"Lepasin!! Sakit!."
Naya terus berusaha melepas kan cengkraman kuat dari laki-laki itu.
Naya melirik ke arah laki-laki. Lalu dahinya berkerut.
Raim??
"Raim!! Lo mau bawa gue kemana sih!!." Ucap Naya masih berusaha melepaskan cengkraman dari tangan Raim sambil mengerutkan dahinya.
"Bisa nggak sih tuh dahi kagak usah di lipet-lipet kek gitu lagian kagak akan dapet piring cantik dan sekarang mending lo ikut geu!!." Kata Raim.
"Yuadah lepasin!! Sakit bego!."
Bukannya melepas cengkramannya, Raim hanya melonggarkan genggamannya di tangan Naya.
"Lepasin gue Raimmmm." Paksa Naya.
"Jangan bawel, lo ikut gue aja nemuin si bos."
Bos?? Siapa? Oh ya pasti GAVIN. Pasti.
Naya hanya bisa pasrah ketika mendengar kata 'BOS' yang di keluarkan dari mulut Raim.
Naya yakin, Gavin menyuruh Raim untuk membawa Naya kepadanya hanya untuk di perintahkan ini itu.
Dengan napas terengah-engah, akhirnya Naya berhasil menyamai langkah Raim yang dari tadi berjalan menuju lapangan, ya kaki Raim cukup panjang untuk ukuran kaki Naya.
"Gavin nyuruh gue kesini?" tanya Naya.
"Iya makanya ayo, Nanti gue yang kena marah kalau lama." Jawab Raim lalu menarik tangan Naya ke lapangan.
Saat memasuki area lapangan, Naya langsung menatap Gavin yang di tangan kanannya terdapat rokok yang terlihat masih menyala.
Tatapan mata Gavin tertuju pada genggaman tangan Raim pada tangan Naya itu, yang membuat Raim dengan otomatis melepaskan genggaman itu dengan segera.
"Hehe maaf Bos, keenakan tadi." Ucap Raim, sambil terkekeh kecil lalu menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Wah Raim mau nikung lo itu mah Vin." Kata Arviz, yang sudah mematikan rokonya dengan menginjaknya sedari tadi.
"Berisik lo bencong !!." Kata Raim kesal karena Arviz yang mengompori Gavin.
Sementara Arkan, cowok itu hanya terkekeh pelan ketika melihat kelakuan Raim dan Arviz yang terlihat seperti Tom and Jerry jika di persatukan.
"Kalian bukannya masuk kelas malah nongkrong dan ngerokok. Bukan karena jamkos kalian bisa seenaknya berkeliaran kayak gini." Ucap Naya sambil berdecak pinggang.
"Terserah gue!!." Balas Gavin tanpa beban dengan ucapannya itu."
"Jangan mentang-mentang bokap lo pemilik yayasan dan sekarang lo bisa seenaknya kaya gitu?" tegas Naya memperjelas.
"Mau bokap gue pemilik yayasan atau pun nggak gue gak peduli!." Balas Gavin masa bodo.
"Terserah lo!! Kepala lo di bikin dari apa hah? Kerasnya kepala lo melebihi kerasnya batu!!." Ucap Naya memutar bola matanya malas. " sekarang ngapain lo nyuruh gue ke sini?" lanjutnya.
"Beliin gue minum."
"kenapa nggak sms atau line aja! Nggak usah lo nyuruh-nyuruh gue pake ke lapang emang lo kira jarak lapang sama kantin cuman beberapa langkah kan---"
"Empat yang dingin."
Ucapan Naya terpotong oleh Gavin, dan sontak membuat Naya geram. Lalu, Naya pun akhirnya keluar dari area lapangan dan segera pergi ke kantin membeli minuman.
Dalam hati Naya mendomel diri Gavin, sudah menerima disuruh cepat pula. Memang ya, Gavin berbicara hanya seenak jidatnya.
Naya melangkahnkan kakinya dengan hentakan yang keras, tanda ia kesal sangat kesal dengan Gavin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gavin & Naya (End)
Teen Fiction[ OPEN FEEDBACK setiap SABTU] Update Setiap Jumat atau Sabtu ❌dont copy my story ! PLAGIAT DILARANG MENDEKAT! Tapi, Kupikir kau masih mencintaiku, kita tak bisa melepas kenyataan bahwa aku tak cukup untukmu. Perpisahan akan mengajarimu tentang ba...