4. Temannya Mas Dewa

10.5K 1.2K 44
                                    

Padahal mau update tanggal 19. Eh taunya udah selesai drafnya😉

HAPPY READING!

Pagi ini aku akan diantar ke kantor oleh Mas Langit lagi. Karena hari ini dia yang akan men-service mobilku.

Aku sudah siap dan akan turun untuk sarapan. Begitu menuruni anak tangga, aku mendengar suara yang familier.

"Uti, aku nggak mau brokolinya." Ah itu suara si Lulu. Tumben dia pagi-pagi udah di sini.

"Eh kok cucu Uti yang cantik dan pinter nggak mau makan brokoli ?"

"Nggak mau Uti. Nggak enak. Lulu nggak suka."

"Kok cantiknya Bunda nggak mau makan brokoli ? Nanti cantiknya ilang loh," kataku.

"Bundaaaa!" Lulu langsung berlari untuk memelukku begitu mendengar suaraku.

"Kenapa nggak mau makan brokolinya ? Kan biar sehat kayak Uti tuh seneng makan sayur jadi sehat."

"Brokoli nggak enak Bunda. Enaknya wortel. Lulu nggak suka brokoli," jawabnya.

"Dimakan dong sayang, brokoli bagus loh buat mata Lulu. Liat nih Bunda seneng makan sayur makanya mata Bunda masih bagus nggak pake kacamata."

"Tapi Akung doyan makan sayur kok pake kacamata Bun ?"

Duh anak kecil dengan segala macam pertanyaannya yang kritis.

"Iya kalo nanti Lulu seumur Akung ya pake kacamata juga. Kalo sekarang emang Lulu mau pake kacamata ? Nanti dikira udah kayak nenek-nenek loh."

"Hiii nggak mau ah. Masa nanti Lulu kayak Uti sama Akung. Udah tua."

Astaga anak ini!

Akhirnya Lulu mau menghabiskan sarapannya. Lulu memang sedari kecil sudah memanggilku 'Bunda'.

Saat Lulu kecil, Mas Dewa sibuk mengajar sambil melanjutkan studi doktoralnya sedangkan istri Mas Dewa sibuk menyelesaikan tesis studi pascasarjananya.

Jadi, karena waktu itu aku sudah selesai sidang dan sedang menunggu waktu wisuda, Lulu jadi dekat denganku. Aku jadi seperti ibunya karena tahu semua hal tentang Lulu. Begitu pun dengan Mas Langit sehingga dipanggil 'Papa' oleh Lulu.

"Mas Dewa ke mana sih, Ma ?" tanyaku.

"Jam 4 subuh kesini tadi sama mbakmu. Katanya buru-buru mau keluar kota. Mau mengisi workshop untuk jadi pembicara."

"Manja banget ngajak istri. Kayak bocah."

"Bilang aja lo iri, Dek." ejek Mas Langit.

"Nope. Harusnya lo yang iri, Mas. Lo udah tua tapi masih jomblo."

"Kampret!"

"Langit! Omongannya dijaga!" Huahaha mampus lo Mas dimarah Papa.

"Iya, Pa. Maaf."

"Ada Lulu omongan itu yang bener. Kamu ini secara nggak langsung ngajarin yang nggak bener."

Untung itu si bocah lagi asik makan disuapin sama Mama.

"Mas Dewa pulangnya kapan, Ma ?" tanyaku.

"Sore udah nyampe sini kok. Tapi mau nginap di sini. Katanya kangen masakan Mama."

Tak lama aku selesai sarapan. Kemudian aku beranjak ke kamarku untuk mengambil tas kerja.

"Bunda ikut," Lulu menjulurkan tangannya ingin ikut denganku dengan memasang puppy eyes.

"Bunda ikut," Lulu menjulurkan tangannya ingin ikut denganku dengan memasang puppy eyes

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Titanium (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang