasih.

Gadis itu membuka pintu rooftop dan menemui tiga pria itu yang tengah mengobrol. Naya menghampiri ketiga pria itu dan langsung menyapa ketiganya.

"Ada apa, Nay?" tanya Arviz.

"Gue mau nanya, kalian udah tau keberadaan Gavin?"

Ketiga pria yang menjadi teman baik Gavin kompak menggelengkan kepalanya.

"Serius? Kalian masih belum tau Gavin ada dimana?"

"Iya, Nay. Kita belum tau Gavin dimana, kita juga udah coba cari kerumah sepupu-sepupunya," jawab Arkan.

"Bener, Nay. Semua sepupu Gavin juga gak ada yang tau kemana Gavin pergi." lanjut Arkan membuat Naya menghela napasnya kasar.

"Hmm, gue tau dimana Gavin." ucap Raim tiba-tiba membuat ketigany menoleh ke arah pria itu.

"Dimana?" tanya Naya cepat.

"Dibumi." jawab Raim dengan wajah tanpa berdosanya membuat ketiganya kesal dengan ucapan pria itu.

Arviz yang mendapatkan kode dari Arkan pun dengan senang hati memukul kepala Raim, membuat cowok itu meringis.

"SAKIT BAMBANG," teriak Raim kesal seraya memegang kepalanya.

Arkan yang tak berdosa pun hanya menggidikkan bahunya acuh tak acuh.

"Makanya kalo orang nanya, jawab yang bener."

"Yah kan gue hanya mencairkan suasana yang sedih ini," balas Raim tak bersalah.

"Waktunya nggak tepat. Kita lagi serius nyariin Gavin." ucap Naya terhadap Raim.

Gavin & Naya  (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang