S E M B I L A N B E L A S

3.5K 141 11
                                    

Hari ini menjadi hari yang sangat menyinukkan bagi seluruh anggota OSIS maupun murid SMA Mahardika yang akan mengisi acara pensi sekolah nanti.

Yah, tepat pada besok pagi, pensi untuk perayaan ulang tahun sekolah akan dilaksanakan, membuat masing-masing kelas akan ditiadakan pembelajaran dari jam pertama sampai selesai.

Surga dunia hari ini. Kurang-lebih seperti itulah yang dikatan siswa-siswi SMA Mahardika.

Semua siswa-siswi SMA Mahardika membantu panitia menyiapkan semuanya untuk besok agar cepat selesai. Terkecuali Gavin dan kawan-kawannya.

Yah, mereka berempat kini malah memilih bersantai di rooftop sekolah sembari bercanda gurau.

"Kita disini aja nih? Nggak usah bantuin yang dibawah?" tanya Arviz menoleh ke arah Gavin.

Gavin menggelengkan kepalanya,"Nggak usah. Males."

"Good! Gue juga males!" ucap Raim menyetujui.

"Tapi kita panitia juga loh, Vin." Arkan menganggukkan kepalanya menyetujui ucapan Arviz.

"Lo aja yang bantu."

"Nggak deh, kan gue setia kawan." Arviz menyengir kuda, lalu Arkan memukul kepala Arviz.

"Itu namanya males, bego!"

Mereka tertawa receh, terkecuali Gavin tentunya, ia hanya bisa diam tak menanggapi. Karena menurutnya memang tidak ada yang lucu.

"Lo semua emang malesan kali." ucap seseorang membuat keempatnya menoleh.

Ternyata Afnan.

Sahabat-sahabat Gavin memang tau jika Afnan adalah sepupu dari Gavin.

"Eh Anan cantik, gebetanya Abang Raim ganteng." kata Raim, membuat Afnan bergidik ngeri dan Gavin hanya menatap Gavin tajam.

"Najis, Raim!"

"Ngapain lo?" tanya Gavin, ia tunjukan pada Afnan.

"Kepo lo!"

"Yaudah. Sana pergi!" usir Gavin kasar.

"Najis punya sepupu kayak lo!" kata Afnan, lalu matanya menatap kepada teman-teman Gavin,"Lo bertiga bisa pergi dulu? Gue mau ngomong sama temen kalian yang rese ini."

Ketiga teman Gavin saling berpandangan membuat semuanya mengangguk. Mereka mengrti, sepertinya Afnan akan membicarakan masalah keluarga, yang artinya bersifat pribadi.

"Boleh, kuy kita ke bawah. Mending bantuin cewek cakep dibawah!" kata Raim lalu bangkit.

Ketiganya pun menyambar tasnya, dan pergi dari rooftop menuju lapangan untuk membantu para panitia pensi.

Afnan menghampiri Gavin, lalu duduk disebelahnya.

"Lo gak sekolah?"

"Gue izin, mau nyampein ini buat lo."

"Apaan?"

"Lo beneran kangen Fanny?" Gavin menoleh ke arah Afnan, lalu mengangguk samar.

"Secepatnya Lo bisa nemuin dia," Afnan tersenyum kepada Gavin.

"Seriosly?" tanya Gavin membuat Afnan mengangguk.

Gavin tersenyum, bukan senyum dingin melainkan senyum kebahagiaan sejak 2 tahun belakang ini hilang. Selain karena kejadian tentang Fanny dulu.

"Gue harus pindah sekolah dong biar bisa satu sekolah bareng dia?" tanya Gavin mengingat-ngingat Fanny itu tidak di Indonesia.

Afnan menggelengkan kealanya, "Nggak, lo tetep disini, Fanny yang bakalan pindah ke Indonesia."

Gavin & Naya  (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang