Naya sudah berada di sekolah sejak 20 m3nit yang lalu, ia langsung saja pergi menuju ruangan OSIS. Dan Gavin, cowok itu pamitan untuk pergi ke rooftop menyusul ketiga temannya.
Yah, Gavin meminta ketiga temannya datang sepagi ini. Jika Arkan sih bisa saja karena cowok itu juga harus menjemput Risa. Tapi Raim dan Arviz, keduanya masih bermalas-malasan.
Gavin dan ketiga temannya sekarang sedang mengobeol, dan sesekali bercanda. Dan juga menanyakan tentang hubungan Arkan dan Naya yang sudah pasti, sementara hubungan Naya dan Gavin yang belum pasti.
"Lo kok bisa nembak Risa sih, Kan?" tanya Raim penasaran, cowok itu memasukkan ponselnya setelah selesai bermain game.
"Bisalah!"
'Maksud gue caranya gimana, bego!" sahut Raim, sedikit kesal.
Arkan tertawa kecil melihat Raim yang kesal.
"Gue nembak kemarin pas dia mau balik," jelas Arkan, membuat kedua temannya menganggukkan kepalanya, kecuali, Gavin.
"Bagus nih, si Arkan bisa buat contoh yang langsung gercep, nggak kayak tetangga sebelah," sindir Arviz. Ia bermaksud menyindir Gavin, namun hanya bercanda.
Gavin yang merasa tersindiri pun, memalingkan wajahnya dari ponsel yang ada digengamnya.
"Lo nyindir gue?" kata Gavin.
"Nggak kok, santai aja. Gue lagi nyindir Abang es batu." balas Arviz asal.
"Serah, lo!"
Ketiga teman Gavin tertawa, melihat ekspresi Gavin yang sedikit kesal.
"Iya nih, lo kapan sama Naya, Vin?" tanya Arkan penasaran.
"Tau, lo. Anak orang jangan digantung," tambah Raim.
"Sejak kapan gue gantung dia?"
Arvis menggelengkan kepalanya,"Dengan lo ngomong kaya gitu kemarin, lo udah ngasih harapan bahwa lo bakalan bikin dia jadi milik lo." jelas Arkan, dan Gavin, cowok itu hanya menganggukkan kepalanya.
"Anak orang jangan digantung, Vin. Jemuran yang lama digantung aja bisa ilang. Apalagi perasaan, Vin." ucap Raim sok bijak.
"Sejak kapan lo bijak ?" tanya Arviz, ia tujukan untuk Raim.
"Nggak tau nih, gue juga heran. Kayaknya semenjak barusan deh." balas Raim, yang kemungkinan sebentar lagi menjadi bego kembali.
"Yah, bakalan bego lagi nih anak." seru Arkan dengan wajah sok sedih.
"Sialan," sahut Raim.
Arkan dan Arviz hanya tertawa, lalu mereka memainkan ponselnya dan berniat bermain game, Raim juga mengikuti kedua temannya. Sementara Gavin, cowok itu memang sedari tadi sudah memainkan ponselnya.
><
Hari ini menjadi hari yang paling menyibukkan bagi SMA Mahardika terutama bagi segenap guru dan karyawan, para pengurus OSIS dan para pengisi acara ulang tahun sekolah tersebut.
Sejak lima menit yang lalu, semua anggota OSIS sudah berkumpul untuk melangsungkan acara pensi tersebut.
Halaman depan SMA Mahardika sudah mereka sulap dengan beberapa booth accesories and clothes. Lalu di halaman utara dpan auditorium terdapat beberapa booth makanan ringan. Sedangkan auditorium sudah didesain dengan sangat rapi dan indah dengan berbagai pita dan bunga fresh yang barusan mereka pasang.
Auditorium tersebut terlihat begitu megah dan meriah namun tidak terkesan norak sama sekali. Decak kagum para pengurus OSIS terdengar lega dan bahagia atas kerja keras mereka selama ini, dan tidak lupa dengan bantuan dari panitia perwakilan kelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gavin & Naya (End)
Teen Fiction[ OPEN FEEDBACK setiap SABTU] Update Setiap Jumat atau Sabtu ❌dont copy my story ! PLAGIAT DILARANG MENDEKAT! Tapi, Kupikir kau masih mencintaiku, kita tak bisa melepas kenyataan bahwa aku tak cukup untukmu. Perpisahan akan mengajarimu tentang ba...