Hari ini adalah hari ke sepulu setelah kejadian di rumah pohon kemarin.
Hari Rabu ini Gavin berencara menjemput Naya. Ya, setelah beberapa hari yang lalu, Gavin jadi lebih sering mengantar jemput gadis itu ke sekolah.
Gavin menuruni anak tangga, cowok itu melangkahkan kakinya ke meja makan. Di sana sudah terdapat Afnan.
Gavin mengambil sebuah roti, lalu pergi begitu saja.
"Enggak makan lo?" tanya Afnan membuat Gavin menghentikan langkahnya.
"Nggak."
"Makan roti doing lo?" tanya Afnan membuat Gavin menganggukkan kepalanya dan langsung berjalan meninggalkan Afnan di meja makan.
><
Lima belas menit telah Gavin lewati. Dan sekarang pria itu sudah bertengger manis di motornya yang berada di depan gerbang rumah Naya.
Gavin sudah menghubungi gadis itu, dan Naya sedang turun menghampiri Gavin, katanya.
Pintu gerbang rumah Naya terbuka, dan menampilkan seorang gadis yang tengah mengucir ambutnya dan terdapat roti di mulutnya.
Gavin berdecak kesal melihat kelakukan Naya. Ia hanya bingung pada gadis itu, biasanya gadis yang berada di hadapan Gavin selalu menjaga imagenya, tapi tidak dengan Naya.
Gavin turun dari motornya dan meraih rambut Naya.
Naya pun diam saja, lalu tangannya mengambil roti yang berada di mulutnya, dan mulai memakannya dengan benar. Dan membiarkan Gavin mengikat rambutnya.
"Ikatannya enak nggak?" tanya Gavin setelah selesai mengikatkan rambut Naya.
"Kurang enak, tapi enggak apa-apa. Makasih ya." ucap Naya setelah menghabiskan roti terakhirnya.
Gavin menganggukkan kepalanya, lalu ia menaiki motornya. Dan membuat Naya melakukan hal yang sama.
"Ayo berangkat!" teriak Naya, membuat Gavin menggelengkan kepalanya seraya terkekeh melihat tingkahnya kekanak-kanakan Naya.
><
"Baiklah, saya akhiri pelajaran kali ini hanya sampai disini, jangan lupa untuk tugas sekolahnya!" ucap pak Saeful yang baru saja selesai dikelas Naya.
"Iya, Pak!" jawab seluruh penghuni kelas itu.
"Saya keluar, assalammualaikum."
"Walaikumsalam."
Semua penghuni kelas XI-IPA 1 pun membereskan bukunya, dan segera keluar satu persatu untuk ke kantin.
"Kantin enggak?" tanya Clara yang baru saja membalikkan badannya ke belakang.
"Enggak deh." balas Naya.
"Lo, Ris?"
Risa yang baru saja memasukkan buku ke dalam tasnya menoleh ke arah Clara.
"Ayok!"
"Lo mau nitip apa, Nay?"
"Emm, minuman jeruk yang botol aja satu." Naya menyerahkan selembar uang sepuluh ribuan.
Risa dan Clara keluar kelas meninggalkan Naya sendiri. Gadis itu pun mengeluarkan novelnya yang kemarin ia beli ditemani Risa.
"Naya!" teriak seseorang di ambang pintu, membuat Naya menoleh.
Di sana terdapat Adam, teman sekelasnya. Cowok itu tengah membenarkan napasnya sepertinya ia baru saja berlari.
"Apa, Dam?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Gavin & Naya (End)
Teen Fiction[ OPEN FEEDBACK setiap SABTU] Update Setiap Jumat atau Sabtu ❌dont copy my story ! PLAGIAT DILARANG MENDEKAT! Tapi, Kupikir kau masih mencintaiku, kita tak bisa melepas kenyataan bahwa aku tak cukup untukmu. Perpisahan akan mengajarimu tentang ba...