Gavin mendorong troli yang digunakan untuk mengangkut belanjaan Naya. Gavin memperhatikan sekelilingnya. Ramai. Gavin tidak terlalu suka keramaian Gavin lebih suka berada di sebuah tempat yang tenang.
"Vin, ayo ke kasir." ajak Naya membuyarkan lamunan Gavin.
Gavin menganggukkan kepalanya pelan lalu kembali mendorong troli menuju kasir yang tidak terlalu jauh dari tempat mereka sekarang.
"Abis ini kita mau kemana dulu, Vin?" tanya Naya.
Gavin hanya diam.
"Vin ...."
"Gavin ...."
"Gavin!" ucap Naya kesal mencubit lengan Gavin yang sedari tadi melamun.
"Apa?" tanya Gavin.
"Lo mikirin apaan dari tadi?" tanya Naya bingung.
"Gak papa." jawab Gavin setengah bohong.
Naya menghela napasnya. Ia tahu kalau Gavin berbohong. Terlihat sangat jelas dari tatapan mata pria itu yang hari ini tiba-tiba terlihat kelam.
"Abis ini kita ke café ya? Gue tau café yang enak dan gak jauh dari sini." usul Naya.
Gavin mengangguk pelan. Belanjaan mereka yang mereka beli sudah siap di dalam kantung plastic. Gavin melihat total belanjaan, lalu mengeluarkan 3 lembar uang 50ribuan dan memberikannya pada Naya.
"Gue duluan." ucap Gavin terkesan dingin lalu memasukkan kantong plastic yang sudah rapih berisi belanjaan ke dalam troli.
Gavin mendorong troli tersebut kea rah parkiran untuk mengambil mobilnya, meninggalkan Naya yang masih bingung dengan perubahaan sikap Gavin. Padahal sewaktu dirumah pohon tadi, keadaannya masih baik-baik saja. Ah, mengingat rumah pohon Naya jadi teringat dengan apa yang dilakukan Gavin.
"Tadi pacarnya ya, Mba?" tanya salah satu petugas kasir membuat Naya menoleh.
"Eh? Bukan. Tadi itu pembantu saya. Dia emang gitu, maklumin ya." jawab Naya cengengesan.
"Ganteng amat pembantunya, Mba?" tanya petugas kasir tadi membuat Naya melotot.
"Em ... Kena kutukan kayaknya. Udah mba, makasih." ucap Naya lalu mengambil struk dan uang kembalian lalu melenggang pergi menyusul Gavin.
Dari tempat dekat kasir, Naya masih dapat melihat punggung tegap Gavin yang dibalut T-shirt hitam berjalan mendorong troli.
Dan ntah keyakikan darimana, mengajak Gavin ke café akan membuat perasaan Gavin mungkin jauh lebih baik.
><
Gavin berjalan di belakang Naya yang menaiki tangga menuju rooftop di café ini. Rata-rata pengunjung yang hadir adalah pasangan-pasangan muda, sekumpulan mahasiswa, dan ada juga sekeluarga yang berkumpul di sini.
"Gak terlalu ramai." ucap Naya melihat keadaan sekeliling lampu dan tumblr stuff.
Naya berjalan ke arah salah satu tempat duduk yang ada di dekat batas penyangga rooftop yang memperlihatkan keramaian kota Jakarta saat malam.
Gavin meraih buku menu yang ada di meja, lalu memilih menu yang ia mau. Gavin menuliskan di note kecil 'hot chocolate 2'. Tangannya terangkat untuk memanggil waiters dan memberikan kertas tadi ke waiters yang datang.
"Tunggu sebentar ya, Mas, Mba." ucap waiters tadi.
Gavin dan Naya mengangguk bersamaan membuat waiters tadi pergi.
"Lo kenapa sih, Vin?" tanya Naya mulai kesal dengan sikap dingin Gavin.
"Kenapa gimana?"
"Semenjak di apartment lo diem mulu. Ada masalah?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Gavin & Naya (End)
Teen Fiction[ OPEN FEEDBACK setiap SABTU] Update Setiap Jumat atau Sabtu ❌dont copy my story ! PLAGIAT DILARANG MENDEKAT! Tapi, Kupikir kau masih mencintaiku, kita tak bisa melepas kenyataan bahwa aku tak cukup untukmu. Perpisahan akan mengajarimu tentang ba...