Happy Eid Mubarak semuanyaa 💙
Mohon maaf lahir & batin yaa🙏
Maafin kalo updetnya lamaa. Biasalah namanya juga puasa apalagi lebaran.
Oh iya, pas part 27 kemarin, gue baca komenan kalian.
Kasian Pak Radi, masa ada yang mau pukul, sleding, tabok dia.
Gue baca komen kalian tuh sambil ketawa tauu 😂
Part ini gaje sih menurut gue.
cuss dibaca yaw.
Jangan pelit vote & komen
Note nih : part yang votenya belum sampe 300 dipenuhi yaa. kalo udah, lanjut updet lagi. biar yang silent readers ikutan vote.
Happy Reading !
Aku turun dari mobil milik Razi yang dikendarai oleh Alex, salah satu manajer Razi. Tadi begitu aku, Razi dan Valdo tiba di bandara, Alex yang menjemput kami sudah menunggu di pintu kedatangan.
Aku dan Razi, beserta Alex yang masih duduk di kursi kemudi, baru saja tiba di depan rumahku. Razi menurunkan barang-barangku.
"Udah semua, Zi ?" tanyaku memastikan tak ada yang tertinggal.
Razi mengangguk.
Tiba-tiba ponselku berbunyi.
Mas Dewa calling...
"Ya, di sini dengan Tita. Passwordnya ?"
"Passwordnya Adek jelek."
Aku memutar bola mataku."Passwordnya, Pak ?" ulangku. Biar saja Mas Dewa kesal.
"Elah kelamaan." balas Mas Dewa. Aku mendengkus.
"Kenapa nelpon gue, Mas ? Baru nyampe rumah nih gue."
"Radi masuk rumah sakit. Kayaknya sakit parah. Tadi gue ketemu Tante Ayu pas nemenin Nou cek kandungan. Tante Ayu bilang mau operasi gitu tapi gue nggak begitu dengerin. Coba lo jenguk ya, Dek. Gue mau jenguk tadi tapi Nou keburu mual-mual. Nanti gue nyusul."
Pak Radi sakit parah ? Operasi ?
Seketika kakiku jadi lemas.
Ya Tuhan, dia sakit apa kok aku nggak tahu. Apa sebegitu parahnya sampe mau dioperasi.
"Halo.... Dek... Oi..."
Aku langsung matikan panggilan dari Mas Dewa.
Aku menyesal sudah mengabaikan semua pesan dan teleponnya. Selama di Singapura, aku memang mengabaikan semua pesan dan panggilan darinya.
"Ta, kenapa ?" Razi menatapku cemas karena melihatku panik.
"Anter gue ke rumah sakit sekarang, Zi." pintaku.
"Eh rumah sakit ? Ngapain ?" tanyanya heran.
"Udah cepet anter aja. Nggak usah banyak tanya."
Aku pun menariknya untuk masuk ke dalam mobil setelah meletakkan barang-barangku di teras depan rumah. Biar saja aku letakkan di sana. Paling Mama bakal telpon aku.
***
Aku berjalan dengan cepat, mencari kamar rawat inap di salah satu rumah sakit. Tadi Mas Dewa mengirim pesan chat memberi tahukan nomor ruangan tempat Pak Radi di rawat.
Razi mengekoriku dari belakang. Dia bersungut-sungut karena aku meninggalkannya.
Aku pun tiba di depan salah satu kamar rawat inap VIP rumah sakit ini. Aku mengetuk pintu itu. Terdengar suara dari dalam kamar itu yang membolehkan aku dan Razi masuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Titanium (TAMAT)
General FictionTitanium Elaksi Paramesti Menjadi sales executive sebenarnya bukan keinginan Tita. Tapi demi keberlangsungan hidup yang nggak abadi ini Tita rela menjadi sales executive rokok di salah satu perusahaan rokok ternama. Tapi bukan SPG loh ya. Kalau SP...