"Kalian lagi ngapain berduaan?"
Keduanya saling terlonjak kaget. Begitupun dengan Naya yang langsung berdiri, sementara Gavin tetap ada ekspresi tenangnya.
Ya , gadis yang baru saja membuka pintu kamar Gavin yang tak lain dan tak bukan adalah Afnan.
Naya dan Gavin kini melihat Afnan yang tengah berjalan meuju mereka. Bahkan hal itu membuat Naya meneguk salivanya susah payah. Ia takut akan di tuduh macam-macam oleh Afnan. Walaupun gadis itu tak akan menyalahkan Naya, tapi tetap saja Naya merasa gugup.
"Gavin! Lo ngapain bawa Naya ke sini , huh? Lo nggak macem-macemin anak orang kan? Awas aja lo macem-macem sama cewek baik-baik kayak Naya!" ucap Afnan dengan bawelnya seperti burung beo dan membuat Gavin mendengus kesal.
"Apaan sih!." Elak Gavin," gak jelas banget lo Nan!."
Afnan sebernya tau bahwa Gavin tak akan berbuat yang macam-macam. Namun ia tetp harus waspada berada di stuasi ini memang harus harus benar-benar waspada.
"Lo ngapain? Jujur nggak!" kata Afnan.
"Nggak ngapa-ngapain afnan." Balas Gavin apa adanya.
Afnan menatap dengan curiga lalu ia menoleh ke arah Naya. Membuat gadis yang ditatapnya otu gugup dan diam seribu bahasa. Takut ditanya hal yang tidak- tidak.
"Nay, Gavin gak macem-macem kan sama lo?"
"Eh-e-engga kok,Kak. Lagian kita mau latihan akustikan buat nanti pensi sekolah." Jawab Naya sesuai fakta.
Afnan mengangguk percaya. Membuat Gavin mendengus kesal. Padahal dirinya juga sudah berbicara jujur, namun bukan Afnan yang kadang-kadang suka engga percaya sama omongan yang keluar dari mulut Gavin.
"Sekarang, Lo yang ngapain ke sini?" tanyanya.
"Kenapa? Takut gue ganggu lo berduaan?"
"Ngga jelas Lo! Udah pergi sana!."
Afnan tertawa garing," nyokap, bokap gue hari ini bakalan balik dan gue mau balik ke rumah gue. Tapi nanti sekitar 5 jam an lagi."
"hm." Balas Gavin tak peduli.
"Andaikan Lo bukan sepupu gue udah gue sleding ginjal Lo!" Kata Afnan.
"Sebelum Lo sleding gue. Gue yang bakalan sleding Lo duluan."
"Kalo Lo berani sleding gue duluan, gue sunat Lo dua kali."
Gavin yang mendengar ucapan Afnan langsung melotot ke arah Afnan.
"Udah ah gue mau beres-beres. Lo jangan apa-apain Naya!!" kata Afnan memperingati.
"Hm."
"Nay gue ke kamar dulu, ya? Santai aja sama Gavin mah kalo dia berani macem-macem sama Lo, Lo macem-macemin balik lagi aja atau Lo bisa tampol aja tuh anak gue ikhlas."
Naya terkekeh pelan," Ashiap, Kak."
Afnan mengacungkan kedua jempolnya. Lalu ia langsung keluar dari kamar Gavin setelah menutup puintu kamar Gavin.
Setelah pintu tertutup, Naya kembali duduk di tempat sebelumnya. Gadis itu langsung menatap Gavin yang tengah menatapnya juga.
"Lagu?" tanya Gavin, membuat Naya mengangkat sebelah halisnya bingung.
Gavin mendengeus kesal karena makhluk seperti Naya sangat begitu lemot,"Lagu apa?"
"Buat akustikan?" tanya Naya, dan Gavin menganggukkan kepalanya.
Naya tampak berpikir dengan tangan yang menyentuh dagunya," emm.. kalo I love you 3000 gimana?"
Gavin yang mendengar judul lagu yang di lontarkan Naya langsung memejamkan matanya sejenak. Lalu mengangguk atas permintaan Naya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gavin & Naya (End)
Teen Fiction[ OPEN FEEDBACK setiap SABTU] Update Setiap Jumat atau Sabtu ❌dont copy my story ! PLAGIAT DILARANG MENDEKAT! Tapi, Kupikir kau masih mencintaiku, kita tak bisa melepas kenyataan bahwa aku tak cukup untukmu. Perpisahan akan mengajarimu tentang ba...