3 - Day by Day

35.7K 2.3K 260
                                    

*SENJA*

Sudah 2 hari semenjak Kak Jingga meminta ID line ku tapi sampai sekarang dia belum menghubungiku.

Hmm ngapain juga aku mikirin dia ? Kesannya aku jadi berharap banget ke dia.

"Senja !"

Teriakan dari Bu Nita membuyarkan lamunanku.

"Kamu ini gimanasih ? Saya lagi menjelaskan, kamu malah melamun. Sini maju kerjakan soal ini !" Kata Bu Nita dengan nada kesal. Ah harusnya aku tidak melamun memikirkan dia.

Aku beranjak dari tempat dudukku, berjalan gontai kedepan. Aku bisa mendengar teman-temanku berbisik menyemangatiku. Ku ambil spidol di meja guru. Ku lihat soal yang ada di papan.

"Untung gampang," batinku. Aku segera menuliskan jawaban kemudian mengembalikan spidol ke Bu Nita.

"Hmm, jawaban kamu udah bener. Lain kali jangan ngelamun lagi ya," katanya setelah meneliti hasil jawabanku. Aku hanya menunduk meminta maaf kemudian ijin untuk ke toilet.

Setelah mencuci muka di wastafel, aku segera keluar dari toilet. Aku memilih mengambi jalan lain menuju ke kelasku. Yaaa hitung-hitung refreshing biar tidak mengantuk. Lagipula aku juga belum sempat mengitari seluruh sekolahan ini.

Kini aku berjalan melewati koridor kelas XII. Tampak dari kejauhan seseorang yang ku kenal. Saat aku melihatinya dari jauh, ia menoleh ke arahku. Sial, padahal aku mau kembali lewat jalan lain saja. Karena dia sudah melihatku, mau tidak mau aku harus lewat jalan ini.

Aku berjalan menunduk melewatinya sambil bilang permisi.

"Senja," sapanya membuatku berhenti melangkah.

"I.. iya kak ?" Aku membalikkan badanku kearahnya.

"Lo ngapain lewat sini ?"

"Gue .. habis dari toilet," jawabku yang kemudian hanya dibalas 'oh' olehnya.

"Kak Jingga sendiri ngapain disini ?" Tanyaku. Padahal tanpa bertanyapun aku tahu mengapa dia ada diluar kelasnya. Kaki diangkat satu, kedua tangannya memegang telinganya, maka sudah pasti ia dihukum.

"Bosen didalam," jawabnya ketus.

Yaelah, masih gamau ngaku kalau dihukum.

"Sana lo balik ke kelas," katanya dengan nada seperti mengusir.

Dasar. Tadi nanya-nanya, sekarang malah ngusir.

*****

Aku baru saja selesai latihan bersama tim paduan suara sekolah. Yaa begini-begini aku jago menyanyi. Sayangnya aku tidak pede jika bernyanyi sendiri, karena itulah aku lebih memilih ikut paduan suara.

Saat aku keluar dari ruang latihan, seseorang menarik pergelangan tanganku. Dari cara menariknya, aku sudah hafal siapa orang ini. Kak Jingga.

"Lo lama banget latihannya," keluhnya

"Gue gak nyuruh lo nunggu, Kak"

Dia mengernyitkan dahinya sebentar kemudian menarik ku lagi. Gaperlu ditanya aku mau dibawa kemana karena pasti dia menarikku ke parkiran untuk pulang bareng dia lagi.

Suasana di mobil selalu seperti ini. Tidak ada percakapan. Hanya suara radio yang memutar lagu. Kalau dia memulai percakapan pun, bukan lah suatu percakapan yang menarik.

"Sopran atau Alto ?" tanyanya tiba-tiba.

"Sopran"

"Sejak kapan ?"

"Apanya ?"

"Ikut padus"

"Dari SD terus lanjut sampe sekarang"

Jingga Untuk SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang