T I G A P U L U H E M P A T

3.5K 115 2
                                    

Naya merapikan kunciran rambutnya yang mengendur, ia menatap pintu dihadapannya dengan sedikit ragu. Tangan Naya bergerak menyentuh bel pintu tersebut dengan perasaan yang was-was.

Tingtong

Tingtong

Sama sekali tak ada jawaban. Tapi, Naya tak ingin menyerah. Sekali lagi ia membunyikan bel pintu tersebut.

Namun, belum sempat Naya memencetnya lagi, pintu terbuka lebar. Seorang wanita paruh baya dengan memakai baju daster panjang serta sapu tangan ditangan kanannya. Wanita itu menatap Naya dengan tatapan bingung, begitu juga dengan Naya.

"Ada yang bisa dibantu, non?" tanya wanita paruh baya itu dengan sopan.

Naya tersenyum kaku.                                

"Kak Afnan ada di rumah?" tanya Naya hati-hati.

"Maaf non, semalam Non Afnan memang sudah pulang. Tapi sekeluarga pergi lagi ke Surabaya."

Naya menganggukkan kepalanya.

"Kalau boleh tau,ada apa ya mereka ke Surabaya?"

"Semalam kakeknya Non Afnan tiba-tiba masuk rumah sakit. Jadi sekeluarga pergi buat nengokin beliau."

"Oh iya, terima kasih banyak. Kalau gitu saya pamit dulu." Pamit Naya ramah.

Wanita paruh baya itu menganggukkan kepalanya seraya tersenyum.

Dengan berat hati Naya beranjak dari sana. Langkahnya melambat dengan perasaan yang hampa. Ia tidak tau lagi harus menemui siapa untuk menanyakan keberadaan dan juga kabar Gavin.

Yah ... ini sudah satu minggu seorang Gavin tidak memberikan kabar kepada Naya, seperti menghilang tiba-tiba ditelan bumi. Naya sendiri tidak tau kenapa Gavin melakukan itu. Seharusnya dari awal Gavin memberi tau Naya, agar gadis itu tau keberadaan Gavin. Yah, setidaknya Naya harus tau dimana Gavin.

Tiga hari yang lalu juga, Arviz mengantarkannya ke rumah Afnan dan hasilnya sama saja. Tidak ada siapapun dirumah itu, hanya penjaga rumah yang mengatakan bahwa penghuni disana pergi. Dan kini? Keluarga Afnan pergi ke Surabaya.

Selama satu minggu ini, Naya merasa bimbang, perasannya terombang-ambing tanpa arah. Ia hanya mengkhawatirkan keadaan Gavin, bagaimana kabar pria itu?  Apakah ia baik-baik saja?

Tidak hanya itu, Naya juga takut jika Gavin pergi untuk meninggalkan dan tanpa alasan yang jelas.

><

"Gimana?"

Naya tersenyum mendengar pertanyaan itu, ia tak sadar bahwa dirinya sudah berada di luar pagar rumah Afnan. Naya menatap orang yang memanggilnya, Risa.

Selama seminggu ini, Risa ikut membantu sahabatnya untuk mencari Gavin. Ia merasa kasihan melihat Naya yang selalu termenung atau berdiam diri dikamar. Gadis itu juga jadi jarang makan sekarang.

Naya menatap Risa dengan mata berkaca-kaca.

"Masih belum ada."

Risa tersenyum tipis melihat keadaan sahabatnya ini. Tangan wanita itu terulur mengusap belakang punggung  milik Naya secara perlahan.

Naya menghela napasnya berat, tidak tahu lagi harus berbuat apa. Tak ada seumber atau orang yang ia harapkan untuk membatunya.

Naya menatap Risa lagi.

"Gavin pasti baik-baik aja kan, Ris?" tanya Naya pelan.

"Dia pasti baik-baik aja, Nay." Jawab Risa menenangkan adiknya.

Gavin & Naya  (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang