Semua penonton berteriak histeris ketika bagian akhir dari lirik lagu yang dibawakan oleh Naya diikuti Gavin, yah, cowok itu ikut bernyanyi dibagian lirik akhir.
Yang semakin membuat suasana meningkat ketika dilirik terakhir mereka berdua saling menatap untuk beberapa saat. Mereka berdua sepertinya menyalurkan sesuatu lewat lagu itu.
Kaum hawa dan kaum adam pun berteriak iri.
Yang satunya cantic, dan yang satunya tampan. Perpaduan yang sangat pas.
Risa dan Rizal pun kembali ke tengah panggung, sementara Gavin dan Naya masih tetap di posisi duduknya.
"Wah gila! Gue baper sendiri nih, Zal." ucap Risa histeris.
"Yoi, sama gue juga. Gue rasa mereka berdua cocok loh."
"Bener banget! Gimana kalau kita ajak mereka talk show dulu sebelum ke acara puncak perayaan ulang tahun sekolah?" tanya Risa dan mendapati anggukan dari Rizal dan penonton.
"Bener banget tuh, kalian setuju gak guys?!" teriak Rizal.
"SETUJU!" balas para penonton kegirangan.
Ya bagaimana tida senang? Mereka akan memperhatikan Gavin lebih lama, dan mereka juga akan merasakan lebih iri lebih lama karena Gavin saat ini disandingkan dengan Naya.
Naya sendiri mengumpat dalam hatinya yang ia tujukan kepada Risa dan Rizal. Bagaimana bisa kedua pengisi acara ini seenaknya akan mengadakan talk show untuk gadis itu dan Gavin? tanpa seizinnya terlebiih dahulu lagi.
'Acara selesai, gue maki lo berdua.' Dewi batin Naya berucap, lebih tepatnya sedikit kesal kepada dua pengisi acara tersebut.
"Kalian nggak keberatan, kan?" Tanya Risa, dari nadanya sedikit menggoda. Lebih tepatnya ia menggoda sahabatnya, Naya.
'Tentu keberatan lah, Risa!' balas Naya dalam batinnya. Jika saja ia bisa berucap langsung, mungkin saja ia akan mengatakannya.
Iyalah, bagaimana tidak keberatan, Bisa-bisa Naya akan pingsan karena terlalu lama disamping Gavin. Baiklah, katakana saja jika gadis itu sangat lebay. Tapi bagi Naya, saat ini ia menjadi lebih gugup daripada biasanya jika dekat Gavin.
Perkataan yang dikeluarkan dari mulut Naya berbanding terbalik dengan apa yang ingin dibicarakan dari hatinya.
"Hehe, terserah kalian." jawab Naya seadanya.
"Oke, kita anggap boleh, ya?"
Gavin menganggukkan kepalanya tenang, sedangkan Naya, gadis itu mengangguk ragu.
"Dari lagu yang tadi kalian bawain, ada nggak sebaris kata yang sedang mewakili perasaan kalian?" tanya Risa.
"Emm, gimana kalau kakak yang cantik dulu yang jawab?" ucap Rizal, seraya menunjuk Naya.
Naya menahan napasnya sejenak, sesaat ia bingung harus menjawab apa.
"Em ... bisa iya bisa enggak." serah Naya akhirnya.
"Wah kemungkinan Sembilan puluh persen jawabannya adalah 'iya' nih, guys." kata Rizal sangat sok tahu.
"Betul banget, Zal." tambah Risa menyetujui ucapan Rizal, "Kalau boleh tau, 'dia' bagi Naya ini siapa sih? Kali aja kan orangnya juga lagi nonton."
Naya menggaruk tengkuk lehernya yang tidak gatal, sekarang ia bertambah bingung harus menjawab apa.
"Ada lah, that is privacy." jawab Naya.
"Yah, kok gitu sih, Nay?" kata Risa dengan nada yang dibuat-buat sedih.
"Oke, sekarang kita Tanya Gavin." seru Rizal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gavin & Naya (End)
Teen Fiction[ OPEN FEEDBACK setiap SABTU] Update Setiap Jumat atau Sabtu ❌dont copy my story ! PLAGIAT DILARANG MENDEKAT! Tapi, Kupikir kau masih mencintaiku, kita tak bisa melepas kenyataan bahwa aku tak cukup untukmu. Perpisahan akan mengajarimu tentang ba...