9 - Jealousy

27.4K 1.7K 17
                                    

*SENJA*

"Jangan ngelamun mulu, soto lo kasian tuh," ujar Syifa membuyarkan lamunanku.

"Ngelamun apaansih ?" Giliran Rani bertanya.

"Ya ngelamunin Kak Jingga lah," Vina yang baru datang membawa semangkok bakso ikutan nimbrung.

"Hmm ... menurut kalian wajar nggak sih kalau punya pacar nggak pernah cemburu ?" Tanyaku kepada mereka bertiga

"Wih kenapa nih lo tiba-tiba tanya ginian ?" Rani balik tanya.

"Pertanyaan gue jawab dulu lah"

"Menurut gue sih tiap orang pasti pernah cemburu. Ada yang nunjukin secara terang-terangan dan ada yang berusaha bersikap biasa aja," jawab Syifa.

"Kak Jingga gak pernah cemburu ya ?" Tanya Vina padaku yang ku jawab dengan anggukan kepala.

"Emang lo habis ngapain hayo ?" Tanya mereka bertiga dengan nada kepo level tinggi.

Belum sempat aku menjawab pertanyaan mereka bertiga, Jingga bersama Kak Lily dan Kak Sarah datang bergabung di meja kami.

"Lagi bahas apaan nih ? Kok keliatannya seru banget" Tanya Kak Sarah.

"Oh ini Senja kepo Kak Jingga per-- hmph" belum selesai Rani berbicara, sudah ku bungkam mulutnya dengan tanganku. Tentu saja hal itu membuat Kak Sarah dan Kak Lily heran. Sementara Jingga fokus mengaduk-aduk mie ayam nya.

Duh, dia ini ya, hampir tiap hari makannya mie mulu. Entah itu mie instan, mie ayam, apapun deh pokoknya mie.

"Jingga kenapa ?" Tanya Kak Lily melihat ke arahku.

"Oh itu ... Jingga pernah ikut ekskul apa aja dulu ? Hehe," tanyaku asal.

"Basket, badminton, volly, catur, ... apalagi Sar ?" Jawab Kak Lily sambil bertanya ke Kak Sarah.

"Apa aja yang dia suka mah di ikutin kecuali padus," kata Kak Sarah.

"Kenapa padus enggak ?"

"Suaranya bisa mecahin jendela," kata Kak Lily yang membuat kami semua tertawa. Seburuk itukah suara Jingga ? Aku belum pernah sih dengar Jingga nyanyi, tapi karena pernyataan dari Kak Lily jadi bikin aku kepo denger dia nyanyi.

Jingga yang ditertawai malah tidak peduli, ia lebih memilih untuk memakan mie ayam nya. Saat ia akan menyumpit mie ayam nya, ku ambil mangkoknya dan ku ganti dengan mangkok berisi soto punyaku.

"Jangan makan mie mulu ah," ujarku padanya.

Ia justru menadahkan tangannya kepadaku. "Apa ?" Tanyaku.

"Mana sendoknya. Masa makan soto pake sumpit," ucap Jingga yang kini membuat yang lain kembali tertawa.

Setelah mengambil sendok garpu dariku, ia berdiri dan membawa mangkok soto ke Pak Sapri -penjual soto-, biasalah minta jeruk dan kecap.

Selagi Jingga pergi kesana, Kak Lily dan Kak Sarah melihatiku. Tentu saja membuatku tidak nyaman.

"Kalian tadi bahas apaansih ? Gue kepo nih," tanya Kak Lily.

"Oh, dia pingin tau Jingga kalau cemburu kayak gimana," jawab Syifa. Ish, padahal aku baru mau jawab malah di duluin.

"Oiya juga ya, gue nggak pernah liat dia cemburu gitu. Padahal satu dua cowok pasti ada yang deketin lo kan ?," kata Kak Sarah yang membuatku sedikit malu pada kalimat banyak yang mendekatiku.

Tidak bisa ku pungkiri, ada beberapa lelaki yang mencoba mendekatiku tapi aku selalu berusaha menghindar dari mereka. Bukan karena aku sok jual mahal, aku memang tidak tertarik dengan mereka. Dan Jingga sudah berhasil mencuri hatiku lebih dulu dari mereka.

Jingga Untuk SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang