| 1 |

8K 375 256
                                    

salahtuh minta maaf jangan kaya amoeba yang kalo punya salah malah ngebelah jadi dua

-Naya

//

pada hari ini koridor yang awalnya nampak ramai seketika menjadi hening. Hanya ada suara bisikan-bisikan dari siswa-siswi yang tengah menatap pria dengan tubuh tinggi berwajah tampan itu.

sementara si pria, nampak terlihat sangat santai dan bahkan seolah tak peduli dengan keadaan sekitar. Pujian-pujian yang dilontarkan oleh para siswi terlihat tidak ada artinya bagi seorang Gavin.

Gavin Matteo Mahardika. Pria dengan wajah blasteran itu nampak biasa saja. Tak ada wajah bahagia dan berseri-seri yang ia tunjukkan. Bahkan, senyum dibibirnya pun sangat jarang terlihat. Terlebih kepada perempuan.

"Duh kalau jalan yang cepet dong! Cowok jalan aja kaya putri solo." Ucap gadis yang berada di belakang Gavin.

Gavin menghentikan langkahnya secara tiba-tiba membuat gadis yang berada di belakangnya tertabrak punggung Gavin. Hal itu membuat beberapa buku yang dibawanya berjatuhan berserakan.

"Ck! Kenapa tiba-tiba berhenti sih!" decak si gadis.

Gavin membalikkan badannya. Dan melihat gadis dengan rambut hitam yang digerai terlihat tengah membereskan beberapa bukunya.

Setelah selesai dengan kegiatannya, gadis yang ada dihadapan Gavin itu bangkit dengan beberapa buu yang ia taruh didepan dadanya.

"kalau jalan engga usah pelan! Sok cool banget!" cerca gadis itu dengan kesal.

"Lo gak bisa lewat samping?" tanya Gavin.

Ah ya, perlu kalian tau mungkin ini adalah obrolan Gavin dengan perempuan yang pertama kali semenjak beberapa tahun yang lalu.

Sejak kejadian beberapa tahun lalu, kejadian yang membuat sikap dirinya menjadi berubah. Gavin sudah tidak ingin lagi berhubungan dengan perempuan. Dan bahkan cowok itu sudah tidak pernah berbicara lagi dengan perempuan.

"Ya bisa aja sih, tapi ribet harus belok-belok! Lagian lo tuh bukannya ngalah sama perempuan." Balas gadis itu.

Dia, Quenby Nayara Machiato. Gadis dngan jabatan ketua OSIS di SMA Garuda itu berdecak pelan seraya menggeleng-gelengkan kepalanya ketika melihat penampilan Gavin yang nampak berantakan.

"Ck! Lo ini! Niat gak sih sekolah?" ucapnya.

"Rambut berantakan,baju juga berantakan. Gue yakin, kalau tas lo tuh gak ada isinya. Ya paling-paling kalau ada isinya tuh powerbank,handpone, sama buku tulis satu."

Gavin yang mendengar ucapan Naya yang panjang lebar itu hanya berdecak kesal. Andai saja yang dihadapan Gavin ini bukan prempuan, mungkin saja ia sudah habis dipukul Gavin karena beraninta mengomentari Nathan.

"Hidup lo cuman ngurusin orang?"tanyanya.

"ya nggaklah! Kurang kerjaan banget gue!."

"Yaudah, gak usah urusin hidup gue!"

Naya yang mendapatkan balasan itu hanya mencibir pelan. Lalu ia melanjutkan kembali langkahnya. Namun sebelumnya, ia mendorong bahu Gavin terlebih dahulu cukup keras.

Mendapat perlakuan itu Gavin hanya memutar bola matanya malas dan ia langsung kembali berjalan menuju lapangan basket outdoor.

Sampai di tepi lapangan basket, Gavin menghentikan langkahnya. Matanya menatap ke sekeliling lapangan. Hingga berhenti di satu titik, dimana temen-temenya tengah berkumpul.

Gavin & Naya  (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang