#SENJA#
Tak terasa waktu cepat berlalu. Memasuki bulan ketiga di tahun ini, Jingga mulai terlihat lebih sibuk mempersiapkan kelulusannya. Jingga yang sudah terlahir dengan otak cerdas dan biasanya malas, kini berubah jadi super rajin belajar.
Dia juga mengurangi kebiasaannya begadang main game hingga tengah malam. Menggantinya dengan belajar, belajar dan belajar. Dia rajin ikut kelas tambahan sore di sekolah karena dia tidak ikut les di luar sekolah seperti anak-anak yang lain. Dia lebih suka belajar di sekolah dan sendiri di rumah.
Hasilnya, dia bisa mengerjakan ujian praktikum dan ujian sekolah dengan baik. Walau hasilnya belum diumumkan, sudah banyak guru yang memujinya. Memang ya, kepintaran keluarga Wijaya tidak perlu diragukan lagi.
Oh iya, Jingga juga mulai mempersiapkan segala data, dokumen dan persyaratan yang diperlukan untuk beasiswa. Awalnya dia sempat bilang tidak ingin kuliah di luar karena nggak mau jauh-jauh dari aku. Suka banget ya nempel sama aku, haha. Aku kemudian meyakinkannya bahwa aku tidak masalah jika ia mau kuliah diluar.
Aku senang karena ia begitu serius mengejar mimpinya tapi entah kenapa aku jadi merasa makin jauh darinya walau setiap hari kita masih bertemu. Kami masih berangkat sekolah bersama tapi kami hanya pulang bersama saat aku ada latihan padus karena selesai latihanku sama dengan selesainya kelas sore Jingga.
Jika tidak sedang bertemu, Jingga jarang dan agak lama membalas pesanku. Kami lebih sering telfon, lebih tepatnya aku yang menelfonnya duluan, menyesuaikan jam belajarnya karena aku tidak ingin mengganggunya.
Jika sedang belajar, ia terlihat sangat serius dan fokus. Ia bahkan bisa sampai melewatkan jam makannya. Tentu saja hal ini membuatku khawatir dengan dirinya. Aku tidak ingin ia terlalu terpaku seperti itu.
Karena itu, tak jarang aku menemaninya belajar di rumahnya seperti saat ini.
"Jingga," panggilku padanya yang sedari tadi fokus dengan soal-soal yang ada di hadapannya.
"Hm ?"
"Istirahat dulu. Ini aku bawain brownies buat kamu"
"Nanti"
Aku menghela nafas menerima penolakannya.
"Jingga, istirahat sebentar," ujarku kemudian mengecup pipinya.
Ia akhirnya menghentikan aktivitasnya.
Harus ya dicium dulu baru berhenti ? Dasar.
Aku memotong sepotong brownies itu dengan garpu kemudian menyodorkannya ke mulutnya.
"Nggak mau," ucapnya sambil menggelengkan kepalanya.
"Trus kamu maunya makan apa ? Aku buatin deh"
"Makan kamu," Jingga mengecup bibirku singkat.
Halah. Ada-ada aja nih anak.
"Ih, aku serius yaaa. Jangan skip makan. Ntar sakit loh," aku mencubit gemas pipinya.
"Gak pernah skip," katanya kemudian pandangannya beralih kembali ke soal-soal.
Hmm.
Susah amat disuruh berhenti belajar sebentar doang. Udah kayak kecanduan aja.
Aku menutup buku latihan soalnya. Menarik dagunya kearahku.
"Makan sebentar aja ya ? Aku suapin deh"
"Iya iya"
Aku kemudian mulai menyuapinya. Ia menurut, menerima setiap suapan yang ku berikan sambil menonton televisi.
Selesai menyuapinya, aku membereskan sisa brownies ke lantai bawah.

KAMU SEDANG MEMBACA
Jingga Untuk Senja
Romantika[Budayakan membaca deskripsi & tags] -GxG Story- Seperti langit senja yang selalu berwarna jingga, aku mau kita bersama seperti itu selamanya. Selamat membaca! Salam JuS! *cheers* *Selamat datang kembali di cerita pertama saya! *Pernah ramai pada ma...